Bank sentral umumnya menargetkan inflasi yang rendah. Tetapi, mereka tidak menargetkan inflasi 0%.
Di Indonesia misalnya, Bank Sentral menargetkan inflasi di kisaran 3,5% ±1%. Sedangkan, di beberapa negara maju seperti Amerika Serikat, Japan, Euro, target inflasi inti mereka adalah 2%. Mengapa mereka tidak menargetkan inflasi 0%?
Penargetan inflasi adalah seni, bukan sains. Terkadang inflasi akan di atas target dan kadang-kadang di bawah. Jika bank sentral menargetkan nol persen, maka inflasi hampir pasti akan negatif untuk beberapa periode.
Jika pola pikir deflasi kemudian muncul di antara agen-agen ekonomi, mungkin sulit bagi bank sentral untuk merespons hal ini karena mereka tidak dapat memotong suku bunga jauh di bawah nol.
Inflasi yang rendah dapat menyebabkan tingkat bunga yang lebih rendah karena ketika mengeluarkan pinjaman, pemberi pinjaman akan meminta premi untuk memperhitungkan inflasi. Ketika suku bunga rendah, bank sentral akan menurunkan suku bunga acuan untuk mendorong pengeluaran, akibatnya meningkatkan ekonomi dan mencegah kelemahan ekonomi. Ketika suku bunga acuan menjadi sangat rendah dan bahkan mendekati nol batas bawah, bank sentral menjadi semakin tidak berdaya. Mereka tidak dapat lagi menurunkan suku bunga dan kebijakan moneter ekspansif menjadi relatif tidak berguna dan tidak layak.