Core earning merujuk pada laba bersih yang dihasilkan dari bisnis utamanya. Dalam perhitungannya, ini tidak memasukkan komponen yang tidak berulang seperti keuntungan atau kerugian luar biasa selama suatu periode, biaya restrukturisasi, dan penghapusan untuk penurunan nilai.
Pengeluaran item-item tidak berulang tersebut memungkinkan analisa yang lebih tajam terkait kesinambungan laba di masa depan. Misalnya, perusahaan melaporkan laba operasi sebesar Rp2 miliar dan kerugian luar biasa sebesar Rp200 juta dan pendapatan bunga bersih sebesar Rp300 juta. Sehingga, laba sebelum pajak perusahaan adalah sebesar Rp1,5 miliar.
Untuk proyeksi laba sebelum pajak di tahun depan, item kerugian luar biasa tidak perlu kita masukkan karena mungkin tidak akan ada lagi di tahun depan. Oleh karena itu, kita hanya perlu memproyeksi laba operasi dan pendapatan bunga bersih.