Contents
Apa itu: Ekonomi perilaku (behavioral economics) adalah cabang studi ilmu ekonomi tentang bagaimana efek faktor psikologis mempengaruhi dan menjelaskan pengambilan keputusan ekonomi. Itu mempelajari efek kognitif, emosional, budaya dan sosial terhadap keputusan yang dibuat oleh aktor ekonomi.
Ekonomi perilaku muncul pada abad ke-20 seiring dengan kemajuan dari bidang psikologi dan neuroscience. Melalui bukunya The Economic Approach to Human Behavior tahun 1976 , ekonom Gary S. Becker menguraikan tentang teori pilihan rasional. Teori tersebut memberitahu anda, aktor ekonomi memiliki preferensi yang stabil dan berusaha untuk memaksimalkan perilaku. Dia menggunakan pendekatan ekonomi untuk memahami semua perilaku manusia termasuk terkait interaksi sosial, kejahatan dan hukuman dan perilaku irasional. Beberapa kontributor terkemuka dalam studi ekonomi perilaku adalah Herbert Simon, Daniel Kahneman, George Akerlof, Robert J. Shiller, dan Richard Thaler.
Pentingnya ekonomi perilaku
Ekonomi perilaku adalah teori ekonomi yang relatif modern. Itu penting untuk memahami perilaku ekonomi dan memahami alasan mengapa aktor ekonomi melakukan tindakan tertentu. Kemudian, ekonom perilaku menggunakan faktor sosial, moral, dan psikologis untuk mempelajarinya.
Dalam buku teks pada umumnya, aktor ekonomi diasumsikan rasional. Individu berusaha memaksimalkan kepuasan ketika mengkonsumsi barang dan jasa. Dan, bisnis memaksimalkan keuntungan dalam menyediakan barang dan jasa.
Secara khusus, ekonomi perilaku mempertanyakan asumsi tersebut. Benarkah individu adalah pembuat keputusan yang rasional? apakah itu berlaku untuk setiap situasi? Bagaimanapun, orang mungkin tidak berperilaku seperti yang diminta oleh buku teks ekonomi tradisional.
Wawasan tentang teori ekonomi perilaku adalah penting. Salah satunya dalam pengambilan kebijakan. Itu dapat membantu pemerintah dan lembaga lainnya menyusun kebijakan ekonomi yang lebih efektif. Mereka berusaha untuk memahami alasan mengapa aktor ekonomi melakukan tindakan tertentu. Sehingga, mereka dapat menemukan cara-cara yang lebih efektif di mana pilihan individu dibingkai serta diarahkan ke arah tindakan yang lebih diinginkan.
Konsep ekonomi perilaku
Seperti yang telah saya sebutkan sebelumnya, ekonomi perilaku menjelaskan motif pengambilan keputusan ekonomi, khususnya terkait dengan psikologi manusia. Dalam ilmu ekonomi, individu akan berusaha memaksimalkan kepuasan mereka ketika dihadapkan pada sejumlah pilihan. Pilihan tersebut muncul karena mereka dihadapkan pada sumber daya yang terbatas, sedangkan keinginan dan kebutuhan mereka tidak terbatas. Ekonomi tradisional mengasumsikan manusia adalah manusia ekonomi dan membuat keputusan rasional.
Namun, apakah manusia selalu rasional untuk setiap situasi? Misalnya, mengapa beberapa orang secara sadar mengemudi melewati batas kecepatan? Mengapa orang banyak mengkonsumsi junk foods, jika itu berbahaya bagi kesehatan mereka? Pertanyaan-pertanyaan seperti itulah kemudian mempertanyakan asumsi bahwa manusia adalah homo economicus.
Ekonomi perilaku menegaskan bahwa aktor ekonomi tidak selalu rasional dalam setiap keputusan sebagaimana asumsi dalam ekonomi tradisional. Beberapa dari mereka mungkin membuat pilihan yang tidak rasional. Ekonom kemudian menambahkan elemen psikologi ke model tradisional dalam upaya untuk lebih memahami motif pengambilan keputusan dan perilaku mereka.
Beberapa topik ekonomi perilaku adalah:
- Rasionalitas yang terbatas atau rasionalitas terikat (bounded rationality)
- Bias (biases)
- Pengendalian diri yang terbatas (limited self-control)
- Preferensi sosial (social preferences)
- Heuristik salah (faulty heuristics)
- Kelelahan mental (mental fatigue)
- Penghindaran kerugian (loss aversion)
- Pembingkaian situasional (situational framing)
Tidak seperti ekonomi tradisional, ekonom perilaku jarang mengandalkan model matematika untuk memprediksi hasil. Manusia selalu berkembang dan berubah ketika menghadapi situasi yang berbeda. Sehingga, hasil keputusan sulit untuk dapat diprediksi. Alih-alih, mereka hanya mempelajari perilaku aktor ekonomi di masa lalu. Mereka kemudian melakukan beberapa eksperimen untuk memeriksa bagaimana aktor ekonomi mungkin berperilaku dalam situasi yang mereka kembangkan.
Banyak pendekatan ekonomi modern menggunakan konsep ekonomi perilaku. Salah satu contoh aplikasinya adalah dalam ekonomi etis. Dalam hal ini, aktor ekonomi mempertimbangkan dampak sosial dan lingkungan terhadap keputusan mereka alih-alih hanya pada faktor keuntungan.
Rasional terbatas
Aktor ekonomi bertindak dan membuat keputusan rasional. Mereka secara efektif menimbang biaya dan manfaat dari setiap pilihan yang tersedia bagi mereka. Keputusan akhir adalah pilihan terbaik bagi mereka.
Namun, rasionalitas aktor ekonomi adalah terbatas. Itu tergantung situasi dan kapan mereka mengambil keputusan atau pilihan. Misalnya, anda mungkin mempertimbangkan segala hal, yang menurut anda paling sesuai dengan situasi yang anda hadapi. Namun, pertimbangan anda mungkin adalah sebagian kecil dari kemungkinan-kemungkinan. Teman atau anggota keluarga anda mungkin memiliki rasionalitas yang berbeda.
Singkat cerita, anda mungkin adalah rasional. Tapi, rasionalitas anda terbatas karena anda tidak memiliki semua informasi yang diperlukan untuk memecahkan masalah. Herbert Simon memperkenalkan konsep rasionalitas terbatas ini untuk menggantikan asumsi rasionalitas sempurna sebagaimana dalam ilmu ekonomi neoklasik.
Pengendalian diri yang terbatas (limited self-control)
Rasionalitas sempurna mengasumsikan individu memiliki kendali diri dan tidak tergerak oleh emosi dan faktor eksternal. Sayangnya, asumsi tersebut tidak berlaku untuk semua situasi karena pengendalian diri yang terbatas.
Individu seringkali tidak mampu membuat keputusan yang baik karena cenderung emosional. Perhatian mereka mudah teralihkan oleh faktor eksternal.
Misalnya, anda mengalami masalah berat badan karena sering mengkonsumsi makanan cepat saji. Anda kemudian memutuskan untuk menurunkan berat badan dan hanya mengkonsumsi produk makanan rendah kalori dan makanan sehat. Dalam beberapa hari, anda berhasil untuk berhenti dari membeli makanan cepat saji.
Tapi, kemudian, Anda melihat iklan di televisi tentang diskon besar makanan cepat saji yang anda sukai. Anda tergoda dan mengabaikan komitmen anda. Setelah memakannya, anda mungkin menyesal dan tidak akan mengulanginya lagi.
Sekali lagi, di lain waktu, teman anda memberi anda banyak voucher makanan cepat saji, bonus dari perusahaannya. Anda merasa itu menarik dan sayang jika dilewatkan. Sekali lagi komitmen anda goyah dan akhirnya memutuskan untuk membelinya.
Karena kurangnya kontrol diri, anda akhirnya membeli makanan cepat saji, tidak hanya sekali, tetapi beberapa kali. Dengan demikian, anda menjadi tidak rasional karena tergoda oleh faktor eksternal (iklan dan voucher).