Contents
Apa itu: Sharing economy merujuk pada model ekonomi di mana orang berbagi barang dan jasa yang difasilitasi oleh saluran digital dan internet, baik secara gratis atau dengan membayar fee. Perkembangan internet dan big data memungkinkan anda untuk memanfaatkan aset anda dengan cara yang lebih produktif. Melalui internet, anda dapat menemukan orang yang sedang membutuhkan aset tersebut dan berbagi penggunaan. Dengan begitu, ada dapat menghasilkan uang extra.
Meski relatif baru, sharing economy menjadi bagian penting dalam kehidupan kita ke depan. Dalam laporannya, “Sharing or paring? Growth of the sharing economy” PriceWaterhouseCoopers memperkirakan pendapatan perusahaan di bisnis ini mencapai USD335 miliar pada tahun 2025, tumbuh 22 kali lipat dibandingkan dengan angkanya di tahun 2013 (USD15 miliar). Itu hanya memperhitungkan lima platform: c2c lending and community financing, online distance work, c2c home sharing, car sharing, online music and video streaming. Sehingga, semakin bervariasi model bisnis (platform) semakin besar perputaran uang ke depan.
Bagaimana cara kerja sharing economy
Sharing economy semakin berkembang seiring aktivitas yang semakin online. Perkembangan teknologi, big data dan kapasitas storage, dan program komputasi yang semakin canggih memunculkan berbagai model bisnis baru. Anda dapat menyewa barang atau jasa orang lain, mulai dari uang, ruang kerja hingga pakaian.
Berbagai contoh platform sharing economy, termasuk:
Peer-to-peer lending. Platform ini memungkinkan anda untuk meminjam dan meminjamkan uang tanpa melalui bank tradisional. Platform bertindak sebagai perantara antara peminjam dan pemberi pinjaman. Bunga tergantung pada riwayat kredit peminjam, biasanya tanpa melibatkan agunan. Beberapa platform menyediakan pinjaman harian, yang mana tidak banyak tersedia di bank tradisional.
Crowdfunding. Model bisnis ini menghubungkan orang-orang yang membutuhkan uang dengan mereka yang mau menyediakannya. Berbeda dengan peer-to-peer lending, dana biasanya adalah untuk mendanai sebuah proyek atau startups. Wirausahawan dapat menjual produk atau menawarkan porsi kepemilikan saham sebagai pengembalian.
Freelancing platform. Ini adalah model online pasar tenaga kerja. Di platform ini, beberapa orang menawarkan pekerjaan freelance dan beberapa pihak lainnya mencarinya. Jenis pekerjaan beragam, mulai dari menulis artikel, membuat model keuangan, entry data, hingga pemrograman.
Coworking. Di sini, penyedia jasa menyediakan berbagi ruang kerja. Peminatnya dapat berasal dari freelancer, mereka yang sehari-hari bekerja di rumah hingga pengusaha. Anda berbagi biaya sewa kantor, utilitas, penyimpanan, dan perlengkapan kantor dengan profesional lainnya sehingga menghemat uang anda.
Fashion sharing. Di sini, anda dapat menjual atau menyewakan pakaian yang anda miliki ke mereka yang sedang membutuhkan.
Apartment renting and couchsurfing. Platform seperti Airbnb menghubungkan mereka yang memerlukan tempat tinggal sementara ketika mereka bepergian.
Perbedaan antara sharing economy dengan gig economy
Kedua istilah ini semakin populer dalam berapa tahun terakhir terutama dengan munculnya sejumlah startup yang menawarkan model bisnis baru. Istilah “Gig Economy” merujuk pada perubahan kondisi lapangan pekerjaan, di mana pekerjaan paruh waktu atau pekerjaan berbasis proyek menjadi fenomena yang umum dan berkembang pesat.
Dalam pekerjaan konvensional, perusahaan merekrut tenaga kerja penuh waktu. Anda harus berada di kantor untuk menyelesaikan tugas. Sebaliknya, di bawah gig economy, anda dapat bekerja di mana saja, di rumah, kafe atau perpustakaan.
Sementara itu, sharing economy merujuk pada pemanfaatan bersama barang atau jasa. Beberapa model bisnis dalam sharing economy memunculkan gig economy karena perusahaan tidak merekrut pekerja penuh waktu. Misalnya, dalam platform freelancing, pengguna jasa menawarkan beberapa projek kepada individu tertentu. Setelah proyek dan pembayaran selesai, kontrak antara pekerja dan pengguna jasa berakhir.
Pro dan kontra sharing economy
Keuntungan sharing economy
Memonetisasi aset yang kurang termanfaatkan. Anda dapat berbagi penggunaan beberapa item dengan orang lain, meningkatkan pemanfaatan item tersebut. Misalnya, anda memiliki beberapa uang untuk membayar tagihan di bulan depan. Selama kurang dari sebulan tersebut, anda dapat meminjamkan ke orang lain untuk beberapa hari melalui platform peers-to-peers lending. Dengan begitu, anda mendapatkan pendapatan bunga. Bank seringkali tidak menawarkan simpanan atau pinjaman harian.
Menghemat uang dan sumber daya. Anda tidak perlu memiliki beberapa item yang anda butuhkan sementara. Anda dapat menyewa mobil atau pakaiannya, alih-alih membelinya. Singkat cerita, platform memberi orang akses ke barang-barang yang tidak mampu atau tidak tertarik mereka beli dan gunakan dalam jangka panjang.
Lebih fleksibel. Sekarang, untuk mendapatkan uang tambahan, anda tidak harus bekerja di kantor setiap hari kerja. Anda dapat mengambil beberapa pekerjaan di situs online dan mengerjakannya di mana saja asalkan terhubung dengan internet. Untuk berinteraksi dengan kolega, anda juga tidak harus bertatap muka secara langsung. Anda dapat menggunakan beberapa aplikasi online.
Alokasi sumber daya lebih efisien. Pasokan dan permintaan untuk platform, seperti freelancing, berasal dari berbagai lokasi lintas negara. Karena itu, pasar menjadi lebih kompetitif.
Harga lebih masuk akal. Anda memiliki lebih banyak kesempatan untuk membandingkan harga atau biaya dari barang atau jasa yang anda butuhkan. Selain itu, banyak platform memiliki peringkat dan ulasan bawaan, membantu anda untuk mendapatkan harga dan kualitas terbaik.
Mengurangi dampak lingkungan. Sharing economy meningkatkan pemanfaatan barang. Itu mengurangi jumlah barang yang harus diproduksi, mengurangi polusi industri.
Kerugian sharing economy
Meski meningkatkan pemanfaatan aset dan menghasilkan uang ekstra, tapi perkembangan sejumlah model bisnis juga memunculkan sejumlah kritik. Berikut ini adalah berbagai masalah sharing economy:
Ketidakpastian regulasi. Regulator biasanya tidak dapat mengimbangi kecepatan perkembangan model bisnis. Mereka akhirnya terlambat meluncurkan regulasi terkait, misalnya terkait perlindungan konsumen. Akhirnya, regulasi ketinggalan jaman, membuat beberapa model bisnis lolos dari pengawasan. Itu terutama untuk platform lintas negara, yang mana di luar yurisdiksi negara pengguna.
Pajak tidak jelas. Platform dapat beroperasi di luar negara tuan rumah. Itu menyulitkan otoritas perpajakan di negara pengguna untuk menetapkan wajib pajak dan memungut pajak.
Kehilangan tunjangan dan manfaat lainnya. Ketika anda menjadi freelancer, anda tidak mendapatkan beberapa manfaat seperti asuransi dan bonus yang biasanya tersedia bagi pekerja tetap. Selain itu, pendapatan anda tidak pasti, tergantung seberapa sukses anda mendapatkan proyek.
Keamanan lebih rendah. Penipuan dan ketidakamanan privasi dan data pribadi menjadi lebih marak. Tidak ada jaminan pengguna atau penyedia bertindak seperti ekspektasi anda. Platform bekerja berdasarkan prinsip kepercayaan antara pengguna dan penyedia. Oleh karena itu, lebih banyak orang akan memanfaatkan itu untuk menipu dan berbuat jahat. Kurangnya regulasi juga memperbesar peluangnya.