Contents
Suku bunga nominal atau tingkat bunga nominal (nominal interest rate) mengacu pada suku bunga sebelum disesuaikan dengan inflasi. Indikator ini memberitahu kita berapa banyak peminjam harus membayar di masa depan sebagai imbalan atas pinjaman rupiah hari ini. Istilah ini juga mengacu pada tingkat bunga surat utang, yang dihitung berdasarkan persentase dari nilai nominalnya daripada harga pasarnya.
Suku bunga nominal vs tingkat bunga riil
Suku bunga nominal sama dengan suku bunga riil ditambah ekspektasi tingkat inflasi. Kita dapat merumuskannya sebagai berikut:
Suku bunga nominal = Suku bunga riil + Tingkat inflasi
Karena terkikis oleh inflasi, pemberi pinjaman dan investor biasanya fokus pada suku bunga riil karena memberikan gambaran aktual tentang pengembalian riil yang mereka dapatkan. Misalkan bank komersial membebankan tingkat bunga nominal pada pinjaman dua tahun sebesar 5%, setelah menilai profil kredit peminjam dan faktor inflasi. Tingkat inflasi selama periode ini diperkirakan 2%. Tingkat bunga riil bank sebenarnya adalah 3%. Jika realisasi inflasi berada pada 7%, maka pengembalian riilnya akan terkikis 2%.
Perubahan tingkat bunga nominal mencerminkan perubahan dalam beberapa faktor. Itu termasuk pengembalian riil yang diperlukan oleh pemberi pinjaman, ekspektasi inflasi, dan biasanya juga, premi risiko untuk mengimbangi ketidakpastian. Ketidakpastian ini dapat dikaitkan dengan kemampuan peminjam untuk membayar atau faktor risiko ekonomi makro lainnya seperti nilai tukar dan pertumbuhan ekonomi. Ketidakpastian yang lebih tinggi terkait dengan inflasi di masa depan, misalnya, menyebabkan pemberi pinjaman menuntut premi risiko yang lebih tinggi, yang mana menaikkan suku bunga nominal.
Suku bunga nominal dan pertumbuhan ekonomi
Salah satu alat moneter yang digunakan bank sentral adalah suku bunga kebijakan. Suku bunga kebijakan adalah dasar bagi bank dan lembaga keuangan lainnya untuk membebankan suku bunga nominal, yang pada gilirannya mempengaruhi kegiatan ekonomi dan inflasi di masa depan.
Suku bunga kebijakan dapat dipertahankan pada tingkat rendah ketika ekonomi berkontraksi. Suku bunga rendah mendorong permintaan pinjaman dari sektor rumah tangga dan bisnis. Mereka menghabiskan uang pinjaman untuk membeli barang tahan lama dan aset modal, yang kemudian dapat merangsang kegiatan ekonomi.
Sebaliknya, selama pertumbuhan ekonomi tinggi, bank sentral cenderung menetapkan suku bunga nominal yang tinggi untuk mengekang inflasi dan menghindari ekonomi yang terlalu panas. Itu membuat biaya pinjaman lebih mahal dan membuat rumah tangga dan bisnis enggan untuk mengambil pinjaman baru. Seperti yang diharapkan, ekonomi melambat dan inflasi menjadi moderat.