• Skip to primary navigation
  • Skip to main content
  • Skip to footer

Cerdasco

Pengetahuan Lebih Baik. Wawasan Lebih Tajam

  • Manajemen
  • Ekonomi
  • Keuangan

Panduan Untuk Menganalisis dan Menginterpretasikan Rasio Keuangan


Sebelum anda membaca lebih lanjut, saya harus memberitahu anda, rasio keuangan di artikel sebagian besar adalah untuk perusahaan non-keuangan. Kemudian, di bagian awal, saya akan mengulas sedikit tentang apa itu rasio keuangan, mengapa itu berguna dalam menganalisa laporan keuangan.

Di bagian berikutnya, anda akan menemukan berbagai rasio keuangan, yang mana saya bagi ke dalam beberapa subheading seperti rasio aktivitas, likuiditas, solvabilitas, profitabilitas, arus kas, valuasi dan kredit. Di bagian terakhir, saya akan mengulas, bagaimana kita seharusnya menggunakan rasio-rasio keuangan tersebut.


  • Share on Twitter Share on Twitter
  • Share on Facebook Share on Facebook
  • Share on LinkedIn Share on LinkedIn

Apa itu rasio keuangan?

Rasio keuangan (financial ratio) adalah perbandingan antara dua atau lebih akun di dalam laporan keuangan. Itu berguna mengukur berbagai aspek keuangan perusahaan, termasuk efisiensi operasi, profitabilitas, likuiditas dan solvabilitas. Menghitungnya relatif mudah karena anda hanya membandingkan akun tertentu di laporan keuangan dengan akun lainnya, hanya saja, itu harus bermakna untuk menjelaskan kinerja dan kondisi keuangan perusahaan.



Panduan Memahami Laporan Keuangan


Dasar-dasar Laporan Keuangan

Panduan Utama untuk Memahami Laporan Keuangan

Neraca Keuangan

Hampir Semua Yang Anda Butuhkan Untuk Memahami Neraca Keuangan

Laporan Arus Kas

Mari Bicara Uang Yang Diperoleh Perusahaan (Membaca Laporan Arus Kas)

Laporan Laba Rugi

Memahami Laporan Laba Rugi

Rasio keuangan

Anda di sini sekarang

Bagaimana cara menganalisa laporan keuangan?

Analisis laporan keuangan pada dasarnya mentransformasi data akuntansi menjadi informasi yang berguna. Sehingga, dengannya, anda dapat memberikan wawasan tentang keuangan perusahaan saat ini, membuat peramalan dan mengambil keputusan ekonomi. Mendasarkan keputusan berdasarkan analisis keuangan lebih masuk akal daripada mendasarkan pada firasat atau tebakan.

Analisa tersebut berusaha menjelaskan hubungan penting di antara angka-angka dalam laporan keuangan, seringkali itu melalui rasio keuangan. Itu membantu kita menginterpretasikan angka-angka dan menghasilkan wawasan yang lebih baik tentang kinerja dan kondisi keuangan perusahaan.

Tiga cara untuk menganalisis laporan keuangan:

  • Analisis horizontal
  • Analisis vertikal
  • Rasio keuangan

Analisis horizontal memeriksa bagaimana angka sebuah akun berubah dari waktu ke waktu. Itu mengidentifikasi kinerja historisnya dan membantu untuk meramalkan nilai mereka di masa depan.

  • Anda dapat dapat mengamati nilai dolar mereka, apakah meningkat atau menurun. Ini biasanya agak lebih rumit untuk menginterpretasikan.
  • Atau, anda dapat membaginya dengan angka mereka di tahun dasar, dinyatakan sebagai persentase. Itu membantu anda untuk menilai bagaimana angka telah berubah dalam beberapa tahun terakhir.
  • Atau, anda juga dapat menghitung persentase perubahan mereka. Anda dapat menilai berapa kenaikan atau penurunan sebuah akun dari tahun ke tahun.

Analisis vertikal membandingkan akun laporan keuangan dengan akun tertentu di bagian laporan keuangan yang sama, seperti total aset atau pendapatan. Disebut juga dengan common-size analysis.

  • Vertical common‐size income statement menyatakan semua item laporan laba rugi sebagai persentase dari pendapatan. Itu berguna dalam mengidentifikasi margin keuntungan dan tren biaya.

Vertical common-size income statement = (Income statement account / Revenue) * 100%

  • Vertical common‐size balance sheets menyatakan setiap item di neraca sebagai persentase dari total aset. Anda membagi berbagai akun di aset, liabilitas dan ekuitas dengan total aset.

Vertical common-size balance sheet = (Balance sheet account / Total assets) *100%

Rasio keuangan membandingkan akun di laporan keuangan dengan akun lainnya, mirip dengan analisis vertikal. Tapi, keduanya agak berbeda karena rasio keuangan mungkin membandingkan akun antar bagian laporan keuangan, misalnya laba bersih di laporan laba rugi dengan total utang di neraca. Dengan kata lain, mereka tidak hanya melibatkan akun-akun dibagian laporan keuangan yang sama.

Menghitung rasio adalah mudah karena hanya membutuhkan operasi aritmatika sederhana. Tapi, menginterpretasikan mereka tidak sesederhana ketika anda menghitungnya. Mereka harus bermakna untuk menggambarkan keuangan perusahaan saat ini, mengevaluasi kinerja masa lalu, dan membuat peramalan. Untuk mengambil kesimpulan, anda tidak hanya melihat rasio keuangan secara individual, tetapi juga melihat keterkaitan antar mereka, dan juga, mempertimbangkan data-data operasional perusahaan.

Mengapa rasio keuangan penting?

Rasio keuangan adalah alat penting ketika anda menganalisis keuangan perusahaan. Mereka membantu untuk mengevaluasi kinerja dan kesehatan keuangan sebuah perusahan. Itu berguna dalam mengidentifikasi trend dalam pengelolaan keuangan perusahaan dan memberikan tanda peringatan, bergantung pada rasio dan aspek bisnis yang anda periksa.

Rasio keuangan memberikan wawasan ke anda tentang aspek bisnis seperti:

  • Profitabilitas
  • Modal kerja
  • Likuiditas
  • Solvabilitas

Profitabilitas

Profitabilitas adalah terkait dengan seberapa berhasil perusahaan menghasilkan laba. Itu biasanya diukur dari kemampuan mereka dalam mengkonversi pendapatan menjadi laba atau dalam memberikan pengembalian terhadap sumber daya yang digunakan untuk menghasilkan laba.

  • Margin profitabilitas mengukur seberapa menguntungkan perusahaan menghasilkan uang, diukur dari kemampuan mereka mengkonversi pendapatan menjadi laba. Margin laba bersih, margin laba operasi, dan margin laba kotor adalah contoh-contohnya.
  • Pengembalian membandingkan laba yang dihasilkan dengan sumber daya yang digunakan. Anda dapat menggunakan beberapa rasio untuk mengukurnya termasuk return on assets (ROA), return on equity (ROE) dan return on investment (ROI).

Modal kerja

Modal kerja mewakili kas bersih yang tersedia dari kegiatan operasi sehari-hari. Anda menghitungnya dengan mengurangi aset lancar dengan liabilitas lancar.

  • Modal kerja = Aset lancar – Liabilitas lancar

Itu mengukur kemampuan perusahaan untuk melakukan pembayaran dalam 12 bulan ke depan. Modal kerja yang positif menunjukkan perusahaan yang sehat. Perusahaan memiliki cukup aset lancar untuk menutup tagihan yang akan jatuh tempo dalam satu tahun. Sebaliknya, jika itu negatif, perusahaan mungkin mengalami masalah arus kas.

Likuiditas

Likuiditas menunjukkan kemampuan perusahaan untuk membayar liabilitas jangka pendeknya. Perusahaan menggunakan kasnya untuk memenuhi kewajiban. Kas adalah paling likuid karena perusahaan dapat menggunakannya kapan saja dan untuk apa saja. Aset yang relatif likuid berikutnya adalah setara kas.

Jika tidak mencukupi, perusahaan harus mengkonversi beberapa aset lancar seperti piutang usaha dan persediaan menjadi uang tunai. Jika dibandingkan dengan kas, mereka kurang likuid karena tidak dapat dikonversi dengan cepat menjadi uang tunai dengan sedikit atau tanpa kehilangan nilai.

  • Misalnya, perusahaan memerlukan waktu untuk menagih piutang usaha. Beberapa pelanggan mungkin tidak membayar tepat waktu, atau bahkan, mereka tidak bisa membayar.
  • Begitu juga, perusahaan perlu mengkonversi persediaan menjadi output final sebelum dijual. Penjualan mungkin tidak langsung menghasilkan pemasukan kas karena beberapa diutang oleh pelanggan.

Solvabilitas

Solvabilitas adalah tentang seberapa mampu perusahaan dapat memenuhi kewajiban jangka panjangnya. Jika tidak dapat membayar tagihan mereka, perusahaan adalah dalam kondisi insolven. Kreditur mungkin akan mengajukan kebankrutan ke pengadilan untuk memaksa perusahaan melikuidasi asetnya untuk melunasi utang.

Apa saja rasio keuangan yang biasanya digunakan?

Rasio aktivitas

Rasio aktivitas (activity ratio) mengukur seberapa efektif perusahaan dalam mengelola sumber dayanya (aset) dan menjalankan operasi sehari-hari, seperti mengelola persediaan, menagih piutang, dan mengelola utang usaha. Disebut juga dengan rasio pemanfaatan aset atau rasio efisiensi.

Contoh-contohnya adalah:

  • Perputaran persediaan
  • Days of inventory on hand (DOH)
  • Perputaran piutang usaha
  • Days sales outstanding (DSO)
  • Perputaran utang usaha
  • Days payable outstanding (DPO)
  • Perputaran modal kerja
  • Perputaran aset tetap
  • Perputaran total aset

Perputaran persediaan

Perputaran persediaan (inventory turnover) mengukur seberapa bagus perusahaan mengelola persediaan mereka. Kita menghitungnya dengan membagi harga pokok penjualan (cost of goods solds atau COGS) dengan persediaan rata-rata. Kedua item dapat anda temukan di laporan laba rugi dan neraca.

  • Perputaran persediaan = COGS / Rata-rata persediaan

Perputaran persediaan yang tinggi adalah lebih disukai karena manajemen efektif dalam mengelola persediaan. Sebaliknya, jika terlalu rendah, itu mungkin mengindikasikan masalah karena barang menumpuk di gudang, mungkin akibat penjualan yang lemah.

  • Tapi, rasio yang tinggi juga bisa saja menunjukkan persediaan yang tidak memadai. Sebagai akibatnya, penjualan kurang optimal karena permintaan pasar kuat.

Jadi, anda perlu melihat tren penjualan perusahaan untuk mendalami apakah rasio yang tinggi karena penjualan yang tinggi atau persediaan yang tidak mencukupi.

Days of inventory on hand

Days of inventory on hand (DOH) mengukur berapa hari, rata-rata, perusahaan mengubah inventarisnya menjadi penjualan. KIta menghitungnya dengan rumus berikut:

  • Days of inventory on hand (DOH) = 365 / Perputaran persediaan

Karena berbanding terbalik dengan perputaran persediaan, maka DOH yang rendah adalah lebih disukai, menunjukkan perusahaan lebih cepat dalam menghasilkan penjualan dari persediaan yang tersedia.

Perputaran piutang usaha

Perputaran piutang usaha (accounts receivable turnover) menggambarkan efektivitas perusahaan dalam mengelola penjualan secara kredit. Akun pendapatan ada di laporan laba rugi. Sedangkan, piutang usaha ada di neraca di bagian aset lancar. Piutang usaha muncul ketika perusahaan telah menyerahkan barang ke pelanggan tapi belum menerima pembayaran hingga periode pelaporan.

Kami menghitung perputaran piutang menggunakan rumus berikut:

  • Perputaran piutang usaha = Pendapatan / Rata-rata piutang usaha

Perputaran piutang yang lebih tinggi adalah lebih diinginkan, menunjukkan pengelolaan kredit yang efektif. Kebijakan kredit dan pengumpulan piutang mungkin membaik.

  • Tapi, perputaran yang tinggi juga mungkin disebabkan oleh persyaratan atau kebijakan kredit yang terlalu ketat. Itu bisa merusak penjualan di masa depan. Pelanggan mungkin akan memilih pesaing karena menawarkan persyaratan kredit yang lebih lunak.

Sebaliknya, jika terlalu rendah, itu menunjukkan perusahaan kesulitan untuk mengumpulkan pembayaran dari pelanggan. Atau, itu karena kebijakan kredit perusahaan yang lunak, membuat konsumen cenderung membayar di akhir-akhir jatuh tempo piutang.

Days sales outstanding

Days of sales outstanding (DSO) menunjukkan ke anda berapa hari rata-rata perusahaan mengumpulkan pembayaran dari pelanggan. Kita menghitungnya dengan rumus berikut:

  • DSO = 365 / Perputaran piutang usaha

Rasio DSO yang lebih rendah menunjukkan perusahaan membutuhkan lebih sedikit hari untuk mengumpulkan piutang, karena itu, itu lebih disukai. Sedangkan, DSO yang lebih tinggi menunjukkan perusahaan membutuhkan lebih banyak hari untuk mengumpulkan uang dari pelanggan.

Perputaran utang usaha

Perputaran utang usaha (accounts payable turnover) menunjukkan berapa kali perusahaan dalam satu tahun membayar pemasok. Itu bisa menggambarkan seberapa baik perusahaan memanfaatkan fasilitas kredit yang ditawarkan pemasok.

Utang usaha adalah kebalikan dari piutang. Perusahaan telah menerima barang dari pemasok tapi belum membayarnya hingga akhir tanggal pelaporan. Semakin perusahaan lama membayar, semakin lama kas tertahan di perusahaan.

Kita menghitung perputaran utang usaha dengan rumus berikut:

  • Perputaran utang usaha = Pembelian / Rata-rata utang usaha

Anda dapat menemukan akun utang usaha di liabilitas lancar. Sedangkan, untuk pembelian, anda dapat menghitungnya dengan rumus berikut:

  • Pembelian = Persediaan akhir + Harga pokok penjualan – Persediaan awal

Perputaran utang usaha yang lebih rendah adalah lebih diinginkan karena perusahaan lebih lama membayar pemasok dan dapat menggunakan uangnya untuk keperluan lain sebelum menyerahkannya kepada pemasok.

Sebaliknya, jika itu lebih tinggi, perusahaan mengeluarkan uang lebih cepat. Itu bisa karena ketidakmampuan perusahaan untuk memaksimalkan fasilitas kredit yang ada atau karena kebijakan kredit pemasok yang ketat. Kemungkinan lainnya, perusahaan membayar lebih awal untuk mendapatkan diskon.

Days payable outstanding

Days payable outstanding (DPO) menunjukkan berapa hari rata-rata perusahaan membayar utang usaha. Rumusnya adalah:

  • Days payable outstanding (DPO) = 365 / Perputaran utang usaha

DPO yang lebih tinggi menunjukkan perusahaan lebih lama membayar pemasoknya. Katakanlah, DPO sama dengan 90 berarti rata-rata perusahaan membutuhkan 90 hari untuk membayar pemasoknya.

Perputaran modal kerja

Rasio perputaran modal kerja (working capital turnover) mengukur seberapa baik perusahaan menggunakan modal kerjanya untuk menghasilkan penjualan. Kita menghitungnya dengan membagi pendapatan dengan rata-rata modal kerja.

  • Perputaran modal kerja = Pendapatan / Rata-rata modal kerja

Rasio yang lebih tinggi lebih disukai karena perusahaan efektif dalam menggunakan modal kerjanya untuk menghasilkan pendapatan. Sebaliknya, rasio perputaran yang terlalu rendah menunjukkan ketidakefektifan penggunaan modal kerja.

Perputaran aset tetap

Perputaran aset tetap (fixed assets turnover) sama dengan pendapatan dibagi dengan aset tetap. Itu mengukur seberapa efektif perusahaan menggunakan aset tetap mereka dikaitkan dengan pendapatan yang dihasilkan. Anda dapat menemukan angka aset tetap di aset tidak lancar, yang mana mungkin disajikan sebagai properti, pabrik dan peralatan (property, plant, and equipment atau PP&E). Sementara itu, pendapatan ada di laporan laba rugi.

  • Perputaran aset tetap = Pendapatan / Rata-rata aset tetap

Rasio yang lebih tinggi adalah lebih disukai, menunjukkan penggunaan aset tetap yang lebih efektif.

Perputaran total aset

Rasio perputaran aset (assets turnover) menyoroti seberapa mampu perusahaan menghasilkan pendapatan dari sumber daya yang dimiliki. Kita menghitungnya dengan rumus berikut:

  • Perputaran total aset = Pendapatan / Rata-rata total aset

Semakin tinggi rasio, semakin baik, menunjukkan perusahaan efektif menggunakan aset jangka pendek dan jangka panjang.

Rasio likuiditas

Rasio likuiditas (liquidity ratio) mengukur seberapa mampu perusahaan memenuhi kewajibannya jangka pendeknya. Perusahaan harus memiliki saldo kas yang cukup untuk membayar tagihan dan melunasi pinjaman. Rasio likuiditas menunjukkan ke anda informasi seperti:

  • Seberapa banyak saldo kas dan near-cash assets yang perusahaan miliki saat ini?
  • Seberapa banyak kira-kira yang didapatkan perusahaan jika mengkonversi item-item aset lancar?
  • Berapa lama kira-kira perusahaan mengkonversi uang menjadi persediaan dan akhirnya menjadi penjualan dan uang masuk?

Untuk poin pertama dan kedua, kita kemudian membandingkannya dengan total liabilitas jangka pendek atau pengeluaran kas harian.

Selanjutnya, kita dapat mengukur likuiditas melalui beberapa rasio berikut:

  • Rasio lancar (current ratio)
  • Rasio cepat (quick ratio)
  • Rasio kas (cass ratio)
  • Rasio interval defensif (defensive interval ratio)
  • Siklus konversi kas (cash conversion cycle)

Rasio lancar

Rasio lancar (current ratio) menunjukkan seberapa cukup aset lancar perusahaan menutupi liabilitas lancar. Itu adalah rasio likuiditas yang paling longgar karena memasukkan item yang kurang likuid (seperti persediaan) dan mungkin, item-item tanpa mengalirkan arus masuk kas, melainkan hanya aliran masuk masuk manfaat ekonomi (seperti beban dibayar dimuka). Disebut juga dengan rasio modal kerja.

Rumus rasio lancar adalah:

  • Rasio lancar = Aset lancar / Liabilitas lancar

Rasio lancar sama dengan 1 biasanya merupakan batas, yang mana berarti aset lancar setara dengan liabilitas lancar. Rasio yang lebih rendah dapat mengindikasikan potensi masalah.

Rasio cepat

Rasio cepat (quick ratio) hanya memperhitungkan item-item yang lebih likuid. Karena itu, itu lebih konservatif dibandingkan dengan current ratio. Itu hanya memasukkan kas dan setara kas, investasi jangka pendek (marketable securities), dan piutang usaha. Kita mengecualikan persediaan dan beban dibayar dimuka. Disebut juga dengan acid-test ratio.

Kita menghitung rasio cepat dengan rumus di bawah ini:

  • Rasio cepat = (Kas dan setara kas + Investasi jangka pendek + Piutang usaha) / Liabilitas lancar

Sebagaimana rasio lancar, rasio cepat yang lebih tinggi mengindikasikan likuiditas yang lebih baik. Perusahaan seharusnya tidak memiliki masalah dengan likuiditas. Sebaliknya, rasio yang terlalu rendah menunjukkan kemampuan yang buruk dalam memenuhi liabilitas jangka pendek.

Rasio kas

Rasio kas (cash ratio) adalah rasio likuiditas yang paling konservatif. Itu menunjukkan seberapa mampu saldo kas dan dekat-kas saat ini menutup liabilitas lancar. Itu biasanya digunakan untuk mengukur posisi likuiditas perusahaan jika terjadi krisis yang tidak terduga.

Rasio hanya menggunakan kas dan setara kas sebagai pembilang. Seperti halnya dengan quick ratio dan current ratio, rasio kas yang lebih tinggi menunjukkan likuiditas yang lebih baik.

  • Rasio kas = Kas dan setara kas / Liabilitas lancar

Rasio interval defensif

Rasio interval defensif (defensive interval ratio) mengukur seberapa mampu perusahaan menutupi pengeluaran harian menggunakan aset paling likuid. Kita menghitungnya dengan rumus berikut:

  • Rasio interval defensif = (Kas + Investasi jangka pendek + Piutang usaha) / Pengeluaran tunai harian

Rasio yang lebih tinggi menunjukkan kemampuan yang lebih baik dalam membayar pengeluaran dan tagihan harian, tanpa mengandalkan pembiayaan dari eksternal (misalnya meminjam ke bank)

Siklus konversi kas

Siklus konversi kas (cash conversion cycle) menunjukkan ke kita berapa lama waktu untuk mengkonversi uang tunai menjadi persediaan, menjual produk, membayar pemasok hingga mengumpulkan uang tunai dari pelanggan.

Siklus konversi kas = DOH + DSO – DPO

  • Days sales outstanding (DSO) – berapa hari rata-rata perusahaan mengumpulkan pembayaran dari pelanggan.
  • Days of inventory on hand (DOH) – berapa hari rata-rata perusahaan mengkonversi persediaan menjadi penjualan.
  • Days payable outstanding (DPO) – berapa hari rata-rata perusahaan membayar pemasoknya.

Siklus yang lebih pendek menunjukkan perusahaan lebih cepat mengumpulkan uang, dan karena itu, lebih disukai. Perusahaan memiliki likuiditas yang lebih baik. Sebaliknya, siklus yang lebih panjang menunjukkan likuiditas yang lebih buruk.

Rasio solvabilitas

Rasio solvabilitas (solvency ratio) mengukur seberapa mampu perusahaan membayar utang dan kewajiban jangka panjangnya. Apakah mereka memiliki kapasitas dan sumber daya yang memadai untuk membayar? Itu biasanya diukur dari seberapa parah leverage mereka dan apakah mereka menghasilkan kas yang cukup untuk membayar secara rutin bunga.

  • Tingkat leverage memberitahu anda seberapa banyak utang perusahaan di neraca, yang mana mempengaruhi risiko keuangannya. Leverage yang lebih tinggi meningkatkan risiko keuangan. Dalam kasus ekstrim, itu dapat mengarah pada kebangkrutan karena perusahaan insolven. Kreditur mungkin mengajukan kebangkrutan kepada pengadilan karena perusahaan tidak dapat membayar kewajibannya.

Contoh rasio solvabilitas adalah:

  • Debt-to-assets ratio
  • Debt-to-capital ratio
  • Debt-to-equity ratio
  • Interest coverage ratio

Rasio utang terhadap aset

Rasio utang terhadap aset (debt-to-assets ratio) sama dengan total utang dibagi dengan total aset. Itu menunjukkan seberapa besar perusahaan menggunakan utang untuk membiayai aset. Total utang dan total aset dapat anda temukan di neraca. Sebagai catatan, total utang hanya mencakup utang berbunga, baik jangka pendek dan jangka panjang.

  • Rasio utang terhadap aset = Total utang / Total aset

Rasio tinggi menunjukkan leverage keuangan yang tinggi karena perusahaan mengandalkan utang daripada ekuitas. Itu menyiratkan risiko keuangan yang lebih tinggi dan posisi solvabilitas yang lebih lemah.

Rasio utang terhadap modal

Rasio utang terhadap modal (debt-to-capital ratio) dihitung dengan membagi total utang dengan total modal. Itu menunjukkan seberapa besar perusahaan bergantung pada modal utang untuk membiayai pertumbuhan jangka panjang. Total modal sama dengan total ekuitas ditambah total utang.

  • Rasio utang terhadap modal= Total utang / Total modal
  • Rasio utang terhadap modal= Total utang / (Total utang + Total ekuitas)

Rasio yang lebih rendah menunjukkan tingkat leverage keuangan yang lebih rendah, mengindikasikan risiko keuangan yang lebih rendah. Sebaliknya, total utang yang lebih tinggi meningkatkan risiko keuangan perusahaan karena perusahaan harus membayar lebih banyak bunga dan pada saat jatuh tempo, pokok yang lebih besar.

  • Lantas mengapa perusahaan harus menambah utang jika itu meningkatkan risiko keuangan mereka?

Utang relatif lebih murah daripada ekuitas karena beban bunga dikurangkan dari pajak. Karena itu, perusahan mungkin menambah utang untuk mencapai struktur modal yang optimal dan meminimalkan biaya modal.

Rasio utang terhadap ekuitas

Rasio utang terhadap ekuitas (debt-to-equity ratio) mengukur tingkat utang perusahaan. Itu menunjukkan sejauh mana utang digunakan dalam membiayai bisnis.

  • Rasio utang terhadap ekuitas (DER) = Total utang / Total ekuitas

DER sama dengan satu berarti perusahaan menggunakan ekuitas dan utang pada proporsi yang setara. DER yang lebih tinggi menunjukkan risiko keuangan yang lebih tinggi.

Rasio leverage keuangan

Rasio leverage keuangan (financial leverage ratio) adalah ukuran leverage keuangan perusahaan. Kita kadang juga menyebutnya sebagai pengganda leverage keuangan (financial leverage multiplier). Untuk menghitungnya, anda membagi total aset dengan total ekuitas.

  • Rasio leverage keuangan = Total aset / Total ekuitas

Rasio cakupan bunga

Rasio cakupan bunga (interest coverage ratio) mengukur kemampuan perusahaan untuk memenuhi pembayaran bunga atas setiap hutang yang mereka miliki. Anda dapat menghitungnya dengan membagi laba sebelum bunga dan pajak (earnings before interest and tax atau EBIT) dengan beban bunga.

  • Rasio cakupan bunga = EBIT / Beban bunga

Jika rasio yang lebih tinggi, itu menunjukkan perusahaan memiliki kemampuan membayar bunga yang lebih baik. Sementara itu, rasio yang mendekati atau kurang dari 1 memberi sinyal kesulitan serius dalam membayar bunga.

Dalam variasi lain, anda dapat menggunakan EBITDA, yakni EBIT setelah disesuaikan dengan depresiasi dan amortisasi. EBITDA lebih mencerminkan jumlah uang yang dihasilkan perusahaan dari operasinya daripada EBIT karena itu disesuaikan dengan item non-kas.

Rasio cakupan biaya tetap

Rasio cakupan biaya tetap (fixed-charge coverage ratio) mengukur kemampuan perusahaan untuk memenuhi biaya tetap keuangannya: pembayaran bunga (interest payment) dan pembayaran sewa (lease payment). Keduanya adalah biaya tetap karena perusahaan harus membayarnya, terlepas apakah perusahaan menghasilkan uang atau tidak. Kita menghitungnya menghitungnya dengan rumus di bawah ini:

  • Rasio cakupan biaya tetap = (EBIT + Pembayaran sewa) / (Pembayaran bunga + Pembayaran sewa)

Rasio yang lebih adalah lebih disukai. Perusahaan menghasilkan cukup uang dari aktivitas operasi untuk membayar bunga dan sewa.

Rasio profitabilitas

Rasio profitabilitas (profitability ratios) mengukur seberapa baik perusahan perusahaan menghasilkan keuntungan dalam menjalankan bisnis. Mereka terbagi ke dalam dua kategori: margin profitabilitas dan rasio pengembalian.

Margin profitabilitas mengukur seberapa besar perusahaan memperoleh laba dari setiap dolar pendapatan. Kita menghitung margin profitabilitas dengan membagi berbagai ukuran laba dengan pendapatan. Contoh-contohnya adalah:

  • Margin laba kotor
  • Margin laba operasi
  • EBITDA margin
  • Margin laba bersih

Sedangkan, rasio pengembalian menunjukkan berapa laba yang dihasilkan perusahaan untuk setiap sumber daya yang digunakan, termasuk aset, ekuitas dan modal yang diinvestasikan. Mereka termasuk:

  • Pengembalian atas ekuitas (ROE)
  • Pengembalian atas aset (ROA)
  • Pengembalian atas investasi (ROI)

Margin laba kotor

Marjin laba kotor (gross profit margin) menunjukkan berapa persen pendapatan yang tersisa setelah perusahaan membayar harga pokok penjualan (COGS). Kita menghitungnya dengan membagi laba kotor dibagi dengan pendapatan. Laba kotor sama dengan pendapatan minus COGS.

  • Margin laba kotor = Laba kotor / Pendapatan
  • Margin laba kotor = (Pendapatan – COGS) / Pendapatan

Margin laba kotor yang lebih tinggi adalah lebih disukai, menunjukkan perusahaan memperoleh lebih banyak uang untuk membayar biaya lainnya seperti beban penjualan, umum dan administrasi.

Margin laba kotor juga tergantung pada strategi bersaing perusahaan. Perusahaan dengan strategi diferensiasi memiliki margin lebih tinggi karena mereka dapat menjual pada harga yang premium. Sedangkan, strategi kepemimpinan biaya memiliki margin yang lebih rendah karena menetapkan harga pada rata-rata industri alih-alih harga premium.

Margin laba operasi

Margin keuntungan operasional (operating profit margin) sama dengan laba operasi dibagi dengan pendapatan. Itu mengukur berapa banyak perusahaan menghasilkan laba dari bisnis intinya. Itu memperhitungkan biaya langsung dan biaya tidak langsung seperti beban penjualan, umum dan administrasi (selling, general and administrative expenses), yang mana adalah biaya tetap. Kadang disebut juga dengan EBIT margin.

  • Margin laba operasional = Laba operasi / Pendapatan
  • Margin laba operasional = (Laba kotor – Beban operasi) / Pendapatan

Margin yang lebih tinggi adalah lebih diinginkan karena perusahaan memiliki sisa yang lebih banyak untuk membayar bunga dan pajak. Jika persentase kenaikannya lebih tinggi daripada margin laba kotor, perusahaan berhasil mengendalikan biaya operasi.

EBITDA margin

Margin EBITDA membagi EBITDA dengan pendapatan. EBITDA merupakan proxy keuntungan tunai yang dihasilkan perusahaan selama periode pelaporan. Jadi, jika kita membaginya dengan pendapatan, itu menunjukkan seberapa berhasil perusahaan mengkonversi setiap pendapatan menjadi keuntungan tunai.

  • Margin EBITDA = EBITDA / Pendapatan

Margin laba sebelum pajak

Margin laba sebelum pajak (pretax profit margin atau pretax margin) sama dengan laba sebelum pajak dibagi dengan pendapatan, dinyatakan dalam persen. Itu mengukur berapa banyak keuntungan perusahaan sebelum membayarkan sebagian untuk pajak.

  • Margin laba sebelum pajak = Laba sebelum pajak / Pendapatan

Margin laba bersih

Margin laba bersih (net profit margin) sama dengan laba bersih dibagi dengan pendapatan. Itu mengukur berapa yang tersisa setelah perusahaan membayar semua biaya, termasuk beban bunga dan pajak. Disebut juga dengan net income margin.

  • Margin laba bersih = Laba bersih / Pendapatan

Margin laba bersih yang lebih tinggi adalah lebih diinginkan.

Pengembalian atas aset

Pengembalian atas aset (return on asset atau ROA) sama dengan laba bersih dibagi dengan total aset, dinyatakan dalam persen. Itu mengukur seberapa mampu perusahaan menggunakan asetnya untuk menghasilkan keuntungan. Itu berbeda dari rasio perputaran aset, yang mana mengukur seberapa efektif aset perusahaan menghasilkan pendapatan, meski keduanya terdengar mirip.

Biasanya, perhitungannya menggunakan rata-rata total aset dua periode alih-alih satu periode untuk meminimalisir variasi nilai aset akibat faktor musiman. ROA yang lebih tinggi adalah lebih disukai.

  • ROA = Laba bersih / Rata-rata total aset

Variasi lainnya adalah adjusted ROA. Sebagai pembilang, itu menggunakan laba bersih sebelum beban bunga dibayarkan.

  • Adjusted ROA = Laba bersih x Beban bunga (1 – Tarif pajak) / Rata-rata total aset

Pengembalian atas investasi

Pengembalian atas investasi (return on investment atau ROI) mengukur berapa banyak laba yang dihasilkan dari setiap uang yang diinvestasikan. Kita menghitungnya dengan membagi EBIT yang diperoleh dengan total investasi.

  • ROI = EBIT / Rata-rata total investasi

Beban bunga mewakili pengembalian kepada kreditur. Karena kita mengukur pengembalian atas modal yang diinvestasikan – modal ekuitas plus modal utang – maka kita menggunakan EBIT alih-alih laba bersih. EBIT adalah ukuran laba sebelum dikurangi bunga dan pajak.

Pengembalian atas ekitas

Return on equity (ROE) mengukur laba yang diperoleh untuk setiap modal ekuitas yang diinvestasikan di perusahaan. Itu dihitung dengan membagi laba bersih dengan total ekuitas.

  • ROE = Laba bersih / Rata-rata total ekuitas

Rasio yang lebih tinggi lebih disukai karena menunjukkan pengembalian yang lebih tinggi.

Return on common equity

Return on common equity (ROCE) ukuran lain dari ROE, tapi berlaku untuk modal ekuitas biasa (common equity capital). Untuk menghitungnya, pertama kita mengurangi laba bersih dengan dividen preferen. Kemudian, kita membagi hasilnya dengan total aset. Disebut juga dengan return on shareholders’ equity.

  • ROCE = (Laba bersih – Dividen preferen) / Rata-rata ekuitas biasa

Analisis DuPont

Analisis DuPont menguraikan laba atas ekuitas (ROE) ke dalam beberapa rasio keuangan. Itu membantu anda mendalami mengapa ROE perusahaan turun (naik) dan mengapa itu lebih tinggi atau lebih rendah daripada pesaing.

Dekomposisi DuPont terbagi menjadi tiga:

  • Dekomposisi DuPont dua tahap (two-step DuPont decomposition)
  • Dekomposisi DuPont tiga tahap (three-step DuPont decomposition)
  • Dekomposisi DuPont lima tahap (five-step DuPont decomposition)

Dekomposisi DuPont dua tahap

Di bawah dekomposisi dua tahap, kita memecah ROE menjadi dua rasio keuangan, yakni ROA dan rasio leverage.

  • ROE = ROA x Rasio leverage

Di mana:

  • ROA = Laba bersih / Total aset
  • Rasio leverage = Total aset / Total ekuitas

Dari rumus di atas, ROE meningkat jika:

  • ROA lebih tinggi. Perusahaan efektif mengelola dan menggunakan sumber daya yang dimiliki untuk menghasilkan laba.
  • Rasio leverage lebih tinggi. Rasio leverage naik jika perusahaan menggunakan lebih banyak modal utang. Utang yang lebih tinggi mengharuskan perusahaan membayar beban bunga lebih banyak, yang mana merupakan pengurang pajak.

Sebagai catatan: meningkatkan utang menghasilkan ROE yang lebih tinggi hanya jika biaya pinjaman lebih rendah daripada pengembalian marjinal. Sebaliknya, jika biaya pinjaman lebih tinggi, mengambil lebih banyak utang akan menekan ROA dan juga ROE.

Dekomposisi DuPont tiga tahap

Dekomposisi tiga tahap memecah ROE menjadi tiga rasio keuangan lainnya: margin laba bersih, rasio perputaran aset, dan rasio leverage.

  • ROE = Margin laba bersih x Rasio perputaran aset x Rasio leverage keuangan

Di mana:

  • Margin laba bersih = Laba bersih / Pendapatan
  • Rasio perputaran aset = Pendapatan / Total aset
  • Rasio leverage = Total aset / Total ekuitas

Margin laba bersih memberitahu anda seberapa bagus perusahaan dapat mengkonversi satu dolar pendapatan menjadi laba bersih. Rasio perputaran aset mengukur seberapa efektif perusahaan menggunakan asetnya untuk menghasilkan penjualan. Sementara itu, rasio leverage mengukur ketergantungan perusahaan terhadap utang dalam komposisi modalnya.

Dekomposisi DuPont lima tahap

Dekomposisi lima tahap mengekspresikan ROE sebagai:

  • ROE = Tax burden x Interest burden x EBIT margin x Perputaran aset x Rasio leverage keuangan

Di mana:

  • Tax burden = Laba bersih / EBT
  • Interest burden = EBT / EBIT
  • EBIT margin = EBIT / Pendapatan
  • Perputaran aset = Pendapatan / Total aset
  • Rasio leverage keuangan = Total aset / Total ekuitas

Tax burden memperhitungkan dampak pajak terhadap keuntungan perusahaan. Itu dihitung dengan membagi laba bersih dengan earnings before tax (EBT) – dikenal juga dengan laba sebelum pajak (pretax profit). Tax burden yang lebih tinggi meningkatkan laba bersih karena rata-rata tarif pajak menurun. Itu pada akhirnya meningkatkan ROE.

  • Tarif pajak turun mungkin karena kebijakan legislasi baru pemerintah. Atau, perusahaan menghasilkan lebih banyak pendapatan di beberapa negara dengan pajak lebih rendah.

Interest burden mengukur pengaruh beban bunga terhadap ROE. Beban bunga yang lebih tinggi mengurangi laba bersih, menurunkan ROE. Itu sama dengan 1 jika perusahaan tidak memiliki utang.

EBIT margin mengukur seberapa menguntungkan operasi perusahaan. Margin yang lebih tinggi berarti perusahaan mampu mengkonversi pendapatan menjadi lebih banyak laba.

Rasio kas

Rasio kas membandingkan item di laporan kas, biasanya kas dari operasi (cash from operation atau CFO), dengan beberapa item lain di laporan keuangan. CFO menggantikan ukuran laba dan memberikan wawasan lebih akurat karena itu mewakili jumlah uang yang dihasilkan perusahaan dari operasi sehari-hari.

Cash flow to revenue = CFO / Revenue

  • Itu mengukur keberhasilan perusahaan dalam mengkonversi pendapatan dalam satu tahun menjadi uang tunai. Rasio yang lebih tinggi adalah lebih diinginkan karena lebih banyak uang terkumpul dari setiap dolar pendapatan.

 Cash return on assets = CFO / Average total assets

  • Itu mengukur seberapa besar perusahaan dapat menghasilkan uang dari sumber daya (aset) yang saat ini dimiliki. Rasio yang lebih tinggi adalah lebih disukai karena perusahaan dapat memanfaatkan asetnya dengan baik dengan menghasilkan lebih banyak uang.

Cash to capital expenditure = CFO / Capital expenditure

  • Itu menunjukkan seberapa besar uang yang dihasilkan dari operasi dapat digunakan untuk belanja modal. Rasio yang lebih tinggi adalah lebih baik, menunjukkan lebih cukup dana tersedia untuk investasi modal.

Cash flow to net income = CFO / Net income

  • Itu menunjukkan seberapa baik uang yang dihasilkan mencerminkan laba yang dibukukan. Perusahaan mungkin membukukan laba tinggi, tapi karena banyak dihutang oleh pelanggan, miskin kas.
  • Itu juga digunakan untuk mengevaluasi kualitas laba perusahaan, apakah manajemen melakukan praktik manipulasi laba atau tidak. Rasio yang dekat satu mengindikasikan kecil kemungkinan itu terjadi.

Cash flow per share = (CFO – Preferred dividends) / Number of common shares outstanding

  • Mirip earnings per share (EPS), tapi diukur dari jumlah uang yang dihasilkan bukan laba yang dibukukan. Rasio yang lebih tinggi menunjukkan lebih banyak uang tersedia bagi pemegang saham biasa.

Operating cash flow ratio = CFO / Current liabilities

  • Itu memberitahu anda kemampuan perusahaan untuk menutupi liabilitas lancarnya dengan uang yang dihasilkan dari operasinya. Rasio kurang dari satu menunjukkan perusahaan tidak menghasilkan cukup uang untuk membayar tagihan jangka pendeknya.

Debt coverage = CFO / Total debt

  • Itu mengukur seberapa besar uang yang dihasilkan dapat digunakan untuk membayar utang perusahan. Rasio yang tinggi menunjukkan tingkat leverage yang rendah, mengindikasikan kemampuan bayar yang lebih baik.

Cash interest coverage = (CFO + Interest paid + Taxes paid) / Interest paid

  • Itu menunjukkan ke anda kemampuan perusahan untuk membayar bunga utang menggunakan kas dari operasi. Rasio lebih tinggi lebih disukai.

Dividend payment = CFO / Dividend paid

  • Itu adalah ukuran kemampuan perusahaan dalam membayar dividen dengan kas dari operasi. Rasio lebih tinggi lebih diinginkan. Idealnya, perusahaan memiliki sisa uang setelah dibagikan sebagian sebagai dividen.

Rasio valuasi

Rasio valuasi (valuation ratios) mengukur seberapa wajar nilai pasar perusahaan dibandingkan dengan kesehatan keuangannya (financial soundness). Secara spesifik, itu menempatkan kinerja dan kondisi keuangan perusahaan ke dalam konteks harga saham perusahaan. Itu adalah alat yang esensial untuk mengevaluasi potensi investasi.

Rasio valuasi membandingkan akun di laporan keuangan seperti arus kas, pendapatan dan laba dengan harga pasar dari saham perusahaan. Rasio yang umum digunakan adalah:

  • Price-to-earnings ratio
  • Price-to-book value ratio
  • Price-to-sales ratio
  • Price-to-cash-flow ratio

Di sini, saya juga menyajikan beberapa rasio yang berguna untuk memvaluasi saham perusahaan seperti rasio pembayaran dividen, retention rate dan sustainable growth rate.

Price-to-earnings ratio

Price-to-earnings ratio (P/E ratio) membagi harga pasar saham perusahaan dengan laba per saham. Untuk menghitung laba per saham, kita membagi laba bersih selama 12 bulan terakhir dengan jumlah saham biasa yang beredar.

  • P/E ratio = Share price / Earnings per share

P/E ratio yang tinggi mengindikasikan investor bersedia membayar harga tinggi untuk setiap laba bersih perusahaan. Mereka mengekspektasikan pertumbuhan laba yang lebih tinggi di masa depan sehingga menawar saham perusahaan pada harga lebih tinggi.

Sebaliknya, P/E ratio yang rendah dapat mengindikasikan investor tidak terlalu yakin dengan prospek perusahaan. Mereka tidak yakin perusahaan akan menghasilkan keuntungan yang lebih tinggi. Sehingga, mereka tidak memiliki alasan untuk membeli saham pada harga yang lebih tinggi.

  • Atau, pasar terlalu menilai rendah saham perusahaan. Jika itu benar, saham perusahaan adalah pilihan yang baik karena potensial untuk naik di masa mendatang.

Mana P/E ratio yang baik?

  • Itu tergantung pada kinerja perusahaan, baik keuangan maupun bisnisnya.
  • Itu juga tergantung pada industri tempat perusahaan beroperasi. Beberapa industri memiliki P/E ratio rata-rata yang lebih tinggi daripada industri lainnya.

Earnings yield

Earning yield sama dengan laba per saham (EPS) dibagi dengan harga saham. Atau, kita dapat menghitungnya dengan membagi 1 dengan P/E ratio.

  • Earning yield = 1 ÷ P/E ratio
  • Earning yield = EPS / Harga saham

Seperti yang anda lihat pada rumus di atas, earning yield berbanding terbalik dengan P/E ratio. Sehingga, jika itu tinggi, saham perusahaan relatif murah. Sebaliknya, jika rendah, saham perusahaan terlalu mahal.

PEG ratio

PEG ratio atau P/E growth ratio berguna untuk menentukan apakah P/E ratio perusahaan terlalu tinggi atau terlalu rendah. Kita menghitungnya dengan membagi P/E ratio masa depan (forward P/E ratio) dengan pertumbuhan EPS, biasanya rata-rata selama lima tahun ke depan.

  • PEG ratio = Forward P/E Ratio ÷ Pertumbuhan EPS

Semakin tinggi rasio PEG, semakin relatif mahal suatu saham.

Price-to-book ratio

Price-to-book ratio (P/B ratio) menghubungkan harga pasar saham perusahaan dengan nilai bukunya. Untuk menghitungnya, kita membagi harga per saham dengan nilai buku per saham.

  • Nilai bukunya – dikenal juga dengan ekuitas pemegang saham – mewakili apa yang akan tersisa untuk pemegang saham jika perusahaan dilikuidasi asetnya dan dibagikan ke kreditur dan pemegang saham.

Investor menggunakan P/B ratio untuk menentukan apakah suatu saham layak dibeli atau tidak. Dikenal juga dengan price to Book value (PBV).

  • P/B ratio = Price per share / Book value per share
  • P/B ratio = Market capitalization / Book value

Jika P/B ratio lebih dari satu, itu menunjukkan harga saham perusahaan diperdagangkan pada premium, di atas nilai bukunya.

  • Nilai pasar perusahaan mungkin tinggi karena memiliki aset tidak berwujud yang signifikan seperti ekuitas merek yang kuat, paten, pangsa pasar, dan keunggulan kompetitif lainnya; yang mana semua itu tidak terefleksi dari nilai buku di laporan keuangan.
  • Atau, perusahaan terus memperoleh ROE yang lebih tinggi dibandingkan dengan perusahaan pembanding (peers). Sehingga, pasar suka dan memperdagangkan saham perusahaan pada premium.

Price-to-sales ratio

Price-to-sales ratio (P/S ratio) sama dengan sebagai harga per saham dibagi dengan penjualan per saham. Penjualan per saham sama dengan pendapatan selama 12 bulan terakhir dibagi dengan jumlah saham yang beredar. Itu menunjukkan berapa investor membayar saham dibandingkan dengan penjualan yang dihasilkan perusahaan per saham.

  • P/S ratio = Share price / Sales per share

Rasio yang lebih tinggi berarti pasar bersedia membayar lebih untuk saham perusahaan, menunjukkan ekspektasi kenaikan harga di masa depan.

Sebaliknya, rasio yang lebih rendah mungkin karena investor pesimis dengan prospek penjualan perusahaan di masa depan sehingga hanya mau membeli saham pada harga yang lebih rendah.

  • Atau, itu juga bisa mengindikasikan saham perusahaan adalah alternatif investasi yang menarik karena harganya mungkin dinilai terlalu rendah oleh pasar.

Price-to-cash-flow ratio

Price-to-cash-flow ratio (P/CF ratio) adalah alternatif dari P/CF ratio. Tapi, itu menggunakan ukuran realistik daripada P/E ratio. Itu mengaitkan harga sama perusahaan dengan berapa banyak yang yang dihasilkan oleh perusahaan dari operasinya, yakni dengan menggunakan kas dari operasi (cash from operation atau CFO) sebagai pembagi, bukan laba bersih.

  • Laba bersih mengandung item non-kas seperti depresiasi dan amortisasi. Sehingga, itu tidak menunjukkan berapa banyak uang yang dihasilkan.

CFO mengecualikan item-item semacam itu. Untuk menghitungnya, kita menambahkan kembali item non kas seperti depresiasi dan amortisasi ke dalam laba bersih. Kemudian, kita sesuaikan hasilnya dengan perubahan modal kerja. CFO menggambarkan angka pasti tentang uang yang diperoleh dari aktivitas sehari-hari.

  • P/CF ratio = Price per share / CFO per share

Seperti P/E ratio, P/C ratio yang lebih tinggi mengindikasikan pasar mengekspektasikan perusahaan akan menghasilkan lebih banyak uang di masa depan.

Earnings per share

Laba per saham (earnings per share atau EPS) mewakili laba bersih yang tersedia untuk pemegang saham biasa. Kita menghitungnya dengan membagi laba bersih dengan jumlah rata-rata tertimbang saham biasa (common shares) yang beredar sepanjang tahun. Jika perusahaan memiliki saham preferen, anda harus mengurangi laba bersih dengan dividen preferen.

  • EPS = (Laba bersih – Dividen preferen) / Rata-rata tertimbang jumlah saham biasa yang beredar

Rumus di atas adalah EPS dasar. Jika perusahaan memiliki surat berharga dilusian, maka kita harus menyesuaikan pembagi dengan memperhitungkan mereka, yakni berapa EPS jika mereka dikonversi menjadi saham biasa. Dalam kasus ini, kita menghitung EPS dilusian.

  • EPS dilusian = (Laba bersih – Dividen preferen) / (Rata-rata tertimbang jumlah saham biasa beredar + Saham biasa baru yang diterbitkan pada saat konversi)

Meski tidak ada standar ideal, EPS yang lebih tinggi dianggap lebih baik karena perusahaan menghasilkan lebih banyak laba tersedia bagi pemegang sahamnya.

Dividen per saham

Dividen per saham (dividend per share) sama dengan dividen tunai, disesuaikan dengan dividen preferen, dibagi dengan jumlah saham yang beredar. Itu menunjukkan dolar yang diperoleh oleh pemegang saham biasa untuk setiap saham yang mereka miliki.

  • Dividen per saham = (Dividen tunai – Dividen preferen) / Jumlah saham biasa yang beredar

Dividen per saham yang meningkat disukai oleh investor, menandakan ekspektasi positif manajemen terhadap labanya di masa depan. Manajemen yakin peningkatan labanya dapat dipertahankan, sehingga membayar dividen yang lebih tinggi dari tahun ke tahun.

Dividend payout ratio

Rasio pembayaran dividen (dividend payout ratio) sama dengan dividen tunai dibagi dengan laba bersih. Itu menunjukkan proporsi laba yang dikembalikan kepada pemegang saham.

  • Dividend payout ratio = Dividends / Net income

Sebagai catatan, rasio di atas hanya untuk dividen dan laba bersih kepada pemegang saham biasa.

Rasio yang tinggi menunjukkan ke anda perusahaan membagikan sebagian besar laba bersih sebagai dividen. Lebih sedikit sisa untuk laba ditahan dan ekuitas.

  • Jika pemegang saham mengekspektasikan perusahaan mempertahankan payout ratio yang setara di masa depan, itu menyulitkan perusahaan untuk meningkatkan modal ekuitas karena kesulitan untuk memangkas dividen tanpa mengecewakan pemegang saham.

Retention rate

Retention rate menunjukkan seberapa besar laba bersih yang ditahan perusahaan sebagai modal untuk mengembangkan bisnis. Kita menghitungnya dengan membagi laba ditahan terhadap laba bersih. Atau, itu sama dengan 1 minus dividend payout ratio.

  • Retention rate = Retained earnings / Net income
  • Retention rate = (Laba bersih – Dividen) / Laba bersih
  • Retention rate = 1 − Dividend payout ratio

Rasio yang lebih tinggi menunjukkan perusahaan perusahaan lebih banyak menahan laba bersih sebagai modal internal (ekuitas). Lebih sedikit dibagikan sebagai dividen.

Sustainable growth rate

Sustainable growth rate menunjukkan tingkat pertumbuhan dividen (dan laba) yang dapat dipertahankan oleh perusahaan dari waktu ke waktu. Itu mengasumsikan tingkat pengembalian ekuitas tertentu, struktur modal yang konstan dan tanpa penerbitan saham biasa tambahan.

  • Sustainable growth rate = Retention rate × ROE

Itu mewakili tingkat pertumbuhan maksimum perusahaan dalam jangka panjang, mengasumsikan tidak ada pendanaan tambahan – baik ekuitas maupun utang – yang dibangkitkan.

Rasio kredit

Analisis kredit (credit analysis) mengevaluasi profil risiko kredit dan kelayakan kredit peminjam, biasanya untuk menetapkan peringkat kredit.

  • Kelayakan kredit menunjukkan kemampuan dan keinginan peminjam untuk memenuhi kewajiban kontraktualnya di masa depan.
  • Di bank, itu biasanya dilakukan secara internal sebelum memutuskan untuk menerima atau menolak pengajuan pinjaman debitur.
  • Sedangkan, untuk penerbitan surat utang seperti obligasi, itu dilakukan oleh lembaga pemeringkat. Lembaga tersebut menetapkan peringkat kredit untuk mencerminkan kelayakan kredit dari penerbit.

Peringkat kredit (credit rating)adalah indikator untuk mewakili kualitas kredit dan kelayakan kredit dari penerbit surat utang.

  • Peringkat tertinggi adalah AAA, menunjukkan kelayakan kredit terbaik. Sedangkan, terendah adalah D, di mana penerbit surat utang gagal bayar.
  • Kita menyebut peringkat BBB- hingga AAA sebagai peringkat investasi. Sedangkan, peringkat di bawah BBB- kita sebut sebagai sampah (junk) atau kelas spekulatif. Obligasi yang demikian kita sebut dengan junk bonds, speculative bonds, atau high-yield bonds.

Risiko kredit (credit risk) merujuk pada risiko akibat kegagalan peminjam untuk melakukan pembayaran yang dijanjikan tepat waktu. Atau, untuk instrumen keuangan seperti obligasi, itu juga muncul akibat perubahan nilai obligasi berdasarkan perubahan risiko gagal bayar.

  • Risiko bisnis (business risk) adalah risiko dalam mewujudkan laba dan arus kas masa depan berasal dari faktor selain leverage keuangan. Itu terkait dengan aktivitas operasi perusahaan. Faktor-faktor yang mempengaruhi termasuk posisi pasar, diversifikasi pendapatan, siklus pasar, dan dinamika persaingan.
  • Risiko keuangan (financial risk) adalah ketidakpastian tentang hasil masa depan, melibatkan kerugian atau keuntungan finansial. Untuk menganalisis seberapa berisiko keuangan perusahaan, kita dapat memeriksa struktur modal, rasio cakupan bunga, rasio arus kas dan rasio profitabilitasnya.

FFO to debt

Funds from operations (FFO) mengukur kemampuan untuk menghasilkan arus kas berulang, yang mana lebih halus daripada kas dari operasi (CFO). Itu mewakili arus kas yang tersedia bagi perusahaan sebelum modal kerja, belanja modal, dan item-item diskresioner seperti dividen dan akuisisi.

  • FFO to debt (%) = FFO / Total debt

Rasio FFO yang lebih tinggi adalah lebih disukai, menunjukkan perusahaan menghasilkan lebih banyak uang untuk membayar utangnya.

Debt to EBITDA

EBITDA adalah ukuran profitabilitas, yang mana sering digunakan untuk mengindikasikan uang yang dihasilkan perusahaan. Itu biasanya digunakan sebagai titik awal untuk analisis arus kas.

  • Debt to EBITDA (x) = Total debt / EBITDA

Jadi, debt to EBITDA (x) menunjukkan berapa kali total utang perusahaan dibandingkan dengan uang yang dihasilkan. Rasio yang lebih rendah adalah lebih disukai karena perusahaan menghasilkan uang yang lebih sebanding dengan total utang.

FFO to cash interest

Secara garis besar, FFO to cash interest menunjukkan berapa kali uang yang dihasilkan dibandingkan dengan pembayaran bunga. Cash interest hanya mencakup pembayaran bunga tunai, mengecualikan bunga nontunai yang dibayarkan pada, misalnya, instrumen pembayaran dalam bentuk barang atau jasa (payment-in-kind instruments).

  • FFO to Cash interest (x) = FFO / Cash Interest

Rasio yang lebih tinggi adalah lebih disukai karena perusahaan menghasilkan lebih banyak untuk membayar bunga utang.

EBITDA to interest

EBITDA to interest mengukur seberapa mudah perusahaan dapat membayar bunga utang. Itu menggunakan EBITDA sebagai proxy berapa banyak uang yang dihasilkan oleh perusahaan.

  • EBITDA to interest (x) = EBITDA / Interest payment

Rasio yang lebih tinggi adalah lebih disukai karena menunjukkan kemampuan yang lebih baik dalam membayar bunga. Meskipun demikian, rasio yang ideal bervariasi antar industri.

Alternatifnya adalah EBIT to interest expense. Kita menghitungnya dengan membagi EBIT dengan beban bunga.

  • EBIT to interest expense = EBIT / Interest expense

Seperti EBITDA to interest, rasio yang lebih tinggi menunjukkan kesehatan keuangan yang lebih baik. Jika rasio kurang dari satu perusahaan mungkin berada dalam kesehatan keuangan yang buruk.

CFO to debt

CFO to debt mengukur proporsi uang yang dihasilkan dari operasi dibandingkan dengan total utang perusahaan. CFO berbeda dengan FFO, dimana CFO tidak memperhitungkan pengeluaran untuk belanja modal. Itu adalah murni kas yang didapat dari operasi.

  • CFO to debt (%) = CFO / Total debt

CFO to debt yang lebih tinggi adalah lebih disukai karena perusahaan menghasilkan lebih banyak uang untuk membayar utang.

FOCF to debt

Arus kas operasi bebas (FOCF) adalah CFO setelah dikurangi dengan pengeluaran modal. Itu juga dikenal dengan arus kas bebas (FCF). FOCF mengukur kas yang dihasilkan dari operasi inti setelah perusahaan membayar pengeluaran rutin seperti modal kerja dan belanja modal.

  • FOCF to debt (%) = FOCF / Total debt

FOCF positif menunjukkan perusahaan memiliki sisa kas setelah membayar pengeluarannya, yang mana dapat digunakan untuk melunasi utang. Dan, rasio yang lebih tinggi adalah lebih disukai.

Rasio spesifik industri

Ada berbagai variasi rasio antar industri, seringkali mereka spesifik dan hanya relevan untuk industri terkait, tidak dengan industri lainnya, terutama di sektor keuangan. Misalnya, di industri perbankan, mungkin akan akan menemukan rasio seperti rasio kecukupan modal dan margin bunga bersih. Di asuransi, risk based capital (RBC) adalah contoh lainnya.

Di sini, saya tidak akan membahas semua rasio spesifik industri, tapi hanya menyajikan sebagiannya saja.

Rasio kecukupan modal

Rasio kecukupan modal (capital adequacy ratio atau CAR) mengukur kemampuan bank untuk menyerap kerugian. Itu dihitung dengan membagi modal bank dengan aset tertimbang menurut risiko (risk-weighted assets).

  • Capital adequacy ratio = (Tier 1 capital + Tier 2 capital) / Risk-weighted assets

Rasio kecukupan modal yang tinggi adalah diinginkan. Bank memiliki modal yang mencukupi untuk menyerap kerugian, terutama risiko pinjaman.

Regulator biasanya menetapkan standar minimum untuk rasio ini. Jika bank gagal memenuhinya, mereka harus menambah modal mereka, misalnya dengan menerbitkan saham baru.

Margin bunga bersih

Margin bunga bersih (net interest margin atau NIM) mengukur seberapa menguntungkan kegiatan utama perbankan. Kita menghitungnya dengan membagi pendapatan bunga bersih dibagi dengan rata-rata aset produktif (outstanding pinjaman). Pendapatan bunga bersih sama dengan pendapatan bunga dikurangi beban bunga.

  • Net interest margin = Net interest income / Loan outstanding
  • Net interest margin = (Interest income – Interest expense) / Loan outstanding

Rasio yang lebih tinggi adalah lebih diinginkan, dalam perspektif bank. Itu menunjukkan:

  • Mereka dapat membebankan bunga pinjaman yang lebih tingg
  • Mereka dapat menurunkan biaya dana, sehingga beban bunga turun.

Risk-Based Capital (RBC)

Risk-Based Capital (RBC) mengukur modal minimum yang dipersyaratkan untuk mendukung operasi bisnis asuransi, mempertimbangkan ukuran dan profil risikonya. Modal memberikan bantalan bagi perusahaan asuransi terhadap kebangkrutan dan untuk menyerap risiko.

RBC membatasi jumlah risiko yang dapat diambil oleh perusahaan asuransi. Ketika mengambil lebih banyak risiko, mereka harus memiliki modal yang lebih tinggi.

Pendapatan per pegawai

Pendapatan per pegawai (revenue per employee) mengukur seberapa banyak uang yang dihasilkan per pegawai. Kita menghitungnya dengan membagi total pendapatan dengan total pegawai yang saat ini dipekerjakan perusahaan.

  • Revenue per employee = Revenue / Total employee

Rasio yang lebih tinggi menunjukkan produktivitas yang lebih besar karena setiap karyawan menghasilkan lebih banyak pendapatan.

Bagaimana cara menggunakan rasio keuangan?

Di atas saya telah menyajikan berbagai rasio untuk menganalisis laporan keuangan, pertanyaan selanjutnya adalah bagaimana menggunakannya?

Rasio keuangan memberikan wawasan mendalam jika kita menggunakannya secara komparatif: membandingkannya dari waktu ke waktu dan terhadap perusahaan lain.

  • Tren historis. Jika anda mengamati tren historis, itu memberi wawasan kepada anda apakah sebuah rasio membaik atau memburuk. Misalnya, rasio profitabilitas membaik, secara umum, jika itu naik dari waktu ke waktu.
  • Dibandingkan dengan peers. Membandingkan rasio yang sama dengan pesaing atau rata-rata industri membantu anda membuat penilaian yang lebih objektif.

Kita sulit menentukan nilai ideal untuk sebuah ratio, karena biasanya tergantung pada industri di mana perusahaan beroperasi. Satu-satu jalan adalah dengan membandingkannya dengan rata-rata industri.

  • Misalnya, jika rasio profitabilitas perusahaan lebih tinggi daripada rata-rata industri, itu menunjukkan perusahaan lebih baik dalam menghasilkan laba.
  • Dalam kasus lain, anda mungkin melihat rasio profitabilitas perusahaan naik. Tapi, itu lebih rendah daripada peers mereka di industri, apakan anda akan menilai perusahaan sukses dalam menghasilkan laba?
  • Jika rata-rata industri tidak ada, anda dapat menggunakan perusahaan sebagai pembanding, di mana mereka memiliki model bisnis dan struktur keuangan yang relatif mirip.
  • Share on Twitter Share on Twitter
  • Share on Facebook Share on Facebook
  • Share on LinkedIn Share on LinkedIn

Footer

CARI

POPULER

  • Strategi Penetapan Harga: Jenis, Faktor yang Perlu Dipertimbangkan
  • Weighted Average Cost of Capital (WACC): Formula, Cara Menghitungnya
  • Serikat Pabean: Definisi, Fitur, Keuntungan, Dan Kerugian
  • Penilaian 360 Derajat: Kelebihan dan Kelemahan
  • Altman Z-Score: Konsep, Model, Rumus, Kritik

TOPIK

Analisis Keuangan Ekonomi Internasional Makroekonomi Mikroekonomi Motivasi Organisasi Bisnis Pemasaran Permintaan Produk Rasio Keuangan Sektor Ekonomi Strategi Struktur Organisasi

Copyright © 2022 · Tentang Kami  · Kebijakan Privasi dan Disclaimer  ·  Ketentuan Penggunaan  ·  Kebijakan Komentar  ·  Kontak Kami