Store of value atau penyimpan nilai berarti kemampuan sebuah aset, khususnya uang, untuk memiliki nilai dari waktu ke waktu. Karena memiliki nilai dari ke waktu, aset tersebut dapat kita gunakan untuk mentransfer daya beli saat ini ke masa depan dan untuk mengumpulkan kekayaan. Kemampuan ini adalah salah satu fungsi dari uang, selain sebagai alat tukar.
Uang sebagai penyimpan nilai
Uang lebih likuid daripada aset lainnya yang bertindak sebagai penyimpan nilai seperti emas atau surat berharga. Ini karena, sebagai alat tukar, uang dapat diterima di mana-mana.
Selanjutnya, uang adalah penyimpan nilai yang mudah diangkut yang tersedia dalam beragam denominasi, mulai 100 rupiah hingga 100 ribu rupiah.
Uang menjadi penyimpan nilai yang baik ketika inflasi rendah. Namun, nilainya akan tergerus ketika inflasi tinggi.
Uang fiat vs emas
Uang dan emas adalah contoh penyimpan nilai tradisional, tetapi keduanya memiliki keterbatasan. Uang fiat yang kita pegang dikenal sangat rentan terhadap inflasi.
Ini kontras dengan emas, yang mana relatif tahan terhadap inflasi. Nilai emas cenderung meningkat ketika kondisi ekonomi tidak menguntungkan atau ketika rupiah dan aset keuangan lainnya kehilangan nilai.
Meskipun emas menjadi penghalang yang baik terhadap inflasi, namun likuiditasnya jadi masalah. Begitu juga dengan logam mulia lainnya, permata, seni, dan koleksi langka; mereka bisa menjadi penyimpan nilai, tetapi cenderung tidak likuid dan tidak mudah dikonversi menjadi uang tunai.