Contents
Indikator ekonomi memberikan gambaran kinerja perekonomian suatu negara di bidang tertentu. Indikator-indikator tersebut biasanya diterbitkan secara berkala oleh lembaga-lembaga pemerintah seperti Badan Pusat Statistik dan Bank Indonesia.
Tren dari indikator ekonomi penting bagi masyarakat, tidak hanya bagi pengambil kebijakan. Indikator-indikator yang diterbitkan seringkali memiliki efek yang besar pada pasar saham, pendapatan tetap, dan valas ketika dirilis. Secara singkat, indikator tersebut mempengaruhi keputusan ekonomi dari aktor perekonomian, baik itu rumah tangga, bisnis, pemerintah; baik di dalam negeri maupun di luar negeri. Bagi pemerintah misalnya, indikator tersebut sangat penting karena memberikan panduan dalam mengadopsi kebijakan ekonomi.
Berikut adalah lima laporan dan indikator ekonomi utama Indonesia yang digunakan untuk analisis fundamental.
#1 Produk Domestik Bruto (PDB)
Produk Domestik Bruto (PDB) menjadi indikator kesehatan kinerja ekonomi suatu negara. Ini mewakili total nilai pasar dari semua barang jadi dan jasa yang diproduksi di suatu negara pada tahun tertentu. Dari data tersebut, pemerintah dapat menghitung tingkat pertumbuhan ekonomi dan bagaimana masing-masing sektor berkontribusi terhadap pertumbuhan tersebut. Pertumbuhan PDB dan sektor ekonomi dihitung dari persentase perubahan PDB riil dari waktu ke waktu. Sementara itu, nilai dari PDB nominal mencerminkan total nilai output dalam perekonomian dan untuk masing-masing sektor, itu berarti nilai output mereka.
Di Indonesia, Badan Pusat Statistik merilis data PDB setiap tiga bulan sekali.
#2 Produksi Industri
Laporan produksi industri, dirilis setiap tiga bulan sekali oleh Badan Pusat Statistik (BPS), melaporkan perubahan dalam produksi industri manufaktur di Indonesia. Bank Indonesa juga merilis data indeks produksi dalam laporan Survei Kegiatan Dunia Usaha, dan dirilis sekali tiga bulan, namun mencakup industri yang lebih luas, tidak hanya industri manufaktur. Khusus untuk industri manufaktur, Bank Indonesia juga merilis laporan Prompt Manufacturing Index.
Salah satu ukuran yang paling diamati dalam laporan-laporan tersebut adalah rasio pemanfaatan kapasitas, yang mana memperkirakan tingkat produksi dalam perekonomian. Lebih baik bagi suatu negara untuk melihat peningkatan nilai produksi dan pemanfaatan kapasitas pada tingkat tinggi. Biasanya, pemanfaatan kapasitas dalam kisaran 82-85% dianggap ketat dan dapat meningkatkan kemungkinan kenaikan harga atau kekurangan pasokan dalam waktu dekat. Tingkat di bawah 80 persen biasanya ditafsirkan sebagai menunjukkan kelonggaran dalam perekonomian, yang dapat meningkatkan kemungkinan resesi.
menyebabkan inflasi, yang dalam situasi ini dapat menggerakkan mata uang ke bawah.
#3 Indeks Harga Konsumen (IHK)
IHK dikeluarkan oleh BPS, mengukur tingkat perubahan harga eceran untuk barang dibeli oleh konsumen (biaya yang dikeluarkan oleh konsumen untuk membeli). Statistik ini merupakan tolok ukur untuk mengukur inflasi. Menggunakan keranjang yang mewakili barang dan jasa dalam perekonomian, IHK membandingkan perubahan harga bulan demi bulan dan tahun ke tahun. Laporan ini adalah salah satu indikator ekonomi penting yang tersedia, dan rilisnya dapat meningkatkan volatilitas di pasar saham, pasar obligasi, dan valas. Kenaikan harga yang lebih besar dari perkiraan dianggap sebagai tanda inflasi, yang kemungkinan akan menyebabkan mata uang domestik terdepresiasi. Pun, harga obligasi kemungkinan jatuh jika angka inflasi IHK tinggi karena investor mengantisipasi kenaikan suku bunga dalam waktu dekat.
#4 Penjualan eceran
Bank Indonesia merilis statistik ini setiap bulan, laporan penjualan ritel diawasi dengan ketat dan disajikan dalam bentuk indeks. Indeks penjualan ritel mengukur tren total penerimaan, atau nilai rupiah, dari semua toko barang dagangan yang dijual. Laporan tersebut memperkirakan total barang dagangan yang terjual setiap bulan dengan mengambil data sampel dari pengecer di seluruh negeri.
Statistik ini berfungsi sebagai proksi tingkat pengeluaran konsumen. Karena pengeluaran konsumen mewakili lebih dari setengah PDB, laporan ini sangat berguna untuk mengukur arah perekonomian ke depan. Juga, karena data laporan didasarkan pada penjualan bulan sebelumnya, indikator ini relatif real-time.
#5 Data Ketenagakerjaan
BPS merilis data ketenagakerjaan dalam laporan “Berita Resmi Statistik”. Tidak seperti empat indikator sebelumnya, statistik ini diterbitkan hanya dua kali setahun (setidaknya hingga Juni 2019). Oleh karena itu, statistik ini relatif tidak banyak dikutip karena kurang real time.
Meskipun demikian, secara umum, peningkatan tajam dalam lapangan kerja mengindikasikan pertumbuhan ekonomi yang makmur. Demikian juga, potensi kontraksi mungkin akan terjadi jika terjadi penurunan yang signifikan. Walaupun kedua simpulan tersebut adalah tren umum (benar secara teoritis), namun kita juga perlu mempertimbangkan kondisi ekonomi saat ini. Misalnya, dalam ekonomi yang terlalu panas, lapangan kerja yang tinggi juga dapat menyebabkan inflasi, yang dalam situasi ini dapat menggerakkan mata uang ke bawah.