Consultative leader atau pemimpin konsultatif adalah tipe pemimpin yang suka berdiskusi dengan bawahan sebelum membuat keputusan. Tetapi, mereka tetap mempertahankan otoritas pengambilan keputusan akhir.
Mereka mengembangkan kemampuan untuk mempengaruhi orang lain daripada memaksakan otoritas. Mereka melibatkan bawahan secara efektif dalam proses pengambilan keputusan dan penyelesaian masalah, terutama dalam hal input dan opini. Gaya kepemimpinan semacam ini mendukung argumen bahwa pada dasarnya, pemimpin adalah melayani orang-orang yang dipimpinnya.
Kelebihan pemimpin konsultatif
Kepemimpinan konsultatif membangun kepercayaan. Mereka mendefinisikan tujuan dan sasaran, dan sekaligus juga menetapkan harapan spesifik.
Gaya kepemimpinan ini meningkatkan partisipasi karyawan dan menyeimbangkan kekuatan. Ini meningkatkan penerimaan selama masa perubahan dan meyakinkan karyawan yang meragukan kemampuan mereka untuk menyelesaikan tugas.
Kebanyakan karyawan ingin didengarkan. Karyawan yang terlibat merasakan kekuatan itu sebagai penguatan moral dan merasa pendapat mereka didengarkan. Kita tahu karyawan dengan moral yang lebih tinggi dapat lebih produktif dan produktivitas yang lebih tinggi menghasilkan lebih banyak keuntungan.
Kelemahan
Tantangan dengan kepemimpinan konsultatif adalah bahwa gaya ini memakan waktu lebih banyak. Pemimpin harus mengalokasikan lebih banyak waktu untuk berdiskusi atau mendengarkan opini bawahan.
Selain itu, pendapat bawahan belum tentu berkualitas semua. Itu tergantung pada pengetahuan dan keahlian para staff. Mungkin opini bawahan lebih didasarkan pada motif pribadi daripada kepentingan perusahaan secara keseluruhan. Oleh karena itu, pemimpin perlu mengambil waktu yang cukup untuk memilah informasi dari semua pihak sebelum bergerak untuk membuat keputusan.