Elemen siklus ekonomi terdiri dari fase ekspansi, puncak, kontraksi dan palung. Fase ekspansi dianggap menguntungkan karena kinerja pertumbuhan ekonomi positif dan tingkat pengangguran mulai menurun. Namun, mendekati puncak, tekanan inflasi mulai menguat dan jika tidak diatasi, dapat mengakibatkan perekonomian terlalu panas.
Kontraksi adalah periode di mana pertumbuhan ekonomi menurun. Jika kontraksi berlangsung tiga periode berturut-turut, ini dinamakan dengan resesi. Tingkat pengangguran mulai meningkat dan pendapatan masyarakat jatuh pada fase ini. Jika dibarengi dengan deflasi, ini dapat membuat keadaan lebih buruk lagi, terutama ketika tingkat utang terlalu besar.
Intervensi pemerintah dalam menangani siklus ekonomi
Untuk mengurangi dampak buruk dari fluktuasi ekonomi, pemerintah dan Bank Indonesia menggunakan berbagai cara untuk mencoba mengelola arah dan dampak siklus ekonomi. Bagi pemerintah, intervensi dapat dilakukan melalui kebijakan fiskal.
Untuk mengakhiri resesi, pemerintah dapat menggunakan kebijakan fiskal ekspansif. Kebijakan ini melibatkan peningkatan pengeluaran pemerintah, penurunan pajak, atau kombinasi keduanya. Kedua instrumen tersebut dapat meningkatkan permintaan agregat dan menstimulus aktivitas perekonomian.
Sebaliknya, pemerintah menggunakan kebijakan fiskal kontraktif untuk menghentikan ekonomi dari overheating selama periode akhir dari ekspansi ekonomi. Caranya, pemerintah dapat menaikkan pajak dan mengurangi pengeluaran pemerintah. Ini memiliki efek berkebalikan dengan kebijakan ekspansif, yakni mendorong penurunan permintaan agregat. Ada beberapa instrumen yang menjadi pilihan bank Indonesia, yakni melalui suku bunga kebijakan, operasi pasar terbuka, atau cadangan wajib.
Ketika siklus mencapai fase kontraksi, bank sentral menerapkan kebijakan moneter ekspansif untuk meningkatkan pengeluaran rumah tangga dan investasi bisnis. Bank sentral dapat melakukannya dengan menurunkan suku bunga acuan, membeli surat berharga pemerintah, atau menurunkan cadangan wajib. Semuanya itu akan meningkatkan jumlah uang beredar dan likuiditas dalam perekonomian.
Sebaliknya, ketika ekonomi terlalu panas, bank sentral akan menerapkan kebijakan moneter kontraktif. Ini, misalnya, dapat dilakukan dengan menaikkan suku bunga acuan. Kenaikan suku bunga membuat biaya pinjaman menjadi lebih mahal sehingga memperlambat aliran kredit ke ekonomi untuk mengurangi tekanan inflasi.