Prinsip pencocokan (matching principle) adalah prinsip akuntansi bahwa pengeluaran harus diakui ketika pendapatan yang terkait diakui. Tujuannya adalah untuk menyajikan secara akurat laba bersih untuk periode akuntansi dan menghindari salah saji pendapatan selama periode tersebut.
Misalnya, upah dan bahan bangunan yang dibeli untuk membangun properti sewaan disusutkan selama periode bangunan untuk menghasilkan pendapatan sewa, bukan selama periode konstruksi. Dalam hal ini, perusahaan mengakui pendapatan ketika menyewakan properti sehingga biaya yang terkait dengan properti perlu disusutkan pada saat yang sama.
Contoh lain, sebuah perusahaan membeli mesin baru seharga Rp100 pada tahun 2019. Perusahaan memperkirakan manfaat ekonomis dari mesin tersebut adalah 5 tahun. Karena itu, mesin akan menghasilkan produk (pendapatan) untuk 5 tahun ke depan. Di bawah prinsip pencocokan, perusahaan mengakui biaya penyusutan mesin selama 5 tahun, yaitu, selama menghasilkan produk, daripada dibebankan pada tahun 2019.
Jika barang yang dibeli pada tahun berjalan tetap tidak terjual pada akhir tahun, biayanya dikecualikan dari harga pokok penjualan saat melaporkan laba untuk tahun tersebut. Sebagai gantinya, biaya barang-barang ini akan dikurangkan dari pendapatan periode berikutnya setelah mereka dijual.
Mengapa Matching Principle itu penting
Melalui pencocokan pengeluaran dan pendapatan, laporan keuangan dapat mewakili hasil operasi yang lebih akurat. Prinsip ini membantu menghindari penyimpangan dalam posisi keuangan dan meningkatkan kualitas laporan keuangan.
Konsep pencocokan sedikit berbeda dari konsep akrual. Prinsip akrual menyatakan bahwa perusahaan mengakui pendapatan dan pengeluaran saat terjadi. Konsep akrual jatuh pada periode yang sama. Namun, konsep pencocokan bisa jatuh di antara dua periode yang berbeda.
Beberapa contoh transaksi yang mempengaruhi lebih dari satu periode adalah:
- Premi asuransi dibayar dimuka
- Biaya gaji
- Persediaan
- Pembelian aset tetap
- Sewa prabayar untuk tahun-tahun mendatang