
PT Hanjaya Mandala Sampoerna Tbk (Kode: HMSP) memproduksi rokok kretek tangan dan linting mesin. Perusahaan mendistribusikan produk-produknya di pasar domestik dan internasional. Melalui anak perusahaannya, perusahaan juga mengembangkan properti.
Riwayat Singkat Hanjaya Mandala Sampoerna Tbk
2018
Total pendapatan bersih Perseroan meningkat 7,7% menjadi Rp106,7 triliun dibandingkan tahun 2017, dimana hal ini disebabkan penerapan strategi penetapan harga yang tepat. Volume penjualan rokok domestik naik 0,1% menjadi 101,4 miliar unit (2017: 101,3 miliar unit).
Volume penjualan SKM meningkat 3,2% dari 69,8 miliar unit menjadi 72,0 miliar unit, mencerminkan kinerja penjualan yang tetap kuat dari Dji Sam Soe Magnum Mild dan Marlboro Filter Black, yang sebagian terimbas oleh kinerja Sampoerna A dan Sampoerna U dikarenakan oleh kenaikan cukai yang nilainya di atas inflasi.
Volume penjualan SKT turun 0,3 miliar unit menjadi 20,0 miliar unit pada tahun 2018 atau 1,2% lebih rendah dari tahun sebelumnya, terutama disebabkan penurunan kinerja Sampoerna Kretek dan Panamas Kuning yang mencerminkan turunnya segmen SKT secara keseluruhan. Tingkat penurunan volume SKT Perseroan tidak terlalu rendah bila dibandingkan dengan tahun 2017.
2016
Sampoerna melakukan stock split 1:25 agar harga saham terjangkau bagi investor dan menarik minat investor ritel yang lebih luas.
2015
Sampoerna menyelesaikan proses rights issue, untuk memenuhi syarat di mana sedikitnya 7,5% dari modal disetor harus dimiliki oleh pemegang saham bukan pengendali dan bukan pemegang saham utama.
2012
Sampoerna melewati volume penjualan 100 miliar batang.
2008
Sampoerna meresmikan pengoperasian pabrik SKM di Karawang dengan nilai investasi sebesar USD250 juta.
2006
Sampoerna mengambil posisi nomor satu dalam pangsa pasar di pasar rokok Indonesia.
2005
Melihat keberhasilan usahanya, Sampoerna menarik perhatian Philip Morris International (PMI). Ketertarikan tersebut kemudian membuat Philip Morris International Indonesia (PMID), anak perusahaan dari PMI, mengakuisisi mayoritas saham Sampoerna pada bulan Mei 2005.
1990
Sampoerna menjadi perusahaan publik yang terdaftar di Bursa Efek Jakarta (sekarang Bursa Efek Indonesia), dengan kode saham HMSP dan mulai mengembangkan struktur perusahaan modern serta menjalani periode investasi dan ekspansi.
1989
Sampoerna meluncurkan merek Sampoerna A yang merupakan produk Sigaret Kretek Mesin Kadar Rendah (SKM LT).
1930
Setelah usahanya berkembang dengan mapan, Liem Seeng Tee kemudian mendirikan perusahaan dengan nama Sampoerna dan memindahkan keluarga serta pabriknya ke sebuah kompleks bangunan di Surabaya, yang kemudian diberi nama “Taman Sampoerna” Hingga saat ini, Taman Sampoerna masih aktif memproduksi SKT milik Sampoerna.
1913
Liem Seeng Tee, seorang imigran asal Tiongkok, memulai usahanya dengan memproduksi dan menjual produk SKT di rumahnya di Surabaya. Usaha kecilnya tersebut, merupakan salah satu usaha pertama di Indonesia yang membuat dan memasarkan rokok kretek dengan merek Dji Sam Soe.