Contents
Crawling peg adalah rezim moneter yang memungkinkan nilai tukar mata uang nasional berfluktuasi dalam kisaran tertentu (band). Bank sentral mencoba untuk menjaga nilai tukar agar tidak keluar dari band.
Cina, Vietnam, Nikaragua, dan Botswana adalah beberapa negara yang telah mengadopsi sistem ini. Mereka memilih sistem ini untuk mempromosikan stabilitas neraca pembayaran. Dan, kadang-kadang, mereka menyesuaikan nilai tukar secara berkala untuk meningkatkan posisi kompetitif barang domestik di pasar ekspor.
Bagaimana cara kerja crawling peg?
Otoritas moneter mengadopsi crawling peg untuk mengontrol pergerakan mata uang, terutama ketika ancaman devaluasi muncul karena inflasi atau ketidakstabilan ekonomi. Bank sentral melakukan intervensi dengan menjual dan membeli mata uang secara terkoordinasi, memungkinkan nilai nominal tetap berada di dalam band.
Crawling peg terdiri dari dua, yaitu nilai par mata uang yang dipatok dan deviasi yang ditargetkan. Bank sentral dapat merevisi keduanya, misalnya, karena perubahan pasar atau kondisi ekonomi.
Jenis crawling peg
Crawling peg bisa aktif atau pasif. Ini aktif ketika bank sentral mengumumkan target band sementara pasif ketika itu dilakukan beriringan.
Dalam patokan perayapan aktif, bank sentral telah mengumumkan kisaran nilai tukar untuk minggu-minggu mendatang. Bank sentral berkomitmen untuk mempertahankan nilai tukar dalam kisaran ini melalui perubahan dalam langkah-langkah kecil. Tujuan utamanya adalah memanipulasi ekspektasi inflasi.
Di bawah sistem pasak perayapan pasif, nilai tukar sering disesuaikan sejalan dengan tingkat inflasi. Tidak ada pengumuman sebelumnya. Tujuannya adalah untuk mencegah penurunan cadangan mata uang asing.
Keuntungan dan kerugian crawling peg
Beberapa negara mengadopsi nilai tukar ini untuk menghindari ketidakstabilan ekonomi karena jatuhnya cadangan devisa seperti dalam sistem nilai tukar tetap. Pada saat yang sama, sistem ini juga meminimalkan fluktuasi nilai tukar, karena mengarahkan nilai tukar untuk tetap berada dalam pita.
Fluktuasi rendah mendorong stabilitas ekonomi secara keseluruhan.
Kritik menganggap sistem ini, bukan yang ideal. Mirip dengan nilai tukar tetap, aliran mata uang yang signifikan membuat intervensi bank sentral terkadang kurang kredibel. Aliran ini mungkin memaksa bank sentral untuk melakukan intervensi, yang mengarah pada biaya besar (erosi cadangan devisa).
Situasi itu pernah terjadi di Thailand pada tahun 1997. Serangan spekulan memaksa otoritas moneter negara itu kehabisan cadangan untuk mempertahankan mata uangnya.