Inflasi yang diimpor (imported inflation) adalah jenis inflasi yang disebabkan oleh kenaikan harga barang impor. Selain kenaikan harga barang itu sendiri, depresiasi mata uang domestik yang tajam juga dapat membuat barang impor menjadi jauh lebih mahal.
Deskripsi tentang “Imported Inflation”
Tidak semua barang dapat dihasilkan dari dalam negeri. Beberapa barang perlu diimpor. Indonesia dan negara berkembang lainnya tergantung pada impor untuk barang-barang modal berteknologi canggih. Demikian juga, negara maju tergantung pada negara berkembang untuk pasokan bahan baku industri mereka.
Oleh karena itu, kenaikan harga bahan baku dan barang modal menyebabkan biaya produksi dalam negeri naik. Produsen akan meneruskan kenaikan ini ke harga jual produk demi mempertahankan keuntungan. Akibatnya, inflasi di dalam negeri merangkak naik. Inflasi jenis ini dikategorikan sebagai inflasi dorongan biaya (cost-push inflation), karena berakar dari kenaikan biaya produksi.
Di Indonesia, salah satu barang impor yang cukup signigikan mempengaruhi inflasi adalah harga minyak. Karena masih tergantung pada impor, kenaikan tinggi atas harga minyak mendorong kenaikan biaya produksi di berbagai sektor, mulai dari transportasi, ketenagalistrikan, hingga industri manufaktur. Oleh karena itu, ketika subsidi dikurangi dan harga minyak masih tinggi, harga barang pada umumnya melonjak.
Penyebab imported inflation
Imported inflation terjadi karena ada kenaikan harga barang-barang impor. Selain itu, depresiasi juga berkontribusi terhadap harga beli para importir. Semakin besar depresiasi mata uang, semakin tinggi harga impor. Akibatnya, importir harus mengeluarkan banyak uang untuk membeli barang impor.