Pengembalian abnormal, abnormal return, merujuk pada tingkat pengembalian yang melebihi apa yang dibenarkan oleh risiko yang terkait dengan investasi. Atau dengan kata lain, ini terjadi ketika pengembalian aktual (actual return) melebihi pengembalian yang diharapkan (expected return).
Di pasar modal, kita menghitung pengembalian yang diharapkan berdasarkan pertimbangan risiko sistematis pasar. Oleh karena itu, pengembalian abnormal terjadi diluar yang diprediksi oleh pergerakan pasar.
Deskripsi tentang “Abnormal Return“
Pengembalian abnormal dapat berlaku untuk satu efek/sekuritas atau portofolio selama periode waktu tertentu. Ketika ingin melihat kinerja, portfolio manajer/investor biasanya membandingkan pengembalian aktual dengan yang diharapkan sebelumnya. Ini menjadi salah satu penciri kesuksesan seorang portfolio manajer dalam meramu portofolio. Dan, sebagai salah satu indikator apakah investor berani mengambil risiko yang lebih besar atau tidak.
Metode
Ada beberapa metode yang dapat kita gunakan untuk menghitung expected return, seperti menggunakan rata-rata pengembalian historis jangka panjang, capital asset pricing model (CAPM), atau metode alternatif lainnya.
Rata-rata historis
Hasil abnormal return dapat positif ataupun negatif. Misalnya, seseorang berinvestasi di saham dan berdasarkan pengembalian historis IHSG dalam dua dekade trakhir, dia mengekspektasikan return sebesar 14%. Ketika dalam realiasi dia mendapatkan return 20%, maka ia mencetak pengembalian abnormal return positif. Sebaliknya, dia akan memperoleh abnormal return negatif jika lebih rendah dibandingkan dengan expected return, misalnya 10%.
Metode CAPM
Dalam metode ini, kita menghitung expected return berdasarkan variabel-variabel tingkat pengembalian efek bebas risiko atau risk free rate (misalnya yield obligasi pemerintah tenor 10 tahun), nilai beta dan market return (IHSG) yang diharapkan. Rumusnya adalah sebagai berikut:
Expected return = Risk free rate + Beta (Expected return of market – Risk free rate)
Expected return of market dikurangi dengan risk free rate dinamakan dengan premi risiko pasar.
Misalnya, yield obligasi pemerintah tenor 10 tahun adalah sebesar 7% dan tingkat pengembalian yang diharapkan dari IHSG adalah sebesar 14%. Seorang investor lalu menghitung beta untuk saham yang ia miliki terhadap indeks patokan (IHSG) dan memperoleh angka beta sebesar 1.1.
Oleh karena itu, tingkat pengembalian saham yang diharapkan adalah sebesar 14,7% (7% + 1,1 x (14% – 7%)). Sehingga, ketika realisasi return dari saham adalah sebesar 20%, maka dia memperoleh abnormal return sekitar 5,3%.