Tingkat inflasi merupakan kenaikan harga barang-barang pada umumnya dalam sebuah perekonomian. Tingkat inflasi mungkin berada di bawah atau diatas perkiraan agen ekonomi, yang mana menghasilkan ketidakpastian. Ketidakpastian inflasi dapat memperburuk siklus ekonomi. Mengapa demikian?
Ambil contoh yang lebih sederhana, yakni kasus pabrik roti. Misalkan suatu hari, produsen A mengamati perkembangan pasar roti dan melihat bahwa inflasi naik 10%. Berbekal informasi ini, produsen berasumsi bahwa ada peningkatan permintaan untuk roti atau mungkin berkurangnya pasokan.
Untuk mengambil keuntungan dari harga baru yang lebih tinggi, produsen A memperluas pabrik, mempekerjakan lebih banyak pekerja, dan mulai memproduksi lebih banyak roti.
Sekarang, setelah meningkatkan output pabrik, produsen A kemudian mencoba untuk menjual roti ekstra yang diproduksi pabrik. Tetapi, mereka menemukan bahwa tidak ada permintaan tambahan untuk roti. Sebaliknya, kenaikan 10% bukanlah kenaikan harga roti, melainkan kenaikan harga seluruh barang.
Jika semua perusahaan roti mengambil langkah yang sama, maka, para produsen memiliki kelebihan stok, kelebihan kapasitas pabrik, dan terlalu banyak pekerja. Mereka menyadari bahwa tidak perlu berinvestasi di pabrik atau mesin baru untuk waktu yang lama.
Contoh ini menekankan potensi dampak destabilisasi inflasi yang tidak terduga. Ini menunjukkan bagaimana inflasi yang tidak terduga dapat mengurangi kandungan informasi harga pasar untuk agen ekonomi, yang mana, dalam beberapa kasus ekstrim menyebabkan booming dan bust ekonomi.