Core inflation atau inflasi inti adalah inflasi indeks harga konsumen yang tidak mencakup item yang lebih volatile. Contoh item yang bersifat volatile adalah produk makanan dan energi.
Harga makanan dan energi dianggap cenderung bergejolak dan menyebabkan guncangan harga sementara. Sehingga, dengan mengeluarkan komponen tersebut, pergerakan inflasi inti cenderung persisten.
Karena alasan tersebut, bank sentral biasanya fokus pada jenis inflasi inti sebagai jangkar kebijakan. Bank sentral menganggap komponen inti memberikan indikasi yang lebih jelas tentang tren inflasi jangka panjang.
Inflasi inti di Indonesia
Di Indonesia, inflasi dibedakan menjadi tiga komponen, yakni komponen inti, komponen harga yang diatur pemerintah dan komponen bergejolak (volatile foods). Dua komponen terakhir sering disebut dengan komponen non-inti.
Komponen inti mencakup komponen inflasi yang cenderung menetap atau persisten (persistent component) di dalam pergerakan inflasi. Inflasi inti lebih dpengaruhi oleh faktor fundamental, seperti interaksi permintaan-penawaran, nilai tukar, inflasi mitra dagang, dan ekspektasi pelaku ekonomi (pedagang dan konsumen).
Inflasi komponen bergejolak mencakup harga bahan makanan. Pergerakan inflasi ini dipengaruhi oleh faktor-faktor seperti harga komoditas pangan domestik dan internasional, panen, dan ganggun alam.
Inflasi komponen harga yang diatur pemerintah adalah inflasi yang dominan dipengaruhi oleh kebijakan harga pemerintah. Contohnya adalah harga bahan bakar minyak bersubsidi, tarif listrik, tarif angkutan dan lain sebagainya.