Pelonggaran kuantitatif atau yang dikenal dengan istilah quantitative easing (QE) pada dasarnya adalah operasi pasar terbuka untuk meningkatkan jumlah uang beredar. Tetapi, QE terjadi dalam skala masif daripada operasi pasar terbuka biasa. QE bertujuan untuk mendorong pertumbuhan ekonomi yang lesu, sebagaimana terjadi di Amerika Serikat dan Inggris.
Cadangan tambahan yang dibuat oleh bank sentral dalam kebijakan kuantitatif dapat digunakan untuk membeli aset apa pun. bank sentral Inggris, Bank of England, memilih untuk membeli gilt (obligasi yang diterbitkan oleh pemerintah Inggris), di mana fokusnya adalah gilt dengan jatuh tempo tiga hingga lima tahun. Idenya adalah bahwa ini akan mendorong pinjaman, menyebabkan pertumbuhan uang luas dan pada akhirnya akan mengarah pada peningkatan aktivitas ekonomi riil.
Di Amerika Serikat, rencana formal untuk QE terutama melibatkan pembelian obligasi hipotek yang diterbitkan atau dijamin oleh Freddie Mac dan Fannie Mae. Salah Satu tujuannya adalah untuk menekan tingkat hipotek untuk mendukung pasar perumahan Amerika Serikat, serta untuk meningkatkan tingkat pertumbuhan uang beredar. Sebelum menerapkan program ini, bank sentral AS, Federal Reserve, melakukan intervensi di beberapa pasar lain untuk menambah likuiditas, termasuk pasar antar bank dan pasar commercial paper. Intervensi ini memiliki efek yang serupa pada neraca Federal Reserve dan jumlah uang beredar sebagai program QE.
Babak pertama QE oleh Federal Reserve tersebut kemudian diikuti oleh babak selanjutnya dari QE. Babak ini kita kenal sebagai QE2. Pada November 2010, Federal Reserve menilai bahwa ekonomi AS belum cukup menanggapi putaran pertama QE (QE1). The Fed mengumumkan bahwa mereka akan mencetak USD 600 miliar dan menggunakan uang ini untuk membeli obligasi-obligasi AS yang sudah lama bertanggal setara dalam delapan bulan berikutnya. Tujuan QE2 adalah untuk memastikan bahwa imbal hasil jangka panjang tetap rendah untuk mendorong bisnis dan rumah tangga untuk meminjam untuk tujuan investasi dan konsumsi.