Suku bunga adalah variabel makroekonomi utama yang sering diamati banyak kalangan, selain produk domestik bruto, inflasi, dan nilai tukar. Secara garis besar, ada dua jenis suku bunga, suku bunga nominal dan suku bunga riil. Suku bunga riil adalah suku bunga nominal setelah disesuaikan dengan daya beli uang (inflasi) dan biasanya menjadi fokus dari banyak pengamat.
Ledakan ekonomi dapat terjadi akibat kredit murah. Mengapa demikian?
Kredit murah berarti, suku bunga riil begitu rendah dibandingkan dengan biasanya. Suku bunga riil yang memiliki pengaruh langsung pada permintaan konsumen. Ketika kredit murah karena suku bunga rendah, konsumen membeli rumah, mobil, computer, dan item lainnya yang seringkali dibiayai melalui pinjaman. Hal ini, pada gilirannya, semua permintaan ini menstimulus pertumbuhan ekonomi.
Di sisi lain, selama periode suku bunga riil rendah, perusahaan dapat dengan mudah meminjam uang untuk membiayai ekspansi. Meminjam dengan suku bunga riil yang lebih rendah mengurangi biaya modal dan meningkatkan daya saing perusahaan. Karena permintaan konsumen pada saat yang sama juga cenderung meningkat, perusahaan mulai membeli sejumlah peralatan modal untuk meningkatkan produksi. Secara agregat, peningkatan output oleh produsen mendorong produk domestik bruto (PDB) naik.
Namun, efek sebaliknya berlaku. Ketika tingkat bunga riil meningkat, permintaan konsumen melambat, kredit lebih sulit didapat, dan perusahaan merasa lebih sulit untuk meminjam uang untuk mendukung operasi, mungkin menunda investasi. Hasilnya, pertumbuhan ekonomi cenderung tertahan.
Kaitan Suku Bunga Dengan Pertumbuhan Ekonomi
