Contents
Dalam makroekonomi, pengeluaran konsumsi mempengaruhi perekonomian melalui permintaan agregat. Ekonom memasukkan itu sebagai item dalam permintaan agregat selain investasi bisnis, pengeluaran pemerintah dan ekspor neto. Sehingga, ketika pengeluaran konsumsi meningkat, permintaan agregat juga meningkat. Itu merangsang perekonomian untuk memproduksi lebih banyak output, mengarah pada pertumbuhan ekonomi. Selain itu, itu juga menurunkan tingkat pengangguran karena bisnis membutuhkan lebih banyak tenaga kerja untuk menghasilkan lebih banyak output.
Pengeluaran kita menciptakan pendapatan bagi perusahaan. Dengan kata lain, uang yang kita habiskan menjadi pendapatan bagi mereka. Ketika mereka yakin kita akan menghabiskan lebih banyak uang (peningkatan konsumsi), mereka akan meningkatkan produksi untuk mendapatkan lebih banyak untung.
Perusahaan akan memanfaatkan kapasitas yang ada pada tingkat yang lebih tinggi untuk memproduksi lebih banyak output. Tapi, jika kapasitas yang ada saat ini tidak cukup, mereka berinvestasi dengan membeli barang modal atau mendirikan pabrik baru. Selain itu, mereka juga merekrut lebih banyak tenaga kerja untuk mengoperasikan mesin-mesin produksi mereka. Akhirnya, itu menciptakan lebih banyak pekerjaan dan pendapatan di dalam perekonomian.
Apa saja jenis pengeluaran konsumsi?
Pengeluaran konsumsi adalah apa yang kita habiskan untuk memenuhi kebutuhan sehari-hari. Misalnya, kita membeli makanan, baju, mobil, jasa asuransi, liburan, dan hotel. Semua itu mewakili konsumsi, yang mana mencakup barang dan jasa.
Berapa banyak yang dihabiskan untuk jasa biasanya bervariasi antar konsumen. Konsumen berpendapatan tinggi mungkin lebih banyak menghabiskan uangnya untuk jasa daripada konsumen berpendapatan rendah. Mereka membeli sejumlah layanan seperti perbankan, investasi, liburan, hotel, restoran, perawatan kesehatan dan asuransi. Pengeluaran semacam itu mungkin bukan prioritas bagi konsumen berpendapatan rendah.
Kemudian, konsumsi terhadap barang mungkin juga bervariasi antar konsumen. Mereka yang kaya bisa menghabiskan lebih banyak uang untuk barang mewah dan bermerek. Sementara itu, konsumen berpendapatan rendah sulit untuk menjangkau barang-barang semacam itu. Uang mereka mungkin hanya cukup memenuhi kebutuhan dasar.
Ekonom secara membedakan barang menjadi dua kategori: barang tahan lama dan barang tidak tahan lama. Contoh barang tahan lama adalah mobil, sepeda motor, mesin cuci,dan furniture. Sementara itu, contoh barang tidak tahan lama adalah bensin, makanan, minuman dan pakaian.
Barang tahan lama dan barang tidak tahan lama memiliki karakteristik berbeda terkait dengan seberapa sensitif kita membeli mereka ketika faktor eksternal seperti pendapatan dan suku bunga berubah. Misalnya, ketika kita membeli barang tahan lama, kita mungkin sensitif terhadap suku bunga karena kita mengandalkan pinjaman untuk membeli mereka.
Barang tahan lama biasanya mahal dan pendapatan mungkin harus habis ketika membeli mereka secara tunai. Karena itu, kita membelinya secara kredit. Karena alasan ini, barang tahan lama membutuhkan lebih banyak pertimbangan ketika dibeli.
Faktor apa saja yang mempengaruhi pengeluaran konsumsi?
Pendapatan disposabel adalah faktor penentu utama pengeluaran konsumsi. Ekonom menggunakan itu untuk menjelaskan perubahan dalam konsumsi. Keduanya memiliki hubungan positif, di mana pendapatan yang lebih tinggi meningkatkan konsumsi dan sebaliknya berlaku.
Pendapatan disposabel adalah pendapatan setelah pajak. Ekonom membagi alokasinya menjadi dua kategori:
1. Konsumsi
2. Tabungan
Seperti yang sudah saja jelaskan, ketika pendapatan disposabel meningkat, kita mengharapkan konsumsi meningkat. Sebaliknya, ketika itu turun, konsumsi turun. Lantas seberapa besar peningkatannya? Ekonom mengenalkan dua istilah untuk menjawabnya:
MPC mewakili ekstra pendapatan disposabel yang dialokasikan untuk konsumsi. Katakanlah, itu sama dengan 0,20. Itu berarti kita mengalokasikan $0,2 sebagai konsumsi untuk setiap $1 dolar kenaikan dalam pendapatan disposabel kita. Sisanya, $0,8 adalah untuk ditabung.
Selain pendapatan disposabel, faktor lain juga mempengaruhi pengeluaran konsumsi, termasuk:
Kepercayaan konsumen. Misalnya, ketika optimis dengan pekerjaan dan pendapatan mereka, kita mengharapkan konsumen akan berbelanja lebih banyak.
Kekayaan konsumen. Kenaikan kekayaan, misalnya akibat peningkatan harga aset yang dimiliki, mendorong konsumen berbelanja lebih banyak.
Ekspektasi pendapatan. Misalnya, jika konsumen melihat pendapatan mereka meningkat di masa depan, mereka percaya diri untuk berbelanja lebih banyak sekarang.
Ekspektasi inflasi. Misalnya, jika harga di masa depan turun, konsumen menunda pembelian untuk mendapatkan harga lebih murah di masa depan.
Suku bunga. Kenaikan suku bunga mendorong konsumen mengurangi pengeluaran yang dibiayai pinjaman, seperti barang tahan lama, menurun.
Bagaimana pengeluaran konsumsi mempengaruhi perekonomian?
Pengeluaran konsumsi mempengaruhi perekonomian dalam banyak aspek. Pertama adalah dampaknya terhadap penjualan perusahaan. Kedua, itu mempengaruhi permintaan agregat jika perubahan dalam konsumsi terjadi di seluruh konsumen di dalam perekonomian. Ketiga, konsumsi juga mempengaruhi beberapa variabel ekonomi seperti pertumbuhan ekonomi, tingkat inflasi dan tingkat pengangguran.
Efek terhadap bisnis
Bisnis ada untuk memenuhi kebutuhan dan keinginan konsumen. Dengan melayani konsumen, mereka menghasilkan pendapatan. Setelah dikurangi dengan biaya, mereka memperoleh keuntungan. Biaya cenderung turun ketika perusahaan berproduksi pada skala yang lebih tinggi, misalnya akibat skala ekonomi yang lebih tinggi. Sehingga, semakin besar pengeluaran konsumen, semakin banyak keuntungan dan uang yang mereka hasilkan.
Sebagian besar bisnis memperhatikan angka dan pola pengeluaran konsumen. Itu mempengaruhi beberapa keputusan bisnis seperti investasi barang modal, perekrutan dan diversifikasi produk.
Misalnya, ketika pengeluaran konsumsi turun, bisnis mendapat untung lebih sedikit. Mereka harus melakukan efisiensi operasi untuk menjaga profitabilitas, termasuk dengan memecat karyawan dan mengurangi gaji. Mereka juga menunda investasi modal.
Sebaliknya, ketika pengeluaran konsumsi meningkat, mereka optimis dengan profitabilitas mereka. Mereka percaya diri untuk berinvestasi dalam barang modal dan merekrut lebih banyak tenaga kerja.
Sementara itu, pola pengeluaran konsumsi juga mempengaruhi strategi bersaing perusahaan. Misalnya, ketika konsumen berubah selera, kebutuhan mereka juga berubah. Dan perusahaan harus beradaptasi dengan situasi tersebut, misalnya dengan meluncurkan produk baru atau memperbaiki produk yang ada saat ini dengan menambahkan atribut baru.
Efek terhadap permintaan agregat
Ekonom mendefinisikan permintaan agregat sebagai total pengeluaran oleh pelaku ekonomi. Itu mencakup konsumsi rumah tangga, investasi bisnis, pengeluaran pemerintah dan ekspor neto. Yang terakhir merujuk pengeluaran oleh pelaku ekonomi luar negeri atas produk domestik (ekspor) dikurangi dengan pengeluaran oleh pelaku ekonomi dalam negeri atas produk asing (impor).
Secara matematis, ekonom memformulasikan permintaan agregat sebagai berikut:
- Permintaan agregat = Konsumsi rumah tangga + Investasi bisnis + Pengeluaran pemerintah + Ekspor neto
Rumus matematis di atas menunjukkan ke kita secara jelas bagaimana pengeluaran konsumsi berpengaruh terhadap permintaan agregat. Keduanya memiliki hubungan positif di mana pengeluaran konsumsi yang lebih tinggi meningkatkan permintaan agregat. Sebaliknya, pengeluaran konsumsi yang lebih rendah menurunkan permintaan agregat.
Efek terhadap pertumbuhan ekonomi
Pengeluaran konsumsi adalah pendorong kunci pertumbuhan ekonomi. Itu berkontribusi signifikan terhadap PDB di banyak negara. Misalnya, di Amerika Serikat, itu menyumbang sekitar 60% dari PDB.
PDB adalah ukuran untuk output agregat. Dan itu setara dengan permintaan agregat, sebagaimana ekonom jelaskan dalam model aliran melingkar. Artinya, apa yang dihabiskan oleh pelaku ekonomi akan sama dengan output yang dihasilkan di dalam perekonomian.
Dan perubahan dalam PDB riil mewakili pertumbuhan ekonomi. Ketika PDB riil meningkat, perekonomian tumbuh. Sebaliknya, ketika itu turun, pertumbuhan ekonomi menurun.
Sehingga, kita bisa katakan, pengeluaran konsumsi adalah kunci pendorong bagi pertumbuhan ekonomi karena kontribusinya yang signifikan terhadap PDB. Ketika konsumsi lebih kuat, itu menciptakan lebih banyak permintaan terhadap barang dan jasa.
Peningkatan permintaan membuat perusahaan optimis dengan prospek bisnis mereka. Mereka kemudian meresponnya dengan meningkatkan output untuk mendapatkan lebih banyak keuntungan. Akhirnya, peningkatan pengeluaran konsumsi mendorong peningkatan output dalam perekonomian, mengindikasikan perekonomian tumbuh.
Efek sebaliknya berlaku ketika konsumsi jatuh. Konsumsi yang lebih lemah menurunkan pertumbuhan ekonomi karena bisnis meresponnya dengan memangkas output.
Karena pertumbuhan ekonomi sensitif terhadap pengeluaran konsumen, pembuat kebijakan seringkali fokus pada kebijakan sisi permintaan. Sehingga, ketika perekonomian sedang lesu, mereka berusaha mendorong konsumsi untuk merangsang pertumbuhan ekonomi jangka pendek. Misalnya, pemerintah – melalui kebijakan fiskal – memangkas pajak atau meningkatkan pengeluaran. Atau, bank sentral memangkas suku bunga – kebijakan moneter – untuk menurunkan biaya pinjaman dan meningkatkan ketersediaan kredit di dalam perekonomian.
Efek terhadap inflasi
Penurunan pengeluaran konsumsi mempengaruhi tingkat inflasi, ukuran untuk mewakili persentase perubahan harga barang dan jasa di dalam perekonomian. Singkat kata, itu adalah ukuran agregat untuk perubahan harga.
Sebagaimana hukum permintaan, peningkatan permintaan mendorong harga pasar naik. Sebaliknya, penurunan permintaan mengakibatkan harga turun. Dan jika kenaikan atau penurunan terjadi untuk seluruh barang dan jasa di dalam perekonomian, itulah inflasi.
Sehingga, penurunan pengeluaran konsumsi tidak hanya menyebabkan pertumbuhan ekonomi melambat. Tapi, itu juga membuat harga-harga turun. Situasi tersebut mungkin hanya menyebabkan disinflasi di mana tingkat inflasi melambat dari periode sebelumnya, misalnya dari 5% menjadi 3%. Beberapa barang melaporkan penurunan harga tapi beberapa yang lain masih naik. Akibatnya, secara agregat, tingkat inflasi hanya melambat.
Tapi, jika pengeluaran konsumsi turun signifikan, itu bisa menyebabkan deflasi, di mana tingkat inflasi berada di teritori negatif, misalnya dari 3% menjadi -1%. Sebagian besar barang dan jasa di dalam perekonomian turun, mengakibatkan penurunan tajam pada tingkat inflasi.
Selanjutnya, peningkatan tajam dalam pengeluaran konsumsi juga bisa berdampak buruk pada perekonomian. Tingkat inflasi melonjak dan membuat perekonomian terlalu panas. Situasi ini bisa mengarah pada hiperinflasi, di mana daya beli uang jatuh dengan cepat.
Ketika permintaan meningkat kuat, itu mendorong harga meningkat tajam. Tingkat inflasi naik. Jika konsumen mengekspektasikan harga masih akan naik, mereka akan membelanjakan lebih banyak sekarang, mendorong inflasi lebih tinggi. Jika ini terus berlanjut, itu menyebabkan inflasi melonjak dan perekonomian beroperasi melebihi kapasitas produktifnya (PDB rill melebihi PDB potensial). Melalui efek spiral upah-harga, misalnya, situasi ini bisa membuat inflasi meningkat tidak terkendali.
Menghadapi situasi ini, bank sentral biasanya akan mengintervensi dengan menaikkan suku bunga. Langkah ini bertujuan untuk memoderasi tingkat inflasi dengan melemahkan permintaan agregat.
Efek terhadap tingkat pengangguran
Peningkatan pengeluaran konsumen akan mendorong bisnis untuk meningkatkan output. Pada saat awal, mereka mungkin belum berinvestasi dalam barang modal. Mereka mungkin hanya memaksimalkan kapasitas produksi yang ada. Mereka mungkin juga belum merekrut tenaga kerja baru. Melainkan, mereka meningkatkan lembur untuk meningkatkan output untuk memenuhi permintaan.
Tapi, jika permintaan semakin kuat dan melebihi kapasitas yang ada, bisnis mulai berinvestasi. Misalnya, mereka membeli barang modal atau membangun pabrik baru. Selain itu, mereka juga merekrut tenaga kerja baru untuk mengoperasikan mesin dan pabrik tersebut. Sebagai hasilnya, tingkat pengangguran menurun.
Efek sebaliknya berlaku ketika pengeluaran konsumsi turun. Bisnis akan memangkas produksi sambil melakukan langkah efisiensi. Mereka mungkin masih berinvestasi di peralatan ringan, terutama untuk mendukung efisiensi. Selain itu, mereka mungkin hanya menghentikan perekrutan.
Tapi, jika permintaan jatuh lebih lanjut, mereka memangkas produksi lebih lanjut. Mereka juga menghentikan investasi dan mengurangi pekerja untuk mengurangi tekanan pada profitabilitas. Akibatnya, tingkat pengangguran meningkat.
Bacaan selanjutnya untuk Anda
- Pengeluaran Konsumsi: Jenis, Faktor Penentu, Dampak
- Pola Belanja Konsumen: Faktor Yang Mempengaruhi
- Faktor-Faktor Saja Yang Mempengaruhi Pengeluaran Konsumsi?
- Bagaimana Pengeluaran Konsumsi Mempengaruhi Perekonomian