Contents
Masalah keagenan (agency problem) adalah kemungkinan konflik kepentingan yang mungkin terjadi antara prinsipal dengan agen. Agen bertindak atas kepentingan prinsipal. Dalam kasus perusahaan, kita dapat mengambil contoh hubungan antara pemegang saham (prinsipal) dan manajemen (agen).
Lebih dalam tentang “Masalah Keagenan”
Dalam hubungan keagenan, seorang agen melakukan tugas atas nama prinsipal. Mereka biasanya dilibatkan oleh prinsipal karena dipandang mampu dan memiliki karakteristik yang sesuai dengan ekspektasi prinsipal.
Dalam kasus perusahaan, permasalahan mungkin muncul karena agen bertindak tidak demi kepentingan terbaik prinsipal. Padahal, seharusnya (setidaknya menurut teori), manajemen seharusnya membuat keputusan yang akan memaksimalkan [[kekayaan pemegang saham]] meskipun manajer memiliki kepentingan terbaik untuk memaksimalkan kekayaannya sendiri.
Sumber permasalahan
Masalah keagenan berakar dari masalah dengan insentif dan keleluasaan dalam penyelesaian tugas. Seorang agen mungkin termotivasi untuk bertindak dengan cara yang tidak menguntungkan prinsipal jika agen tersebut memiliki peluang untuk melakukannya. Misalnya, manajemen dapat memanipulasi [[laporan laba-rugi]] demi mempertahankan bonus tahunan yang diperoleh. Jika, misalnya, tidak ada pengawasan, maka manajemen dapat dengan mudah melakukannya.
Ambil contoh yang lebih sederhana. Seorang montir mungkin akan merekomendasikan beberapa perbaikan yang sebenarnya tidak dibutuhkan. Dengan begitu, dia dapat menghasilkan uang dua kali lebih banyak. Adanya insentif (dua kali lipat bayaran) ini menyebabkan timbulnya masalah keagenan.
Bagaimana cara meminimalkan risiko terkait dengan masalah agensi?
Meskipun tidak mungkin untuk menghilangkan masalah keagenan, prinsipal dapat mengambil langkah-langkah untuk meminimalkan risiko. Hubungan prinsip-agen dapat diatur, dan seringkali, berdasarkan kontrak.
Prinsipal juga dapat meminimalkan munculnya masalah keagenan dengan memberikan insentif kepada agen untuk bertindak lebih sesuai dengan kepentingan terbaik prinsipal. Misalnya, pemberian kompensasi berbasis kinerja, ancaman pemecatan atau ancaman pengambilalihan. Dengan begitu, manajemen dapat termotivasi untuk bertindak dalam kepentingan terbaik [[pemegang saham]].
Prinsipal juga dapat mengubah struktur kompensasi agen. Misalnya, pembayaran kompensasi tidak berdasarkan jam kerja, tetapi berdasarkan penyelesaian proyek. Dengan demikian, ada sedikit insentif untuk tidak bertindak demi kepentingan terbaik prinsipal.