Too big to fail

Too big to fail adalah gagasan bahwa ketika perusahaan menjadi terlalu besar, kegagalannya akan menimbulkan risiko yang lebih parah. Gagasan ini membawa implikasi bahwa bank-bank dan lembaga keuangan penting harus diselamatkan, bagaimanapun caranya bahkan jika mereka gagal karena keserakahan atau ketidakwajaran mereka sendiri.  

Kapan istilah ini mulai muncul

Istilah ini berkembang selama krisis keuangan tahun 2008, di mana beberapa lembaga keuangan memiliki pengaruh yang sangat besar terhadap perekonomian sehingga ketika mereka gagal, dampaknya akan sangat buruk bagi perekonomian.

Oleh karena itu, bank-bank tertentu atau lembaga keuangan lainnya seharusnya didukung dalam krisis, karena kegagalan mereka akan memiliki efek yang merugikan pada stabilitas sistem keuangan nasional atau internasional. Jika lembaga seperti itu mendapat masalah, pemerintah dan bank sentral akan dipaksa untuk membantunya.

Kesadaran akan fakta ini menciptakan bahaya moral yang signifikan dengan membuat bank seperti itu lebih bersedia mengambil risiko. Sederhananya, ketika yakin akan menerima bantuan pemerintah atau bank sentral, maka manajemen lembaga keuangan tersebut lebih mungkin untuk menjalankan bisnis secara sembarangan dan cenderung berani mengambil risiko yang lebih agresif. 

Contoh kasus

Pada tahun 2007, bank investasi Amerika Serikat, Lehman Brothers, dibiarkan gagal setelah mengalami kerugian besar di pasar subprime mortgage, dengan efek sistemik baik di Amerika Serikat maupun di luar negeri, yang mana merupakan awal mula krisis keuangan 2008-2009. Sebaliknya, Federal Reserve Bank memberikan pinjaman USD30 miliar untuk mencegah keruntuhan Bear Sterns pada tahun 2008.

Di Inggris, Bank of England dan HM Treasury memberikan lebih dari USD25 miliar dukungan darurat kepada Northern Rock pada tahun 2007–2008. Pemerintah Inggris juga membeli 82% saham Royal Bank of Scotland untuk mencegah keruntuhannya.