Contents
Restocking berarti pengisian kembali dengan inventaris baru. Kegiatan ini biasanya terjadi ketika permintaan tinggi, sehingga bisnis perlu mengisi kembali barang yang dijual. Juga dikenal sebagai pembangunan kembali persediaan (inventory rebuilding).
Bagaimana restocking bekerja selama siklus bisnis
Restocking berkorelasi dengan pertumbuhan ekonomi. Ketika ekonomi menunjukkan tanda-tanda pemulihan, konsumen mulai membeli barang tahan lama, barang-barang yang mereka tunda untuk beli selama resesi sebelumnya.
Produsen pada awalnya akan berhati-hati dan mencoba menggunakan sumber daya yang ada untuk memenuhi permintaan. Dengan demikian, mereka tidak akan menambah persediaan sampai permintaan pasar menguat.
Ketika permintaan menjadi sedikit lebih kuat, produsen menghadapi penjualan yang lebih tinggi, dan itu menyebabkan persediaan menyusut. Bisnis menyadari bahwa persediaan yang lebih rendah mendesak mereka untuk meningkatkan persediaan. Untuk alasan ini, perusahaan akan fokus membangun kembali stok input dan produk setengah jadi. Dengan melakukan itu, mereka dapat mengantisipasi kemungkinan ledakan permintaan.
Karena ekspansi ekonomi menunjukkan pertumbuhan yang lebih kuat, produsen memperluas produksi mereka. Selama periode ini, permintaan barang meningkat pesat. Mereka mulai merekrut pekerja baru dan berinvestasi dalam modal tetap untuk meningkatkan produksi. Mereka juga menggunakan pasokan input lebih intensif. Pada saat yang sama, mereka juga mengisi kembali barang jadi untuk mengantisipasi permintaan yang lebih kuat.
Sebagai kebalikan dari destocking
Pada awal kontraksi ekonomi, permintaan konsumen tampaknya akan turun. Selama periode ini, suku bunga biasanya tinggi, yang mendorong konsumen untuk menunda pembelian barang dan jasa, terutama untuk barang tahan lama.
Sebagai antisipasi, produsen akan mencoba menjual barang jadi dalam persediaan mereka. Proses ini disebut destocking.
Permintaan yang lebih lemah mendesak produsen untuk memberikan insentif bagi konsumen, sehingga mereka mau membeli. Sebagai alternatif, mereka mungkin menawarkan diskon.
Selama ekonomi lemah, tidak hanya barang jadi, produsen kurang memanfaatkan kapasitas produktifnya. Oleh karena itu, mereka akan meminimalkan persediaan input dan produk setengah jadi. Secara keseluruhan, mereka merasionalisasi rasio persediaan-penjualan (inventory-sales ratio) ke tingkat yang lebih rendah ketika mereka memangkas produksi.