Antidilutif (antidilutive) mengacu pada praktek mengecualikan sekuritas konversi (convertible security) dalam perhitungan earnings per share (EPS) ketika memiliki efek peningkatan EPS. Dasar perhitungan praktik ini didasarkan pada prinsip konservatisme.
Contoh sekuritas konversi adalah obligasi konversi, saham preferen konversi, dsb.
Contoh
Perusahaan ABC mencatatkan laba bersih sebesar Rp5.000.000 selama setahun. Selama periode tersebut, rata-rata tertimbang jumlah saham biasa yang beredar adalah 2.000.000 saham. Perusahaan juga memiliki 50.000 saham preferen konversi yang beredar di mana mereka membayar dividen Rp7 per saham. Masing-masing saham ini dapat dikonversi menjadi 2 saham biasa.
Rumus untuk EPS dasar adalah:
EPS dasar = (Laba bersih – Dividen saham preferen) / Rata-rata tertimbang jumlah saham yang beredar
Total dividen saham preferen yang dibayarkan perusahan adalah sebesar Rp350.000 (50.000 x Rp7). Dari data ini kita dapat menghitung EPS dasar sebagai berikut:
EPS dasar = (5.000.000-350.000) / 2.000.000 = Rp2,33
Sementara itu, ketika saham preferen konversi menjadi saham biasaya, maka kita dapat menghitung EPS dilusian sebagai berikut:
EPS dilusian = (Laba bersih – Dividen saham preferen + Dividen saham preferen konversi) / (Rata-rata tertimbang jumlah saham yang beredar + Saham biasa baru dikeluarkan setelah konversi)
EPS dilusian = (5.000.000 – 350.000 + 350.000) / (2.000.000 + 100.000) = Rp2,38
Dari perhitungan di atas, ketika kita mengokonversi saham preferen menjadi saham biasa, nilai EPS dilusian lebih besar dibandingkan dengan EPS dasar. Dengan demikian, saham preferen disebut antidilutif dan tidak boleh dimasukkan dalam perhitungan EPS dilusian. Karenanya, berdasarkan prinsip konservatisme, EPS dilusian sama dengan EPS dasarnya sebesar Rp2,33.