Contents
Apa itu: Mata uang (currency) merujuk uang yang diterima dan digunakan alat pembayaran yang sah di sebuah negara. Itu mencakup uang kertas dan uang logam yang anda gunakan sehari-hari. Bank sentral atau otoritas bertindak sebagai pemasok tunggal sekaligus memantau peredarannya di dalam perekonomian.
Mata uang telah digunakan dalam perekonomian modern dan di seluruh dunia untuk memfasilitasi perdagangan antar negara. Daya beli satu mata uang terhadap mata uang lainnya kita sebut dengan nilai tukar (exchange rate).
Sejarah singkat mata uang
Sebelum mata uang diperkenalkan, kita menggunakan sistem barter, di mana barang dan jasa dipertukarkan dengan barang dan jasa lainnya. Transaksi barter memiliki beberapa kelemahan, termasuk sulit untuk secara akurat menentukan nilai dari barang atau jasa. Akhirnya, itu mulai menghilang dan kemudian perekonomian modern menggunakan uang untuk memfasilitasi pertukaran.
Penggunaan pertama mata uang berasal dari Mesir kuno. Selama waktu itu, mata uang merupakan bentuk tanda terima yang mewakili hak individu untuk mengklaim biji-bijian yang disimpan di lumbung kuil di Mesir Kuno.
Kemudian, uang logam seperti emas dan perak menjadi perantara baru dalam transaksi perdagangan. Memasuki memasuki era standar emas, uang kertas mulai berlaku di sejumlah negara besar. Sebenarnya, uang kerta telah muncul di China pada tahun 618–907, namun penggunaannya relatif terbatas.
Di bawah standar emas, nilai uang kertas didasarkan pada jumlah tetap emas. Maksud saya, ketika kita memegang uang kertas, kita dapat menukarnya dengan sejumlah uang emas.
Selanjutnya, dalam sistem moneter modern, uang kertas tidak didukung lagi oleh emas. Kita menganggapnya bernilai dan menggunakannya dalam transaksi karena pemerintah menjamin dan mengakuinya sebagai alat pembayaran yang sah.
Jenis mata uang
Contoh mata uang adalah rupiah di Indonesia (IDR), dolar AS di Amerika Serikat (USD), Euro di Zona Euro (EUR), dan yen di Jepan (JPY). Total, ada 180 mata uang saat ini di seluruh dunia. Mereka diakui sebagai alat pembayaran yang sah (legal tender) oleh Perserikatan Bangsa-Bangsa.
Ada beberapa istilah dan klasifikasi mata uang, berikut ini adalah diantaranya:
- Mata uang cadangan (reserve currency). Bank sentral memegangnya sebagai cadangan devisa karena nilainya yang relatif stabil dan digunakan secara luas dalam perdagangan internasional. Dolar AS dan Euro mendominasi, masing-masing sekitar 60% dan 20% dari mata uang cadangan devisa global. Berikutnya ada Yen Jepang, Pound sterling, French franc, Chinese renminbi, Canadian dollar, Australian dollar, dan Swiss franc.
- Mata uang keras (hard currency). Mata uang ini memiliki daya beli yang relatif stabil terhadap mata uang lainnya dari waktu ke waktu. Mereka berasal dari negara dengan perekonomian dan politik yang kuat dan stabil, termasuk dalam hal pertumbuhan ekonomi maupun tingkat inflasi. Mereka menjadi alat pembayaran dan digunakan secara luas dalam transaksi internasional, selain juga berfungsi sebagai penyimpan nilai yang handal (sehingga digunakan secara cadangan devisa). Istilah lain mata uang ini adalah mata uang kuat (strong currency) atau uang safe haven (safe haven currency). Contoh mata uang keras adalah dolar Amerika Serikat, Euro, franc Swiss, poundsterling Inggris, yen Jepang.
- Mata uang lunak (soft currency). Istilah ini juga sering kita sebut sebagai mata uang lemah merujuk pada mata uang dari negara-negara yang memiliki perekonomian dan politik yang tidak stabil, mengakibatkan nilainya berfluktuasi dan terdepresiasi secara signifikan. Pelaku pasar valas cenderung menghindarinya.
Daya beli mata uang
Daya beli mata uang merujuk pada jumlah barang dan jasa yang dapat anda beli dengan satuan mata uang yang anda miliki. Kita juga sering menyebutnya sebagai nilai riil dari uang. Jika anda mendapatkan lebih banyak barang daripada sebelumnya dengan nominal uang yang sama, itu berarti daya beli meningkat. Sebaliknya, daya beli menurun ketika anda mendapatkan lebih sedikit barang.
Konsep daya beli juga berlaku dalam perdagangan mata uang. Secara spesifik, itu kita sebut sebagai nilai tukar mata uang asing. Katakanlah, anda mengkonversi mata uang domestik menjadi mata uang asing. Dalam kasus tersebut, daya beli mata uang domestik lebih kuat ketika anda mendapatkan lebih banyak mata uang asing. Misalnya, jika anda menukar 1 dolar AS dan mendapatkan rupiah sebanyak 14.000, itu berarti daya beli dolar terhadap rupiah lebih tinggi.
Pengaruh inflasi
Faktor utama yang mempengaruhi nilai riil uang adalah inflasi, yang mana keduanya memiliki hubungan terbalik. Ketika inflasi tinggi, nilai riil uang turun. Harga barang-barang secara umum naik signifikan, sehingga, anda memperoleh lebih sedikit barang dengan nominal uang yang sama.
Misalnya, anda membeli sebuah produk seharga IDR100. Jika harganya naik menjadi IDR200, anda hanya dapat membeli setengahnya. Kita menyebut kondisi ketika inflasi meningkat signifikan sebagai hiperinflasi, yang mana menciptakan ketidakstabilan di dalam perekonomian.
Begitu juga, deflasi (inflasi negatif) juga membahayakan perekonomian. Memang, nilai riil uang meningkat dan anda mendapatkan lebih banyak barang dengan nominal yang yang sama. Tapi, itu merugikan bisnis karena mereka memperoleh pendapatan dan keuntungan yang lebih rendah, mengasumsikan volume penjualan tetap. Selain itu, deflasi juga meningkatkan nilai riil utang (debt deflation).
Nilai tukar mata uang
Nilai tukar merujuk daya beli suatu mata uang terhadap mata uang lainnya. Asumsikan anda adalah orang Indonesia. Nilai tukar rupiah terhadap dolar AS berarti berapa banyak dolar AS yang anda dapatkan ketika menukar rupiah anda.
Misalnya, nilai tukar rupiah adalah IDR14.000/USD. Itu berarti, untuk mendapatkan 1 dolar AS, anda harus menukarkan rupiah sebanyak 14.000. Ketika daya beli rupiah terhadap dolar AS menguat (apresiasi), anda harus menukar lebih sedikit rupiah untuk mendapatkan 1 dolar AS, misalnya dari IDR14.000/USD menjadi IDR13.000/USD. Sebaliknya, ketika daya beli rupiah melemah (depresiasi), anda harus menukar lebih banyak rupiah untuk mendapatkan 1 dolar AS, misalnya dari IDR14.000/USD menjadi IDR14.000/USD.
Pasar valuta asing
Perdagangan mata uang telah populer di masyarakat modern. Itu mulai berkembang pada abad ke-17 dan ke-18, di mana Amsterdam menjadi rumah bagi pasar pertukaran mata uang pertama di dunia. Pasar ini memungkinkan pembeli dan penjual mata uang asing untuk bertransaksi secara resmi.
Sekarang, pasar nilai tukar mata uang asing (pasar valas) telah berkembang luas, tidak hanya melibatkan beberapa negara, tetapi seluruh negara di dunia. Itu memfasilitasi aliran modal dan perdagangan internasional, memungkinkan individu dan perusahaan untuk berinvestasi dan membeli barang di luar negeri.
Pelaku pasar menggunakan pasar valas untuk melakukan lindung nilai atas risiko mereka, menggunakan kombinasi spot, forward, swap, dan kontrak opsi. Sementara yang lain menggunakannya untuk berspekulasi dan mendapatkan keuntungan jangka pendek melalui arbitrase segitiga (triangular arbitrage).
Transaksi di pasar valas sangat likuid meski juga lebih volatil dibandingkan dengan pasar modal. Pelaku pasar berasal berbagai pihak di seluruh dunia, termasuk bank, perusahaan, individu, pemerintah, bank sentral, reksa dana, dan dana pensiun. Bank for International Settlements melaporkan transaksi di pasar valuta asing rata-rata mencapai USD6,6 triliun per hari pada April 2019.
Faktor yang mempengaruhi nilai tukar mata uang
Sistem nilai tukar. Jika pemerintah mengadopsi sistem nilai tukar tetap, maka nilai tukar tidak bergerak untuk menyesuaikan permintaan dan penawaran di pasar valas. Sebaliknya, di bawah sistem mengambang bebas, nilai tukar berfluktuasi mengikuti kondisi permintaan dan penawaran.
Neraca perdagangan. Ekspor mendorong apresiasi mata uang domestik karena meningkatkan permintaannya. Jadi, daya belinya menguat relatif terhadap mata uang negara mitra.
Sebaliknya, impor mengakibatkan depresiasi mata uang domestik karena meningkatkan permintaan dan daya beli mata uang negara mitra.
Secara keseluruhan, surplus perdagangan mengarah pada apresiasi mata uang domestik karena ekspor melebihi impor. Sedangkan, defisit perdagangan menghasilkan depresiasi karena impor lebih tinggi daripada ekspor, ceteris paribus.
Spread suku bunga. Jika suku bunga domestik lebih tinggi daripada suku bunga internasional, itu menarik aliran masuk modal asing dan meningkatkan permintaan mata uang domestik, mengarah ke apresiasi. Begitu juga, spread suku bunga yang lebih sempit akibat kenaikan suku bunga domestik (sementara suku bunga internasional konstan) juga membuat pengembalian modal pinjaman di pasar domestik lebih menarik, mendorong aliran masuk.
Tingkat inflasi. Inflasi merepresentasikan kenaikan harga barang dan jasa secara umum, termasuk produk ekspor. Inflasi tinggi membuat produk domestik lebih mahal dan kurang kompetitif di pasar internasional, mengurangi permintaan oleh pembeli di luar negeri. Sebagai hasilnya, ekspor menurun dan mengakibatkan mata uang domestik terdepresiasi terhadap mata uang negara mitra, ceteris paribus.
Kebijakan ekonomi. Misalnya, kebijakan moneter ekspansioner meningkatkan jumlah mata uang yang beredar di dalam perekonomian domestik. Itu mengarah pada inflasi dan penurunan daya beli mata uang domestik.
Aktivitas spekulasi. Spekulan dapat mempengaruhi nilai tukar dengan membeli atau menjual mata uang tertentu, menyebabkan perubahan permintaan dan penawaran di pasar. Mereka biasanya mengambil keuntungan jangka pendek dengan mentransaksikan beberapa mata uang yang undervalued atau overvalued.