Contents
Apa itu: Surplus perdagangan (trade surplus) adalah situasi di mana nilai ekspor sebuah negara melebihi nilai impornya. Atau dengan kata lain, negara tersebut melaporkan neraca perdagangan positif. Karena perdagangan internasional melibatkan dua mata uang yang berbeda untuk pembayaran, surplus juga mempengaruhi nilai tukar mata uang domestik.
Surplus perdagangan mendorong apresiasi nilai tukar. Mata uang domestik menjadi lebih berharga ketika dikonversikan dengan mata uang negara mitra (misalnya dolar AS). Ekspor mendorong permintaan mata uang domestik oleh orang asing untuk membayar pembelian barang-barang domestik. Sedangkan, untuk membayar impor, pembeli domestik akan menjual mata uang domestik dan mengkonversinya dengan mata uang negara mitra. Oleh karena itu, surplus mengarah pada permintaan yang lebih tinggi terhadap mata uang domestik.
Berbagai faktor mempengaruhi surplus perdagangan. Pertama adalah biaya produksi. Biaya yang lebih rendah memungkinkan harga jual yang lebih murah di pasar internasional.
Kedua adalah kualitas. Produk yang lebih berkualitas juga meningkatkan daya saing. Faktor lain yang mempengaruhi surplus perdagangan adalah nilai tukar, pertumbuhan ekonomi domestik, pertumbuhan ekonomi mitra dagang, dan inflasi.
Menghitung surplus perdagangan
Rumus untuk menghitung surplus perdagangan adalah sederhana. Anda hanya perlu mengurangkan total nilai ekspor sebuah negara dengan total nilai impornya. Jika hasilnya adalah positif, maka negara tersebut mencatatkan surplus. Sebaliknya, jika hasilnya negatif, negara tersebut menjalankan defisit perdagangan.
- Neraca perdagangan = Total nilai ekspor – Total nilai impor
Misalnya, pada tahun 2019, Indonesia melaporkan total ekspor senilai $167,5 miliar dan total nilai impor senilai $170,7 miliar. Dari data tersebut, kita tahu bahwa Indonesia mengalami defisit perdagangan sebesar $3,2 miliar ($167,5 miliar – $170,7 miliar).
Faktor yang mempengaruhi surplus perdagangan
Ada beberapa faktor yang mempengaruhi ukuran surplus perdagangan. Tiga diantaranya adalah:
- Pertumbuhan ekonomi
- Nilai tukar
- Daya saing produk
Pertumbuhan ekonomi
Selama ekspansi ekonomi, perekonomian lebih makmur. Prospek pendapatan dan pekerjaan membaik. Kuatnya permintaan barang dan jasa mendorong bisnis untuk meningkatkan produksi dan merekrut lebih banyak tenaga kerja.
Jika PDB riil melebihi PDB potensial (output gap positif), permintaaan agregat melebihi penawaran agregat. Untuk memenuhi permintaan, perekonomian akan mengimpornya dari luar negeri.
Dalam situasi semacam itu, neraca perdagangan cenderung defisit, mengasumsikan ekspor tidak berubah.
Sementara itu, pertumbuhan global yang lebih kuat, terutama di negara-negara mitra dagang, kemungkinan mengarah ke surplus, mengasumsikan impor konstan. Pertumbuhan ekonomi yang kuat di negara-negara mitra meningkatkan permintaan terhadap produk domestik, meningkatkan ekspor.
Mata uang
Depresiasi mata uang membuat barang domestik lebih murah bagi orang asing. Itu seharusnya meningkatkan ekspor karena barang lebih kompetitif di pasar internasional.
Seberapa besar dampak depresiasi terhadap ekspor, itu tergantung pada elastisitas permintaan barang domestik. Jika permintaan elastis, depresiasi seharusnya meningkatkan ekspor secara cukup besar mengingat pembeli asing relatif responsif terhadap perubahan harga.
Di sisi lain, depresiasi membuat barang luar negeri menjadi lebih mahal. Itu seharusnya mengurangi permintaan impor.
Sebagai hasilnya, depresiasi seharusnya mengarah pada surplus perdagangan, ceteris paribus.
Efek sebaliknya berlaku ketika mata uang domestik terapresiasi. Harga barang domestik menjadi lebih mahal, melemahkan ekspor. Sedangkan, barang luar negeri lebih murah bagi pembeli domestik, mendorong impor. Sebagai hasilnya, neraca perdagangan cenderung defisit ketika nilai tukar terapresiasi.
Daya Saing
Daya saing produk domestik di pasar internasional tergantung pada kualitas dan harga. Peningkatan kualitas produk seharusnya meningkatkan permintaan dan memungkinkan untuk menawarkan harga yang lebih premium.
Produk berkualitas tinggi, seperti produk teknologi, membuat produk relatif kurang sensitif terhadap perubahan harga karena permintaan cenderung inelastis. Selain itu, harga mereka juga lebih mahal. Sehingga, meski secara kuantitas relatif kecil, nilai ekspor produk semacam itu tetap tinggi karena harganya yang mahal.
Faktor kedua yang mempengaruhi daya saing adalah harga. Harga yang rendah seharusnya meningkatkan permintaan, terutama jika produk cenderung elastis dalam permintaan.
Harga produk domestik di pasar internasional tergantung pada biaya produksi dan nilai tukar. Biaya produk yang lebih rendah dan depresiasi mendukung harga yang lebih murah di pasar internasional, itu seharusnya meningkatkan ekspor.
Secara agregat, harga-harga barang domestik tercermin dari tingkat inflasi. Sehingga, ketika inflasi domestik rendah dibandingkan dengan inflasi negara mitra dagang, barang-barang domestik lebih murah.
Pengaruh surplus perdagangan terhadap perekonomian
Dua variabel ekonomi utama yang terekspos oleh surplus perdagangan adalah PDB riil dan nilai tukar.
Efek surplus perdagangan terhadap PDB riil
PDB riil adalah indikator utama untuk mengukur pertumbuhan ekonomi. Ketika PDB riil meningkat, perekonomian tumbuh. Sebaliknya, penurunan PDB riil mengarah pada kontraksi ekonomi.
PDB riil mengukur nilai moneter dari total produk yang diproduksi oleh perekonomian domestik. Dari total produk tersebut, beberapa dikonsumsi di dalam negeri, sedangkan yang lain diekspor. Jika ekspor meningkat, itu mendorong peningkatan produksi domestik dan meningkatkan PDB riil.
Selanjutnya, beberapa produk yang dikonsumsi oleh konsumen domestik bukanlah produksi dalam negeri, melainkan produksi luar negeri. Oleh karena itu, perekonomian domestik harus mengimpornya. Karena tidak berasal dari produksi domestik, maka impor mengurangi PDB riil. Jadi, ekonom mengatakan impor mewakili kebocoran (leakage) di dalam perekonomian.
- PDB = Konsumsi + Pengeluaran pemerintah + Investasi + (Ekspor – Impor)
Ketika neraca perdagangan adalah surplus, itu meningkatkan PDB riil karena ekspor melebihi impor. Itu mengarah pada pertumbuhan ekonomi yang lebih tinggi. Permintaan yang kuat untuk barang-barang domestik mendorong peningkatan produksi di dalam negeri dan menciptakan lebih banyak pekerjaan dan pendapatan.
Efek surplus perdagangan terhadap nilai tukar
Surplus perdagangan mengarah pada apresiasi mata uang domestik. Seperti yang telah saya kemukakan sebelumnya, ekspor dan impor tidak hanya melibatkan transaksi barang dan jasa tetapi juga mata uang sebagai alat pembayaran.
Ketika ekspor melebihi impor, permintaan terhadap mata uang domestik lebih tinggi. Itu menyebabkan mata uang domestik terapresiasi.
Namun, efeknya mungkin hanya sementara. Apresiasi pada akhirnya membuat harga barang domestik menjadi lebih mahal bagi pembeli di luar negeri. Sebaliknya, harga barang impor menjadi lebih murah bagi pembeli domestik. Akibatnya, surplus perdagangan berkurang.
Ekonom menggambarkan hubungan antara neraca perdagangan dengan nilai tukar dalam sebuah kurva yang kita sebut Kurva J.
Apakah surplus perdagangan baik ataukah buruk
Defisit perdagangan tidak selalu buruk. Begitu juga, surplus perdagangan tidak selalu baik. Pada bagian ini saya akan menguraikan kelebihan dan kekurangan surplus perdagangan.
Surplus perdagangan baik karena:
- Mendorong pertumbuhan ekonomi. Surplus meningkatkan PDB riil, mendorong peningkatan produksi, dan menciptakan lebih banyak pekerjaan dan pendapatan bagi perekonomian domestik.
- Meningkatkan penerimaan pajak. Peningkatan ekspor merangsang aktivitas produksi dan pertumbuhan ekonomi. Prospek keuntungan bisnis dan pendapatan rumah tangga membaik, meningkatkan basis pengumpulan pajak.
- Memungkinkan untuk membeli aset negara lain. Surplus menciptakan uang tambahan bagi perekonomian domestik, yang mana dapat digunakan untuk membeli aset di negara lain, misalnya obligasi pemerintah. Misalnya, China menggunakan surplus dari perdagangan internasional untuk membeli US Treasury, yang mana nilai kepemilikannya mencapai $1,1 triliun tahun 2019.
- Memperbaiki peringkat sovereign. Surplus seharusnya mengarah pada peringkat kredit yang lebih baik karena negara tersebut memiliki sumber daya yang tersedia untuk melunasi hutang. Begitu juga, penurunan defisit perdagangan akan memperbaiki transaksi berjalan (current account), yang mana akan mengarah pada peningkatan peringkat atau prospek untuk negara-negara berperingkat rendah.
- Kurang rentan terhadap serangan spekulasi. Surplus perdagangan meningkatkan cadangan devisa dalam mata uang asing. Itu meningkatkan kredibilitas bank sentral dalam mengintervensi pasar nilai tukar dan menanggulangi serangan spekulatif.
- Mengurangi kebutuhan proteksionisme. Surplus mungkin mengindikasikan produk domestik kompetitif di pasar internasional. Itu mengurangi kebutuhan untuk proteksi seperti melalui subsidi pemerintah.
Surplus perdagangan buruk karena:
- Surplus perdagangan saat ini mungkin mengorbankan pertumbuhan masa depan. Surplus mengindikasikan sebuah negara memiliki tingkat tabungan domestik yang sangat tinggi, lebih dari yang dapat diinvestasikan di dalam negeri. Oleh karena itu, negara tersebut menginvestasikan dana tambahan ke luar negeri.
- Konsumsi domestik yang lemah. Surplus perdagangan mungkin muncul ketika impor lebih rendah alih-alih karena ekspor lebih kuat. Permintaan impor yang rendah mengindikasikan permintaan domestik yang relatif lemah.
- Mengandalkan ekspor berarti lebih rentan terhadap guncangan permintaan eksternal. Misalnya, resesi global membuat negara dengan surplus perdagangan sulit untuk meningkatkan ekspor. Konsumsi domestik relatif lemah sehingga tidak dapat mengkompensasi guncangan ekspor. Itu pada akhirnya dapat membebani pertumbuhan ekonomi sebagaimana terjadi di Jepang dan Jerman.
Bacaan selanjutnya untuk anda
- Perdagangan Internasional: Konsep, Mengapa Penting, dan Keuntungan
- Alasan Mengapa Perdagangan Internasional Ada
- Apa Saja Manfaat Perdagangan Internasional?
- Impor: Jenis, Faktor Yang Mempengaruhi, Dampak
- Ekspor: Pentingnya, Jenis, Faktor Yang Mempengaruhi
- Neraca Perdagangan: Formula, Perhitungan, Dampak, dan Faktor Penentu
- Surplus Perdagangan: Cara Menghitung, Faktor Yang Mempengaruhi, Pro, Kontra
- Defisit Perdagangan: Rumus, Penyebab, Dampak
- Term of Trade: Definisi, Cara Menghitung, Dampak
- Sanksi Perdagangan: Definisi, Alasan, Jenis, Pro, Kontra
- Pembatasan Perdagangan: Konsep, Argumen, Jenis dan Dampak