Salah satu tujuan moneter adalah mempengaruhi aktivitas perekonomian, terutama dari jalur permintaan agregat. Ketika menerapkan kebijakan moneter kontraktif, bank sentral , misalnya, akan menaikkan suku bunga, yang mana dapat memoderasi laju inflasi. Sebaliknya, ketika perekonomian sedang lesu atau resesi, bank sentral akan mengadopsi kebijakan moneter ekspansif untuk menstimulus aktivitas ekonomi.
Kebijakan moneter menyebabkan perubahan suku bunga, nilai tukar, dan nilai aset keuangan, yang mana kemudian mempengaruhi pengeluaran konsumsi, pengeluaran investasi, dan ekspor neto. Perubahan pada komponen-komponen tersebut pada akhirnya akan mempengaruhi permintaan dan penawaran agregat serta variabel ekonomi makro lainnya.
Bagaimana kebijakan moneter mempengaruhi perekonomian secara keseluruhan?
Ada enam saluran kebijakan moneter terpenting, yakni: suku bunga, nilai tukar, kekayaan, ekuitas, pinjaman bank, dan neraca pembayaran. Biasanya, saluran suku bunga menjadi jalur yang sering kita amati, meskipun jalur lainnya juga ikut bermain dan saling bergantung serta saling menguatkan.
Keenam saluran ini umumnya saling memperkuat karena semua komponen permintaan agregat bergerak dalam arah yang sama. Ketika bank sentral mengadopsi kebijakan kontraksioner, semua enam saluran tersebut mengurangi permintaan agregat, sebaliknya, ketika menjalankan kebijakan ekspansioner, enam saluran tersebut meningkatkan pengeluaran agregat.
Karena permintaan agregat berubah, produksi agregat dalam perekonomian juga ikut berubah. Ketika, misalnya, permintaan rumah tangga meningkat, ini akan merangsang produsen untuk menghasilkan lebih banyak dan menyerap lebih banyak tenaga kerja. Efek sebaliknya berlaku ketika permintaan agregat berkurang.