Untuk menjawab judul diatas, mari kita ambil persamaan matematis yang dikemukakan oleh Fisher:
Suku bunga nominal = Suku bunga riil + Ekspektasi Inflasi
Fisher menyatakan bahwa suku bunga riil dalam suatu ekonomi stabil dari waktu ke waktu. Oleh karena itu, perubahan suku bunga nominal adalah hasil dari perubahan ekspektasi inflasi di masa depan. Dengan kata lain, suku bunga nominal dibentuk oleh suku bunga riil plus ekspektasi inflasi. Suku bunga riil merepresentasikan tingkat pengembalian riil yang diminta agen ekonomi.
Misalkan bank meminta pengembalian sebesar 3% dan memperkirakan inflasi di tahun depan adalah sebesar 3%, maka, berdasarkan persamaan diatas, bank akan mengenakan suku bunga nominal sebesar 6%. Dan ketika, bank tersebut memperkirakan ternyata suku bunga akan lebih tinggi, menjadi 4%, maka suku bunga nominal yang mereka kenakan adalah 7%.
Mungkinkan suku bunga bank bisa lebih tinggi dari 7%?
Jawabannya adalah mungkin.
Alasannya, karena didasarkan hanya pada perkiraan, ada kemungkinan bahwa inflasi dan pertumbuhan riil tidak sesuai dengan perkiraan dari bank. Selain itu, walau inflasi sesuai dengan perkiraan, dalam kasus pinjaman, ada risiko lain, misalnya nasabah mungkin tidak mampu membayar cicilan karena diberhentikan dari pekerjaan atau alasan lainnya. Untuk mengimbangi ketidakpastian ini, bank membutuhkan premi risiko. Semakin besar ketidakpastian, semakin besar premi risiko yang diperlukan.
Jadi suku bunga nominal sebenarnya terdiri dari tiga komponen:
- Pengembalian riil yang diminta
- Komponen ekspektasi inflasi
- Premi risiko untuk mengkompensasi ketidakpastian