Selama resesi, ekonomi mencatatkan pertumbuhan negatif. Ini mencerminkan bahwa keuntungan dari banyak perusahaan mengalami koreksi karena permintaan terhadap produk mereka jatuh.
Jika kondisi tersebut terjadi, investor biasanya mengalihkan portofolionya ke aset yang lebih aman. Salah satunya adalah emas. Alternatif lainnya adalah obligasi pemerintah.
Di pasar saham, perusahaan dengan arus kas positif yang stabil adalah yang menarik selama resesi. Biasanya, perusahaan utilitas (misalnya listrik) dan produsen kebutuhan pokok masuk dalam kategori ini. Alasannya, sederhana, meskipun pertumbuhan ekonomi negatif, orang-orang masih membutuhkan listrik dan makan. Jadi, pendapatan perusahaan-perusahaan ini relatif tahan terhadap resesi.
Namun, ketika perekonomian mulai memasuki awal fase ekspansi, mereka akan mulai mengalokasikan ke aset yang lebih berisiko seperti obligasi perusahaan dan saham-saham perusahaan siklikal seperti produsen otomotif. Dua aset tersebut cenderung akan menawarkan keuntungan yang lebih besar (ingat: semakin besar risiko, semakin besar pula keuntungan).
Sebaliknya, saham-saham di sektor listrik dan produsen kebutuhan pokok tidak menarik selama ekspansi. Alasannya, kedua sektor tersebut relatif tidak mengambil manfaat yang besar dari ekspansi dan pertumbuhannya akan tetap stabil. Karena itu, potensi kenaikan harga sahamnya juga tidak akan tinggi.