Bargaining power atau daya tawar adalah kekuatan pengaruh relatif dari masing-masing pihak dalam negosiasi, perselisihan, atau pertukaran. Dalam transaksi jual beli, tawar-menawar kemungkinan besar terjadi ketika ada kebutuhan untuk menegosiasikan harga, spesifikasi produk, dan pengiriman.
Konsep ini penting dalam analisis di sejumlah bidang, termasuk teori permainan, ekonomi tenaga kerja, negosiasi diplomatik, penyelesaian litigasi, pengaturan perundingan bersama, harga asuransi, dan lain sebagainya.
Jenis daya tawar
Kekuatan tawar-menawar adalah kekuatan relatif para pihak dalam situasi untuk saling mempengaruhi satu sama lain. Jika kedua belah pihak memiliki kedudukan yang sama dalam suatu negosiasi, maka mereka akan memiliki daya tawar yang sama. Ini dapat kita lihat di pasar persaingan sempurna atau monopoli bilateral.
Ada dua jenis kekuatan tawar. Ketika pihak dengan daya beli yang lebih kuat mengerahkan kekuatan untuk memaksa konsesi dari pihak yang lebih lemah, ini disebut dengan daya tawar kompetitif. Sebaliknya, ketika pihak yang kuat lebih memilih berunding untuk mencapai kompromi dan tujuan bersama, ini kita sebut daya tawar koordinatif.
Kekuatan tawar meningkat dengan persatuan, cadangan keuangan, dan reputasi untuk ketangguhan, dan berkurang karena keterbelahan, keuangan yang goyah, dan reputasi karena bersedia berkompromi. Selain itu, pihak dengan kebutuhan mendesak akan kesepakatan memiliki daya tawar yang sangat kecil.
Daya tawar pembeli dan daya tawar pemasok
Dalam Porter’s Five Forces, diantara dua kekuatan utama yang dapat mempengaruhi profitabilitas sebuah industri adalah daya tawar pembeli dan daya tawar pemasok. Pembeli dapat mempengaruhi kualitas dan harga jual produk perusahaan. Sedangkan, pemasok mempengaruhi kualitas dan harga input.
Semakin besar posisi tawar keduanya, semakin kecil profitabilitas. Sebaliknya, semakin kecil daya tawar keduanya, semakin besar peluang perusahaan untuk memperoleh profitabilitas yang lebih besar.