• Skip to primary navigation
  • Skip to main content
  • Skip to footer

Cerdasco

Pengetahuan Lebih Baik. Wawasan Lebih Tajam

  • Manajemen
  • Ekonomi
  • Keuangan
Ekonomi

Disinflasi: Konsep, Penyebab, Dampak

Oleh Ahmad Nasrudin · Diupdate pada April 8, 2022

Disinflasi Konsep Penyebab Dampak
Advertisement

Apa itu: Disinflasi (disinflation) adalah situasi di mana tingkat harga meningkat pada tingkat pertumbuhan yang lebih lambat. Dengan kata lain, inflasi masih positif, tapi lebih rendah dibandingkan dengan periode sebelumnya. Misalnya, tingkat inflasi melambat dari inflasi 3% pada kuartal menjadi 2,5% pada kuartal kedua dan 2,1% pada kuartal ketiga.

Jika persentase jatuh ke teritori negatif, itu adalah deflasi. Misalnya, tingkat inflasi masing-masing menjadi -0,1% pada kuartal kedua dan -0,2% pada kuartal ketiga. Secara umum, deflasi lebih berbahaya dari deflasi.

Disinflasi dan Deflasi
Disinflasi dan Deflasi

Apa perbedaan antara deflasi dan disinflasi?

Disinflasi adalah fenomena yang umum di dalam sebuah perekonomian. Itu mungkin terjadi selama fase ekonomi lemah di mana permintaan mulai melambat. 

Sebaliknya, deflasi lebih berbahaya. Jatuhnya tingkat harga biasanya berlangsung selama resesi atau depresi ekonomi. Di saat itu, permintaan begitu lemah karena sebagian besar rumah tangga berhemat. Tingkat pengangguran tinggi membuat prospek pendapatan suram. Sebagai hasilnya, mereka mengurangi belanja barang dan jasa yang kurang esensial.

Advertisement

Memang, selama deflasi, daya beli uang meningkat. Tapi, itu tidak mendorong orang untuk berbelanja. Mengapa? Karena mereka tidak memiliki uang akibat prospek pendapatan dan pekerjaan yang suram.

Selain itu, deflasi juga mengakibatkan utang riil meningkat. Itu merugikan peminjam. Fenomena ini disebut sebagai debt inflation.

Indikator disinflasi

Seperti inflasi, kita mengukur disinflasi menggunakan indeks harga. Indikator yang paling banyak dikutip adalah indeks harga konsumen (IHK). Alternatifnya adalah indeks harga produsen atau deflator PDB.

IHK mengukur perubahan rata-rata harga barang dan jasa konsumen. Itu adalah salah satu ukuran ekonomi yang paling banyak dipantau oleh investor dan bank sentral. Perusahaan juga memantaunya, terutama untuk menyesuaikan komponen biaya (seperti gaji) dan harga jual. 

Persentase perubahan indeks harga konsumen dari waktu ke waktu merujuk pada tingkat inflasi. Kita dapat menghitungnya dengan rumus berikut:

Advertisement

Tingkat inflasi = [(IHKt / IHK(t-1)) -1] * 100%

Saya telah mengaplikasikan rumus di atas untuk menghitung tingkat inflasi. Dan, hasilnya adalah sebagai berikut: 

TahunIHKTingkat Inflasi (%)
2009110 
2010          114           4,0
2011          116           2,0
2012          117           1,0
2013          119           1,0
2014          122           3,0
2015          128           5,0
2016          121         -2,0
2017          116         -3,0
2018          113         -3,0

Dari tabel tersebut, anda dapat melihat bahwa terjadi deflasi selama 2011 dan 2012, di mana tingkat inflasi turun dari 4,0% menjadi 2,0% lalu menjadi 1,0%. 

Selanjutnya, pada 2016-2018, ekonomi mengalami deflasi karena tingkat inflasi bergerak ke wilayah negatif.

Inflation rate in Indonesia - Monthly Data
Inflation rate in Indonesia – Monthly Data

Penyebab disinflasi

Disinflasi terjadi karena beberapa faktor.

Advertisement

Pertama, tingkat pertumbuhan jumlah uang beredar melambat. Itu biasanya terjadi ketika bank sentral mengadopsi kebijakan moneter yang lebih ketat. Bank sentral melihat tingkat inflasi telah melebihi target dan bergerak ke arah yang membahayakan perekonomian. 

Tingginya inflasi membuat perekonomian kepanasan. Itu dapat mengarah pada hiperinflasi jika tidak dicegah. Untuk mendinginkan perekonomian, bank sentral mengambil kebijakan yang lebih ketat melalui:

  • Kenaikan suku bunga kebijakan (policy rate)
  • Menaikan rasio cadangan wajib (reserve requirement ratio)
  • Operasi pasar terbuka dengan menjual surat berharga pemerintah.

Jika kebijakan sukses, itu seharusnya menghasilkan disinflasi. Tapi, jika kebijakan terlalu agresif, itu bukannya memperlambat inflasi, tapi membawa perekonomian menuju kontraksi dan deflasi.

Secara umum, Anda dapat menggunakan rumus teori kuantitas uang untuk melihat hubungan antara jumlah uang beredar, output riil dan tingkat harga. Berikut adalah persamaannya:

M x V = P x Y

Advertisement

di mana:

  • M = Jumlah uang beredar
  • V = Velositas uang, yakni berapa kali uang yang sama berpindah tangan dalam satu tahun
  • P = Tingkat harga
  • Y = Output riil

Kedua, pertumbuhan PDB riil melambat karena permintaan agregat melemah. Produsen berusaha merasionalisasi laju produksinya untuk menyesuaikan permintaan. Selain itu, secara rata-rata, produsen kemungkinan menaikkan harga jual pada tingkat yang lebih moderat dibandingkan dengan sebelumnya.

Dalam beberapa kasus, perlambatan laju inflasi juga dapat terjadi di awal resesi ekonomi (kontraksi). Selama periode ini, ada tekanan ke bawah terhadap tingkat harga dan mungkin hanya mengakibatkan perlambatan tingkat inflasi, alih-alih deflasi. Tapi, jika resesi semakin dalam, deflasi kemungkinan besar muncul.

Dampak disinflasi

Seperti yang saya utarakan sebelumnya, disinflasi tidak membahayakan ekonomi dan itu adalah fenomena umum dalam sebuah siklus ekonomi.

Disinflasi memperbaiki daya beli rumah tangga. Mari kita ambil contoh sederhana.

Advertisement

Katakanlah, tingkat inflasi melambat dari 5% menjadi 3%. Pada saat yang sama, persentase kenaikan gaji anda sama seperti tahun sebelumnya, yakni 4%. Karena tingkat inflasi lebih rendah, daya beli anda meningkat. Di tahun sebelumnya, daya beli gaji anda terkikis 1% (4% -5%) karena tingkat inflasi lebih tinggi daripada peningkatan gaji. Tapi, sekarang, dengan tingkat inflasi yang lebih rendah, daya beli gaji anda meningkat.

Bagi perusahaan, secara rata-rata, disinflasi mengakibatkan pertumbuhan pendapatan mereka lebih rendah daripada sebelumnya, mengasumsikan volume penjualan tetap. Katakanlah, di tahun sebelumnya, perusahaan meningkatkan harga jual sekitar 3%. Tapi, karena permintaan menunjukkan tanda-tanda pelemahan, mereka hanya bisa menaikkan harga jual sebesar 1%. 

Bagikan

Related

  • Tingkat Inflasi: Cara Menghitung, Jenis, Efek Kebijakan Ekonomi
  • Tingkat Inflasi Cara Menghitung, Jenis, Efek Kebijakan Ekonomi
  • Deflasi: Konsep, Penyebab, Dampak, dan Solusi yang Mungkin
  • Deflasi Konsep, Penyebab, Dampak, dan Solusi yang Mungkin
  • Faktor Makroekonomi: Definisi, Contoh dan Dampak
  • Faktor Makroekonomi Definisi, Contoh dan Dampak
  • PDB Potensial: Konsep, Formula, Faktor yang Mempengaruhi
  • PDB Potensial Konsep, Formula, Faktor yang Mempengaruhi
  • Ekuilibrium Makroekonomi: Konsep, Jangka Pendek dan Jangka Panjang
  • Ekuilibrium Makroekonomi Konsep, Jangka Pendek dan Jangka Panjang
  • Perangkap Likuiditas: Konsep, Penyebab, Dampak, Kemungkinan Solusi
  • Perangkap Likuiditas Konsep, Penyebab, Dampak, Kemungkinan Solusi

Topics: Makroekonomi

Advertisement
Utang Nasional Apa itu dan Apa Implikasinya

Utang Nasional: Apa itu dan Apa Implikasinya?

Apa itu: Utang nasional (national debt) adalah uang yang terutang oleh pemerintah kepada krediturnya. Pemerintah berutang untuk menutup defisit anggaran,

Kebijakan Fiskal Diskresioner Cara Kerja, Jenis, Efek

Kebijakan Fiskal Diskresioner: Cara Kerja, Jenis, Efek

Apa itu: Kebijakan fiskal diskresioner (discretionary fiscal policy) adalah kebijakan pemerintah yang disengaja untuk mempengaruhi perekonomian dengan

Pajak Yang Diinduksi Contoh, Cara Kerja, Efek Terhadap Perekonomian

Pajak Yang Diinduksi: Contoh, Cara Kerja, Efek Terhadap Perekonomian

Apa itu: Pajak yang diinduksi (induced tax) adalah tipe pajak di mana kenaikan dan penurunan tarifnya tergantung pada kemampuan wajib pajak. Sehingga,

Advertisement
Utang Nasional Apa itu dan Apa Implikasinya

Utang Nasional: Apa itu dan Apa Implikasinya?

Apa itu: Utang nasional (national debt) adalah uang yang terutang oleh pemerintah kepada krediturnya. Pemerintah berutang untuk menutup defisit anggaran,

Kebijakan Fiskal Diskresioner Cara Kerja, Jenis, Efek

Kebijakan Fiskal Diskresioner: Cara Kerja, Jenis, Efek

Apa itu: Kebijakan fiskal diskresioner (discretionary fiscal policy) adalah kebijakan pemerintah yang disengaja untuk mempengaruhi perekonomian dengan

Pajak Yang Diinduksi Contoh, Cara Kerja, Efek Terhadap Perekonomian

Pajak Yang Diinduksi: Contoh, Cara Kerja, Efek Terhadap Perekonomian

Apa itu: Pajak yang diinduksi (induced tax) adalah tipe pajak di mana kenaikan dan penurunan tarifnya tergantung pada kemampuan wajib pajak. Sehingga,

Advertisement

Footer

CARI

POPULER

  • Strategi Penetapan Harga: Jenis, Faktor yang Perlu Dipertimbangkan
  • Weighted Average Cost of Capital (WACC): Formula, Cara Menghitungnya
  • Integrasi Vertikal: Konsep, Jenis, Keuntungan, Kerugian
  • Kepemimpinan Karismatik: Definisi, Contoh, Karakteristik, Pro, Kontra
  • Hambatan Masuk: Jenis, dan Dampaknya pada Persaingan

TOPIK

Analisis Keuangan Ekonomi Internasional Makroekonomi Mikroekonomi Motivasi Organisasi Bisnis Pemasaran Permintaan Produk Rasio Keuangan Sektor Ekonomi Strategi Struktur Organisasi

Copyright © 2022 · Tentang Kami  · Kebijakan Privasi dan Disclaimer  ·  Ketentuan Penggunaan  ·  Kebijakan Komentar  ·  Kontak Kami