Contents
Biaya modal rata-rata tertimbang (weighted average cost of capital atau WACC) adalah tingkat pengembalian, rata-rata, yang harus perusahaan sediakan kepada pemasok modal agar mau mengkontribusikan uangnya ke perusahaan. Modal terdiri dari ekuitas dan utang, masing-masing memiliki biaya. Dan, karena perusahaan tidak menggunakannya dengan proporsi yang setara (50:50), maka mereka harus membobotinya berdasarkan tingkat kepentingannya (kontribusinya) terhadap struktur modal perusahaaan.
Bagi investor, WACC mewakili pengembalian dari investasi. Tetapi, bagi perusahaan, itu adalah biaya. Itu mirip dengan ketika anda meminjam uang di bank. Bagi bank, bunga mewakili pengembalian yang mereka terima. Sedangkan, bagi anda, bunga adalah biaya yang harus anda bayar.
WACC menjadi standar perusahaan ketika membuat keputusan investasi dalam proyek baru atau menumbuhkan bisnis. Mereka harus menghasilkan pengembalian yang lebih tinggi dari WACC untuk untuk memuaskan pemiliknya, kreditur, serta penyedia modal lainnya.
Apa itu struktur modal?
Struktur modal perusahaan mewakili komposisi utang dan ekuitas yang digunakan perusahaan untuk membiayai bisnisnya. Untuk angka buku, Anda bisa melihatnya di neraca di laporan keuangan.
Struktur modal bervariasi antara perusahaan dan karenanya, menyiratkan biaya yang berbeda di antara mereka. Idealnya, perusahaan harus mencapai struktur modal yang optimal sehingga meminimalkan biaya modal rata-rata tertimbang. Biaya modal yang rendah pada akhirnya dapat memaksimalkan nilai perusahaan.
Apa saja komponen struktur modal?
Secara garis besar, struktur modal perusahaan terdiri dari dua:
- Modal utang
- Modal ekuitas
Modal utang timbul karena perusahaan meminjam uang dari pihak lain dengan syarat bahwa itu akan dibayar kembali dengan bunga. Perusahaan biasanya menggunakannya sebagai modal ekspansi dan akan dilunasi di masa depan. Contohnya adalah pinjaman bank dan obligasi. Perhitungan biaya modal utang relatif mudah dibandingkan dengan ekuitas.
Dalam modal ekuitas, pemasok menyumbangkan modal mereka dan kompensasinya adalah kepemilikan perusahaan. Ini terdiri dari dua, saham preferen dan saham biasa.
Perusahaan tidak memiliki kewajiban untuk membayar pemasok modal ekuitas seperti pada modal utang. Namun, mereka sangat perhatian operasi dan pertumbuhan perusahaan. Jika pemasok modal utang mendapat bunga sebagai imbalan, maka mereka berpotensi mendapatkan dividen dan capital gain.
Suatu perusahaan dapat memiliki struktur modal sederhana atau struktur modal yang kompleks. Struktur modal sederhana berarti bahwa itu hanya terdiri dari instrumen ekuitas dan utang, tanpa item konversi. Sebaliknya, struktur modal yang kompleks mengandung instrumen keuangan seperti saham preferen konversi dan obligasi konversi.
Mengapa menggunakan weighted average cost of capital
Seperti yang saya sebutkan, komposisi hutang dan ekuitas seringkali tidak sama. Beberapa perusahaan mungkin memiliki hutang lebih dari ekuitas. Sebaliknya, perusahaan lain memiliki lebih banyak ekuitas daripada utang.
Akibatnya, biaya setiap modal akan bervariasi tergantung pada persentase kontribusinya terhadap struktur modal. Untuk alasan ini, kita harus memboboti masing-masing komponen modal. Dengan begitu, kita akan tahu berapa mahal bagi perusahaan untuk mengumpulkan dana yang dibutuhkan.
Biasanya, struktur modal akan tergantung pada industri dimana perusahaan beroperasi. Industri yang berbeda mengalami lingkungan bisnis yang berbeda. Misalnya, ketika industri masuk dalam tahap pertumbuhan, kebutuhan untuk investasi baru dan peningkatan modal utang bisa lebih besar daripada di industri yang telah matang.
Bagaimana menghitung weighted average cost of capital?
Anda perlu menambahkan biaya masing-masing komponen modal, sesuai dengan porsinya terhadap total modal. Rumus weighted average cost of capital (WACC) adalah sebagai berikut.
WACC = (1- t) x rd x [D/(D+E)] + re x [E/(D+E)]
Di mana
- D = Nilai pasar hutang perusahaan
- E = Nilai pasar ekuitas perusahaan
- rd = Biaya dari utang
- re = Biaya ekuitas
- t = Tarif pajak marginal
Misalnya, sebuah perusahaan memiliki struktur modal 60% utang, dan 40 % ekuitas. Biaya hutang sebelum pajak oleh perusahaan adalah 8% dan biaya ekuitas adalah 9%. Tarif pajak marginal perusahaan adalah 20%. Maka, WACC = (60%) (8%) (1 – 20%) + (40%) (9%) = 7,4%.
Sebagai catatan, bobot yang anda gunakan dalam menghitung WACC adalah berdasarkan pada target struktur modal. Itu adalah struktur modal yang ingin dipertahankan perusahaan dari waktu ke waktu.
Tapi, jika informasi tentang struktur modal target tidak mudah tersedia, anda dapat menggunakan bobot dalam struktur modal perusahaan saat ini. Bobot berbagai komponen harus didasarkan pada nilai pasar.
Panduan atau pernyataan manajemen mengenai kebijakan struktur modal perusahaan juga dapat anda gunakan untuk memperkirakan target struktur modal. Terakhir, anda juga dapat menentukan bobot rata-rata dari struktur modal perusahaan pembanding sebagai struktur modal target untuk perusahaan.
Bagaimana cara menghitung biaya utang?
Biaya utang seringkali menguntungkan perusahaan karena menerima manfaat pajak. Sebagaimana dalam persamaan WACC, biaya utang yang anda gunakan adalah tingkat bunga setelah pajak pajak [(1- t) * rd].
Menghitung biaya utang relatif mudah. Beberapa perusahaan biasanya memiliki utang dan menyajikan detail pokok pinjaman dan tingkat bunga di bagian catatan atas laporan keuangan. Anda dapat menggunakan tingkat bunga tersebut sebagai representasi biaya utang perusahaan. Jika tidak ada, anda perlu memperkirakannya, sesuai dengan tingkat bunga pasar untuk utang dengan pokok dan jatuh tempo yang sama.
Alternatifnya, jika tingkat bunga pasar tidak tersedia, anda juga dapat menggunakan dua pendekatan lainnya:
- Pendekatan yield to maturity (YTM)
- Pendapatan peringkat utang
Di bawah pendekatan YTM, biaya utang sebelum pajak sama dengan yield to maturity, yakni pengembalian tahunan obligasi yang dibeli pada harga pasar saat ini dan ditahan hingga jatuh tempo. Ingat, anda perlu menguranginya dengan tingkat pajak. Misalnya, YTM untuk obligasi perusahaan dengan tenor 10 tahun adalah sebesar 9.36% dan tarif pajak perusahaan adalah 20%, maka biaya utang sama dengan 5,89% [(1-20%) x 9,36%].
Berikutnya, di bawah pendekatan peringkat-utang, anda mengestimasi biaya utang sebelum pajak dengan menggunakan imbal hasil obligasi dengan peringkat yang sama dan juga memiliki jangka waktu yang sama dengan jatuh tempo utang perusahaan.
Misalnya, perusahaan memiliki peringkat A dan rata-rata utang perusahaan adalah 5 tahun. Di pasar, imbal hasil obligasi berperingkat A dengan tenor 5 tahun adalah sebesar 5.78%. Maka anda dapat menggunakan persentase tersebut sebagai biaya modal sebelum pajak. Karena itu, dalam perhitungan WACC, biaya utang perusahaan adalah 4,62% [(1-20%) x 5,78%].
Bagaimana cara menghitung biaya ekuitas?
Perusahaan harus mengestimasi berapa tingkat pengembalian yang investor saham (pemegang saham) inginkan. Jika perusahaan gagal memenuhinya, pemegang saham akan menjual saham merek, yang mana mengakibatkan penurunan harga saham dan nilai perusahaan.
Kalkulasi biaya ekuitas sedikit rumit dan cukup banyak mengandung subjektivitas. Itu karena modal saham secara teknis tidak memiliki nilai eksplisit sebagaimana tingkat bunga dalam modal utang.
Untuk perhitungan, Anda dapat menggunakan salah satu dari tiga pendekatan berikut:
- Pendekatan Capital Asset Pricing Model (CAPM)
- Pendekatan dividend discount model
- Pendekatan bond yield plus risk‐premium
Baiklah, disini, saya hanya akan membahas CAPM, metode yang banyak digunakan untuk menghitung biaya ekuitas. Untuk dua lainnya, anda dapat mengikutinya di laman corporatefinanceinstitute.com.
CAPM menyatakan bahwa biaya ekuitas sama dengan tingkat bunga bebas risiko (risk-free rate) plus premi untuk menanggung risiko jika berinvestasi dalam sebuah saham. Rumus CAPM adalah sebagai berikut.
re = RF + βi [[E (RM) – RF]]
Di mana:
- re = Pengembalian yang diharapkan dari saham perusahaan (biaya ekuitas)
- RF = Risk-free rate
- βi = Beta saham perusahaan, yang mana mengukur sensitivitas pengembalian saham terhadap perubahan dalam pengembalian pasar.
- E (RM) = Ekspektasi pengembalian pasar
- [E (RM) – RF] = Premium risiko ekuitas
Mari ambil contoh sederhana. Untuk risk free rate, anda dapat menggunakan yield obligasi pemerintah tenor 10 tahun, misalnya, adalah sebesar 5.06%. Saham perusahaan memiliki beta saham sekitar 0.37. Sementara itu, untuk ekspektasi return pasar, anda dapat menggunakan return historis, misalnya nilai rata-ratanya adalah sebesar 10% dalam 20 tahun terakhir.
Dalam contoh ini, kita dapat menghitung biaya ekuitas sebagai berikut:
CAPM = 5,06% + [0,37 x (10% – 5,06%)] = 6,89%
Untuk apa weighted average cost of capital?
Bagi perusahaan, menghitung biaya modal rata-rata tertimbang adalah salah satu langkah untuk menghitung struktur modal yang optimal. Itu juga berguna untuk mengukur biaya pendanaan proyek-proyek masa depan. Tentu saja, perusahaan akan menggunakan biaya modal yang lebih murah untuk mendanai proyek baru.
Biaya modal cenderung menurun ketika perusahaan menggunakan utang yang lebih tinggi sebagai sumber pendanaan. Untuk mendapatkan biaya modal yang lebih rendah, perusahaan dapat menerbitkan obligasi daripada saham karena bisa mendapatkan manfaat pengurangan pajak.
Tetapi, meningkatkan utang berdampak pada peningkatan beban bunga. Tingkat leverage yang lebih tinggi meningkatkan risiko kebangkrutan, dan pemasok dana tidak menyukainya. Oleh karena itu, perusahaan perlu menghitung porsi utang yang mengoptimalkan struktur modal mereka.
Ada banyak aplikasi dari WACC. Manajemen menggunakannya sebagai tingkat diskonto untuk membuat keputusan strategis seperti merger atau mengembangkan proyek ekspansi.
Analis sekuritas menggunakannya untuk menilai harga wajar saham perusahaan saat ini, apakah overvalued atau undervalued. Misalnya, mereka menggunakan WACC dalam valuasi menggunakan model discounted cash flow (WACC). WACC adalah tingkat diskonto untuk arus kas masa depan, yang mana berguna untuk menentukan nilai perusahaan saat ini.
Bagaimana menggunakan weighted average cost of capital (WACC) untuk sebuah proyek?
Tingkat pengembalian internal (internal rate of return atau IRR) salah satu cara untuk mengevaluasi daya tarik sebuah proyek atau investasi. Dan, dalam hal ini, anda dapat menggunakan WACC bersama dengan IRR. WACC merupakan bertindak sebagai tingkat pengembalian yang disyaratkan (required rate of return).
Proyek akan menambah nilai bagi perusahaan jika nilai IRR proyek melebihi WACC. Misalnya, jika WACC perusahaan adalah 12%, proyek yang diusulkan harus memiliki IRR 12% atau lebih tinggi. Nilai yang lebih tinggi berarti proyek menghasilkan pengembalian yang lebih tinggi daripada biaya modal untuk mendanainya. Sebaliknya, jika nilainya di bawah WACC, proyek harus ditolak.
Demikian juga, jika anda menggunakan NPV untuk mengevaluasi proyek, WACC adalah tingkat diskonto yang mencerminkan risiko rata-rata perusahaan.
Tapi, anda perlu ingat. Jika menggunakan WACC sebagai tingkat diskonto, itu berarti anda mengasumsikan proyek akan memiliki struktur modal yang konstan dan yang sama dengan target struktur modal perusahaan. Anda mengasumsikan profil risiko proyek relatif sama dengan perusahaan. Jika proyek memiliki risiko yang lebih tinggi daripada perusahaan, maka anda perlu menambahkan premi risiko ke WACC untuk mendapatkan tingkat diskonto. Sebaliknya, proyek memiliki risiko lebih kecil, anda perlu menyesuaikan WACC ke bawah.
Apa saja kelebihan dan kekurangan WACC?
Menggunakan WACC memberikan wawasan tentang biaya modal aktual yang lebih masuk akal, yaitu menimbang setiap komponen berdasarkan tingkat kepentingan (proporsi) dalam struktur modal perusahaan. Anda dapat menggunakannya bersama dengan metrik lain saat menentukan apakah akan berinvestasi di perusahaan atau tidak.
Meski relatif mudah dihitung, tetapi hasilnya seringkali beragam. Beberapa formula, seperti biaya ekuitas, lebih fleksibel. Nilai pasar dari ekuitas perusahaan adalah dinamis dan selalu bergerak seiring dengan pergerakan harga saham perusahaan. Akibatnya, itu menghasilkan estimasi biaya modal ekuitas yang tidak akurat.
Angka beta tergantung pada data yang Anda gunakan, apakah mingguan, bulanan dan berapa tahun, apakah dua tahun, tiga tahun atau lima tahun. Masing-masing akan menghasilkan angka beta yang berbeda.
Ekspektasi pengembalian pasar sering menggunakan rata-rata pengembalian historis. Pertanyaanya, apakah itu masuk akal? Apakah kinerja masa depan akan sama dengan kinerja historis?