Gelembung ekonomi atau economic bubble adalah kondisi ekonomi yang ditandai oleh peningkatan harga aset yang tidak realistis dan tidak berkelanjutan. Periode ini ditandai dengan ekspektasi irasional dan spekulasi liar dan tidak terkendali. Harga sekuritas dan aset lainnya naik signifikan, yang mana ketika telah meletus, dapat mengakibatkan keruntuhan ekonomi yang parah.
Deskripsi tentang “Gelembung Ekonomi”
Gelembung ekonomi lebih parah dan lebih tahan lama dibandingkan dengan siklus bisnis pada umumnya. Kondisi ini biasanya akibat dari kombinasi beberapa faktor, termasuk:
- Kebijakan moneter ekspansif
- Penyaluran kredit yang terlalu mudah dan longgar
- Perilaku spekulatif dari investor
- Peraturan yang longgar
- Optimisme konsumen berlebihan
Kenaikan harga aset yang signifikan tidaklah berkelanjutan. Di satu waktu, gelembung akan pecah dan mengakibatkan dampak buruk terhadap perekonomian. Banyak pihak sulit untuk memprediksi kapan gelembung akan pecah, yang ada hanyalah upaya untuk meredam gelembung agar tidak semakin besar.
Contoh gelembung ekonomi yang pernah terjadi:
- South Sea Bubble pada tahun 1720 di Inggris. Gelembung ini menyebabkan jatuhnya pasar saham Inggris dan kebangkrutan banyak investor.
- Gelembung real estat dan tanah di Melbourne, Australia pada tahun 1883–1889 dan pecah di tahun 1890–1891.
- Gelembung harga aset Jepang dan booming real estat dan pasar saham Jepang pada tahun 1986-1991.
- Dot-com bubble pada akhir tahun 1990-an di Amerika Serikat, yakni gelembung saham perusahaan start-up berbasis internet.
- Gelembung real estat dan perumahan pada tahun 2002–2006 di Amerika Serikat.
- Gelembung harga komoditas pada tahun 2002–2008