Akuisisi menjadi cara cepat untuk memperoleh posisi di pasar baru. Banyak perusahaan yang sukses dalam akuisisi, namun tidak sedikit juga yang gagal.
Dua kriteria utama yang harus dilihat sebelum mentargetkan akuisisi, yakni: harus ada peluang yang jelas untuk menciptakan nilai melalui akuisisi dan perusahaan yang diakuisisi harus secara efektif dapat diintegrasikan ke dalam induk baru.
Kedua kriteria tersebut harus ada, tidak boleh hanya salah satunya. Jika tidak, maka akuisisi dapat berujung pada kegagalan. Dalam artikel kali ini, kami akan membahas bagaimana menciptakan nilai melalui akuisisi.
- Melalui berbagi sumber daya. Dalam hal ini, aset operasi tertentu dari dua perusahaan digabungkan dan dirasionalisasi. Ini akan mengarah pada pengurangan biaya melalui skala ekonomi atau cakupan ekonomi (economies of scope). Misalnya, satu perusahan induk mungkin memiliki keahlian dalam pengembangan produk yang berkualitas, sedangkan perusahaan yang diakuisisi memiliki jaringan distribusi yang luas. Hasil akuisisi memungkinkan keduanya digabung sehingga dapat meraih konsumen yang lebih luas dengan produk yang berkualitas.
- Transfer keterampilan. Keterampilan bernilai tambah seperti teknologi produksi, pengetahuan distribusi, atau keterampilan kontrol keuangan ditransfer dari perusahaan pengakuisisi ke perusahaan yang diakuisisi, atau sebaliknya. Transfer keterampilan tersebut memungkinkan pengurangan biaya atau peningkatan posisi pasar.
- Manfaat dari penggabungan bisnis. Dua perusahaan yang bergabung tentu akan lebih besar daripada jika keduanya terpisah. Penggabungan tersebut memungkinkan peningkatan kekuatan pasar, daya beli, atau transfer sumber daya keuangan. Misalnya, peningkatan kekuatan pasar memungkinkan pengakuisisi mendominasi pasar sehingga mengurangi tingkat persaingan kompetitif dan memberikan peningkatan daya tawar terhadap pemasok dan pelanggan.
- Restrukturisasi berlaku ketika perusahaan yang diakuisisi mengandung aset yang kurang termanfaatkan. Di sini, biaya perolehan diperoleh kembali dengan mendivestasi aset tertentu pada nilai pasar sebenarnya, dan dengan meningkatkan produktivitas aset yang tersisa. Yang terakhir dapat dicapai dengan menutup kelebihan kapasitas, mengurangi staf kantor pusat, atau merasionalisasi lini produk yang tidak menguntungkan.