Contents
Apa itu: Gig economy adalah fenomena dalam struktur ekonomi dan lapangan kerja di mana pekerjaan nonpermanen menjadi tren dan berkembang pesat. Kontrak jangka pendek, freelance dan pekerjaan paruh waktu semakin populer.
Internet dan teknologi tidak hanya memunculkan berbagai bisnis baru. Tetapi, itu juga memfasilitasi cara kita bekerja dan berkomunikasi.
Perusahaan semakin membutuhkan pekerja yang fleksibel seperti freelancer dan kontraktor independen daripada karyawan penuh waktu. Beberapa pekerjaan tidak mengharuskan karyawan untuk berada di kantor.
Mengapa disebut Gig Economy
Kata “Gig” berasal dari bahasa pergaulan yang merujuk pada pertunjukan langsung oleh musisi. Mereka menyuguhkan musik pada waktu tertentu dan tidak terikat lokasi. Mereka mengambil beberapa proyek pertunjukan dan mengatur jadwalnya.
Begitu juga pekerjaan, individu terikat waktu untuk menyelesaikan tugas. Tapi, mereka fleksibel untuk melakukannya dan tidak harus berada di kantor. Mereka dapat melakukan beberapa pekerjaan berbeda dengan bos yang berbeda.
Perkembangan pesat teknologi mempengaruhi cara kita bekerja. Sekarang, bekerja tidak harus dikantor. Perusahaan tidak lagi membutuhkan karyawan penuh waktu untuk melakukan pekerjaan tertentu.
Internet dan teknologi komunikasi memfasilitasi interaksi dengan pekerja lain dan mentransformasi cara kita bekerja. Singkat cerita, memindahkan pekerjaan dan kantor ke dalam ruang digital.
Perusahaan semakin banyak merekrut pekerja yang fleksibel. Mereka membutuhkan pekerja lepas, kontraktor independen, pekerja berbasis proyek dan pekerja sementara. Itu memberi mereka setidaknya dua keuntungan. Pertama, mereka dapat memilih individu-individu terbaik. Kedua, mereka tidak harus mengeluarkan biaya tetap seperti tunjangan asuransi.
Bagi pekerja, cara kerja yang lebih fleksibel memungkinkan mereka untuk memaksimalkan waktu dan pendapatan. Mereka lebih dapat menyeimbangkan pekerjaan dan keluarga. Selain itu, mereka dapat melakukan pekerjaan di mana saja, mengurangi tingkat stress karena lingkungan yang monoton.
Di Indonesia, salah satu contoh gig economy adalah munculnya ojek online seperti GoJek dan Grab. Kedua perusahaan tersebut merekrut driver untuk mendukung operasi perusahaan. Demikian juga, munculnya bimbingan online atau situs yang menawarkan pekerjaan berbasis online seperti freelancer.com juga merupakan contoh dari perkembangan gig economy.
Mengapa gig economy tumbuh
Tiga faktor utama yang memacu perkembangan gig economy. Mereka adalah:
- Munculnya bisnis baru, terutama yang memanfaatkan teknologi.
- Tekanan keuangan pada bisnis konvensional
- Meningkatnya kebutuhan untuk menyeimbangkan kehidupan pribadi dan pekerjaan.
Munculnya bisnis baru
Teknologi memfasilitasi bisnis baru. Mereka menciptakan beberapa pekerjaan-pekerjaan baru yang lebih fleksibel seperti software engineer, developer web, penulis lepas, content marketing.
Karena pekerjaan lebih fleksibel, individu tidak terikat dengan lokasi untuk melakukan tugas. Mereka dapat mengerjakannya di mana saja, baik di rumah, di kafe atau bahkan, di mobil.
Selain itu, orang juga dapat memilih beberapa pekerjaan paruh waktu. Mereka dapat mengambil beberapa pekerjaan dari perusahaan-perusahaan domestik ataupun perusahaan di luar negeri.
Selanjutnya, teknologi juga mentransformasi cara kerja bisnis konvensional. Misalnya, untuk mengirim pesan, anda tidak harus menggunakan kurir surat. Anda dapat melakukannya dengan perangkat lunak seperti Whatsapp atau email.
Perusahaan dapat melelang proyek tertentu di situs-situs seperti freelancer.com untuk menemukan pekerja paruh waktu yang tepat. Itu memberi mereka lebih banyak pilihan. Mereka dapat memilih individu-individu terbaik sesuai dengan anggaran yang tersedia.
Tekanan keuangan pada bisnis konvensional
Tekanan keuangan juga mendorong peningkatan permintaan terhadap tenaga kerja yang fleksibel. Bisnis menghemat sumber daya dalam hal biaya, ruang kerja, dan pelatihan. Mereka dapat mengontrak para ahli untuk proyek-proyek tertentu yang mungkin terlalu mahal jika memberdayakan staf penuh waktu.
Salah satu contoh bisnis yang mengalami tekanan seiring dengan perkembangan teknologi adalah majalah/surat kabar cetak. Banyak dari penerbit beralih ke saluran digital untuk menghasilkan pendapatan. Mereka mengakomodasi tren kebutuhan dari pembaca di mana mereka semakin online.
Transformasi bisnis semacam itu mungkin menjadi tantangan bagi beberapa penerbit. Selain masalah sumber daya, saluan online juga menghadirkan tekanan yang lebih tinggi. Tidak hanya perusahaan besar, perusahaan kecil dapat dengan mudah masuk pasar. Bahkan, individu dengan beberapa orang tim juga dapat meluncurkan jurnalisme online.
Kebutuhan untuk menjaga keseimbangan antara kehidupan pribadi dan pekerjaan
Dari perspektif pekerja, munculnya jenis pekerjaan yang fleksibel menawarkan kesempatan yang lebih besar untuk menyeimbangkan kehidupan pribadi dan pekerjaan.
Dari segi pendapatan, pekerja dapat mengambil beberapa proyek sekaligus untuk mendapatkan lebih banyak uang. Mereka juga dapat berbagi pekerjaan bersama dengan beberapa orang yang berada di lokasi yang berbeda.
Pro dan Kontra gig economy
Baiklah, pada bagian ini, saya akan meringkas beberapa keuntungan dan kelemahan dari perkembangan gig economy, baik bagi pekerja ataupun bisnis.
Keuntungan gig economy
Secara umum, manfaat gig economy bagi pekerja adalah:
- Lebih fleksibel dan lebih mobile. Pekerja memiliki lebih banyak alternatif untuk mengoptimalkan waktu dan pendapatan. Mereka juga dapat menyelesaikan tugas di mana saja dan dapat lebih menyeimbangkan antara pekerjaan dengan keluarga.
- Kebebasan untuk memilih pekerjaan. Pekerja dapat memilih jenis proyek yang akan mereka ambil. Selain itu, pilihan proyek juga lebih bervariasi karena tidak hanya berasal dari perusahan domestik, tetapi juga perusahaan di seluruh dunia.
- Lebih banyak peluang untuk mendapatkan penghasilan yang lebih tinggi. Pekerja dapat mengambil beberapa pekerjaan sekaligus. Mereka mungkin fokus pada satu proyek besar dan mengambil beberapa pekerjaan kecil untuk menambah penghasilan.
Bagi bisnis, gig economy bermanfaat karena:
- Memfasilitasi efisiensi operasi. Mempekerjakan pekerja paruh waktu menjadi alternatif yang lebih murah dan efisien. Perusahaan tidak perlu membayar biaya pelatihan atau tunjangan seperti asuransi. Itu membantu menurunkan biaya operasi.
- Lebih banyak pilihan. Mereka dapat memilih beberapa individu terbaik di bidangnya, sesuai dengan anggaran perusahaan. Pilihan lebih bervariasi karena pasokan tidak hanya berasal dari pekerja lokal tetapi dari seluruh dunia.
- Biaya tetap lebih rendah. Bisnis tidak perlu menyediakan ruang kantor, peralatan, dan fasilitas. Itu mengurangi biaya tetap, memungkinkan mereka untuk segera mencapai titik impas dan skala ekonomi.
Kerugian gig economy
Tidak selamanya, bekerja paruh waktu memberikan manfaat bagi semua orang. Ada beberapa sisi negatif dari melakukan pekerjaan semacam itu:
- Tidak memperoleh tunjangan. Pekerja tidak memperoleh manfaat seperti asuransi dan pensiun. Bisnis membayar mereka sesuai dengan kontrak. Karena itu, mereka harus selektif dalam memilih pekerjaan.
- Membayar pajak dari kantong sendiri. Jika mereka menjadi pekerja tetap, perusahaan mungkin membayar pajak penghasilan mereka. Sebaliknya, jika bekerja paruh waktu, mereka tidak mendapat manfaat semacam itu.
- Penghasilan tidak stabil. Pekerja harus mengejar proyek untuk mengamankan pendapatan. Tapi, itu adalah tugas yang sulit. Mereka harus bersaing dengan individu di seluruh dunia. Sehingga, permintaan pasar untuk pekerjaan tertentu lebih rendah daripada pasokan tenaga kerja yang tersedia. Sebagai hasilnya, mendapatkan beberapa proyek sekaligus adalah lebih sulit.
Bagi bisnis, meng-outsource pekerjaan ke tenaga kerja paruh waktu juga memunculkan sejumlah masalah, seperti:
- Pekerja kurang dapat diandalkan. Peluang untuk merekrut pekerja yang tidak tepat lebih tinggi. Tanpa proses seleksi ketat sebagaimana dalam merekrut pekerja tetap, perusahaan tidak tahu apakah mereka benar-benar handal atau hanya sekedar penampilan.
- Tidak ada efek pengalaman. Perusahaan tidak mendapat manfaat pengurangan biaya melalui spesialisasi dan efek pengalaman. Itu kontras dengan pekerja tetap. Efek pengalaman memungkinkan pekerja semakin terampil dan lebih produktif.