Indeks harga produsen (producer price index atau PPI) mencerminkan perubahan harga dialami oleh produsen. Komponen indeks bervariasi karena tahapan proses produksi melibatkan barang yang berbeda, termasuk input, barang setengah jadi, dan barang jadi. Misalnya, di negara tertentu, indeks hanya mencakup harga jual yang diterima oleh produsen dalam negeri untuk output mereka. Sementara, di negara lain, itu mungkin termasuk ketiga kategori barang tersebut.
Indeks dihitung dengan membagi harga saat ini dengan harga tahun dasar untuk keranjang barang yang sama. Hasilnya kemudian dikalikan dengan 100.
Dari indeks, kita dapat mengukur inflasi harga produsen menggunakan rumus berikut:
Tingkat inflasi = [(PPI t / PPI (t-1) ) – 1] * 100%

Indeks harga produsen dianggap sebagai prediktor dari indeks harga konsumen (CPI). Karena indeks mengukur perubahan harga pada tahap awal dalam proses produksi. Ketika biaya produksi meningkat, kenaikan tersebut biasanya diteruskan ke konsumen, sehingga harga barang-barang konsumsi juga naik.
Apakah CPI dan PPI memiliki komponen yang sama? Jawabannya adalah tidak. PPI lebih luas, tetapi juga secara bersamaan lebih sempit dari CPI. PPI lebih luas karena mencakup tidak hanya produk konsumen, tetapi juga produk bisnis seperti mesin dan suku cadang, bahan kimia industri, dan sebagainya.
Juga, seperti di Amerika Serikat, PPI tidak mencakup barang-barang impor. Berbeda dengan CPI, yang mencakup produk dan layanan konsumen yang berasal dari luar negeri.
Selain itu, PPI juga tidak termasuk pajak karena mereka tidak mewakili pendapatan produser. Di sisi lain, pajak penjualan dan pajak lainnya biasanya termasuk dalam harga produk yang dibayar oleh konsumen, oleh karena itu termasuk dalam komponen CPI.