Bank Indonesia setiap tahun memberikan sinyal rentang target inflasi. Misalnya, untuk tahun 2019, target inflasi adalah 3,5% (±1%). Untuk mencapai target, Bank Indonesia berusaha menggunakan sejumlah alat kebijakan moneter seperti suku bunga kebijakan, operasi pasar terbuka dan perubahan rasio cadangan wajib. Dengan begitu, tingkat inflasi diharapkan dapat terkendali di rentang tersebut. Mengapa inflasi yang terkendali penting? Apa dampak inflasi yang tidak terkendali?
Ada konsensus di antara para ekonom dalam beberapa dekade terakhir bahwa tingkat inflasi yang tidak terduga dan tinggi dapat berdampak pada hal-hal riil seperti lapangan kerja, investasi, dan laba. Oleh karena itu, mengendalikan inflasi harus menjadi salah satu tujuan utama kebijakan ekonomi makro.
Inflasi yang tidak terduga (tidak terkendali) dapat dapat mengakibatkan hal-hal berikut:
- Transfer kekayaan yang tidak adil antara peminjam dan pemberi pinjaman (termasuk kerugian karena tabungan. Inflasi yang lebih tinggi dari perkiraan menguntungkan peminjam dan mengorbankan pemberi pinjaman karena nilai riil dari pinjaman mereka menurun, begitu juga sebaliknya.
- Premi risiko dalam tingkat pinjaman dan harga aset lainnya. Semakin inflasi tidak terkendali, semakin besar ketidakpastian, dan semakin besar pula premi untuk mengkompensasi risiko ketidakpastian tersebut.
- Mendistorsi informasi harga pasar.