Pemecahan saham atau stock split berarti membagi jumlah saham menjadi lebih banyak saham dengan nilai nominal yang lebih rendah. Perusahaan melakukan ini untuk membuat harga saham lebih terjangkau. Hasil split 2-untuk-1 berarti menggandakan jumlah saham yang beredar dan harga saham turun setengahnya. Nilai perusahaan tidak terpengaruh.
Konsekuensi stock split
Seperti dividen saham, stock split menghasilkan peningkatan jumlah saham yang beredar. Hasil lainnya adalah penurunan harga saham.
Dalam pemecahan 2-untuk-1, setiap pemegang saham akan menerima satu saham tambahan untuk setiap saham yang dimiliki sebelumnya. Setelah pemecahan, pemegang saham yang memiliki 1.000 saham akan menjadi 2.000 saham.
Demikian juga, setelah stock split 3-untuk-2, pemegang saham akan melihat peningkatan kepemilikan saham mereka dari 1.000 saham menjadi 1.500 saham.
Asumsikan harga saham perusahaan adalah Rp200. Total nilai nominal kepemilikan pemegang saham adalah Rp200.000 (Rp200 x 1.000). Setelah pemecahan 2-untuk-1, pemegang saham akan memiliki 2.000 saham dengan nilai nominal Rp100. Total nilai nominal tetap sebanyak Rp200.000.
Perusahaan memilih untuk memecah saham mereka menjadi lebih banyak sehingga harga perdagangan saham jatuh ke kisaran yang dianggap nyaman oleh sebagian besar investor. Karena harga per saham lebih rendah, itu merangsang pembelian investor. Dengan begitu, likuiditas saham meningkat.
Bahkan jika investor tidak menghasilkan banyak uang segera seperti melalui dividen, investor mendapatkan lebih banyak capital gain ketika harga saham naik di masa depan. Katakanlah, dari kasus sebelumnya, harga saham naik dari Rp100 menjadi Rp150 sejalan dengan kinerja profitabilitas positif perusahaan. Karena setelah pembagian 2-untuk-1 investor memegang 2.000 saham, total nilai nominal naik dari Rp200.000 (Rp100 x 2.000) menjadi Rp300.000 (Rp150 x 2.000).