Contents
Apa itu: Business-to-consumer (B2C) mengacu pada model bisnis di mana perusahaan menjual langsung ke konsumen individu. Istilah ini biasanya dikaitkan dengan penjualan melalui saluran online atau eCommerce. Ketika pembeli adalah perusahaan, kami menyebutnya sebagai bisnis-ke-bisnis (B2B).
Amazon.com adalah contoh terkenal dari bisnis-ke-konsumen. Shopee, Bukalapak, dan Tokopedia adalah beberapa contoh model bisnis B2C di Indonesia.
Mengapa bisnis-ke-konsumen penting?
B2C mulai berkembang pada akhir 1990-an. Untuk pasar AS, salah satu pionirnya adalah Amazon, yang didirikan oleh Jeff Bezos pada tahun 1994. Empat tahun kemudian, Amazon mencatat penjualan lebih dari $1 miliar untuk pertama kalinya. Dan pada 2019, perusahaan membukukan pendapatan $280,522 miliar. Menurut Forbes, kesuksesannya membuat pemiliknya menjadi orang terkaya di dunia pada 2019.
Kehadiran model bisnis ini telah menghancurkan ritel konvensional. Ini telah mengubah cara kita berinteraksi dengan penjual. Pengecer konvensional kehilangan penjualan, karena banyak konsumen beralih ke saluran online.
Untuk menghadapi hal tersebut, beberapa retailer kemudian memasuki bisnis online agar tetap kompetitif dan bertahan di industri. Beberapa menggabungkan toko online dengan toko tradisional. Pergeseran ini menciptakan lebih banyak manfaat bagi konsumen, yang kini dapat menikmati kenyamanan pemesanan online sekaligus menghemat biaya.
Memang pada intinya eCommerce hanya memindahkan lokasi pasar ke situs online. Semua transaksi dilakukan secara online, mulai dari iklan, pemesanan, pembayaran, hingga pengiriman (untuk produk digital).
Namun, eCommerce menawarkan lebih banyak pilihan kualitas dan harga serta menawarkan fleksibilitas yang lebih besar. Anda hanya perlu menggunakan smartphone untuk berbelanja. Dan bagi perusahaan, memungkinkan mereka untuk mengembangkan berbagai model bisnis untuk menghasilkan pendapatan.
Masa depan B2C masih terlihat cerah. Jenis penjualan ini masih dalam masa pertumbuhan dan akan terus berkembang. Menurut Grand View Research, ukuran pasar e-commerce B2C global diperkirakan tumbuh dengan tingkat pertumbuhan tahunan gabungan (CAGR) sebesar 7,9% selama 2020-2017. Sementara itu, pada 2019, market size telah mencapai USD3,35 triliun. Peningkatan pengguna internet, pendapatan yang dapat dibelanjakan, dan kemudahan yang ditawarkan menjadi faktor pendorong pertumbuhan di masa depan.
Keuntungan bisnis-ke-konsumen
B2C menawarkan beberapa keuntungan. Pertama, perusahaan dapat menjangkau konsumen yang lebih luas, tidak hanya di dalam negeri tetapi juga di luar negeri.
Kedua, perusahaan mendapat manfaat dari database profil dan transaksi pelanggan yang lebih kaya. Informasi tersebut memudahkan mereka untuk menyesuaikan strategi pemasaran atau strategi produknya.
Ketiga, B2C juga menghemat biaya. Perusahaan tidak perlu membangun atau menyewa ruang ritel untuk menjual produk mereka. Juga, saluran online memiliki potensi untuk memotong rantai distribusi dan ritel. Dalam saluran konvensional, produk dapat melalui beberapa saluran untuk mencapai konsumen akhir. Melalui online, mereka dapat melayani pelanggan secara langsung.
Keempat, bagi konsumen, transaksi online menghemat biaya. Anda tidak perlu datang ke toko. Anda dapat berbelanja dan bertransaksi di mana saja, di rumah atau di perjalanan, dan kapan saja. Setelah transaksi selesai, Anda tinggal menunggu barang sampai di depan pintu Anda.
Lima jenis model bisnis bisnis-ke-konsumen
Ada banyak jenis bisnis-ke-konsumen, dan berikut adalah lima yang paling populer:
- Penjualan langsung
- Model perantara online
- Model berbasis iklan
- Model berbasis komunitas
- Model berbasis biaya
Penjualan langsung
Pengecer menjual produk mereka langsung ke konsumen melalui situs web mereka sendiri. Pengecer dapat berasal dari bisnis kecil hingga besar dan menawarkan berbagai macam produk. Beberapa toko ritel tradisional juga telah mengadopsi model bisnis ini.
Membangun model bisnis ini juga relatif mudah. Hanya dengan membuat website dan sistem pembayaran, Anda sudah bisa membangun toko online Anda. Alternatifnya, Anda bisa memanfaatkan media sosial seperti Instagram dan Facebook untuk menjual produk Anda.
Model perantara online
Dalam model ini, pemilik situs tidak menjual produk secara langsung. Mereka hanya memfasilitasi transaksi antara pembeli dan penjual. Dengan kata lain, pemilik situs adalah pembuat pasar online.
Pendapatan pemilik bisa berasal dari berbagai sumber, tergantung kelayakan situs. Beberapa mungkin membebankan biaya kepada produsen dan konsumen, sementara yang lain mengandalkan pendapatan dari iklan.
Model berbasis iklan
Situs hanya memanfaatkan volume lalu lintas yang tinggi untuk menjual iklan. Pemilik menggunakan konten gratis berkualitas tinggi untuk menarik pengunjung situs. Model bisnis ini berbeda dari perantara online karena tidak memfasilitasi interaksi antara pembeli dan penjual.
Pemilik situs menampilkan iklan dari beberapa penjual produk. Ketika pengunjung mengklik, pengunjung akan diarahkan ke situs penjual. Jika pengunjung membeli produk, penjual kemudian membagikan persentase tertentu dari penjualan dengan pemilik situs. Dengan demikian, semakin tinggi lalu lintas situs, semakin besar peluang pengunjung untuk mengklik iklan dan bertransaksi, dan semakin tinggi pendapatan pemilik situs.
Model berbasis komunitas
Model ini menggunakan komunitas online dengan minat khusus untuk membantu pengiklan memasarkan produknya langsung ke pengguna situs. Ini bisa menjadi forum online untuk penggemar fotografi, penggemar gadget, dll.
Pendapatan pemilik situs bekerja dengan cara yang sama seperti model berbasis iklan. Hanya saja keduanya memiliki target segmen yang berbeda.
Model berbasis biaya
Situs ini mengenakan biaya berlangganan untuk akses ke konten. Pemilik situs biasanya menawarkan beberapa konten gratis dan berbayar. Situs media online biasanya mengadopsi model bisnis ini.
Beberapa variasi model ini ada. Di beberapa situs seperti Harvard Business Review, Anda dapat mengakses artikel gratis per hari. Setelah mencapai batas kuota maksimum, pemilik akan mengarahkan Anda untuk berlangganan.
Sementara itu, di situs lain, pemilik memiliki beberapa artikel gratis dan yang lainnya premium. Berapa banyak artikel gratis itu tergantung pada strategi masing-masing situs. The Wall Street Journal, misalnya, membebankan biaya untuk sebagian besar kontennya.