Contents
Materialitas (materiality) adalah prinsip dalam akuntansi bahwa item yang relatif penting dalam pengambilan keputusan harus dimasukkan dalam laporan keuangan. Prinsip ini adalah untuk memastikan keputusan ekonomi yang andal oleh pengguna laporan keuangan. Ini tidak hanya melindungi kepentingan pemegang saham dan investor tetapi juga memfasilitasi akuntan ketika menyiapkan laporan keuangan.
Kelalaian atau salah saji item adalah material jika mereka dapat, secara individu atau kolektif, mempengaruhi keputusan ekonomi yang dibuat pengguna laporan keuangan. Misalnya, jika sebuah perusahaan hendak melaporkan pendapatannya, atau membuat tawaran pengambilalihan untuk perusahaan lain, itu akan dianggap sebagai informasi material.
Materialitas bukanlah konsep yang mutlak tetapi tergantung pada ukuran dan sifat suatu barang dan keadaan tertentu di mana ia muncul. Setiap kelompok akun serupa yang material disajikan secara terpisah, begitu juga item yang tidak serupa disajikan secara terpisah, kecuali mereka tidak material.
Konsep materialitas bervariasi, tergantung pada ukuran entitas. Perusahaan besar dapat menganggap transaksi senilai Rp1 juta sebagai tidak material dalam proporsi terhadap total aktivitasnya, tetapi nilai tersebut sangat material bagi perusahaan lainnya yang memiliki ukuran bisnis yang relatif kecil.
Mengapa konsep materialitas itu penting
Konsep materialitas adalah fundamental. Itu mempengaruhi perusahaan untuk melaporkan apakah suatu transaksi sebagai item yang terpisah atau tidak. Memang, menghilangkan beberapa transaksi dapat secara signifikan mengurangi waktu proses pelaporan keuangan.
Materialitas bukanlah konsep absolut. Itu tergantung pada ukuran dan sifat suatu item dan keadaan khusus di mana ia muncul. Perusahaan harus secara terpisah melaporkan beberapa akun serupa, tetapi masing-masing materi. Tetapi, jika mereka tidak penting, perusahaan dapat menggabungkannya menjadi satu akun.
Salah saji material terjadi ketika informasi dalam laporan keuangan salah. Oleh karena itu mempengaruhi keputusan ekonomi mereka yang bergantung pada laporan. Sebagai contoh, salah saji akun utang menyesatkan kreditor dalam menilai tingkat leverage perusahaan. Itu membuat mereka salah memutuskan apakah akan memperpanjang atau menarik kredit ke perusahaan.
Mengklasifikasikan item sebagai material atakauah tidak
Materialitas bersifat subyektif dan bervariasi tergantung pada ukuran entitas. Angka yang sama dapat dianggap material untuk perusahaan kecil, tetapi tidak material untuk perusahaan besar karena ukuran asetnya.
Misalnya, perusahaan besar dengan aset Rp100 triliun menganggap transaksi Rp1 juta tidak penting. Meski demikian, angka tersebut merupakan bahan untuk usaha kecil dengan total aset Rp100 juta.
Karena sifatnya subyektif, setiap perusahaan harus dapat menentukan item mana yang material relatif terhadap operasinya. Auditor menilai materialitas berdasarkan keadaan sekitar. Untuk menentukan tingkat materialitas, auditor mengandalkan aturan praktis dan penilaian profesional. Itu tergantung pada persepsi auditor tentang kebutuhan informasi keuangan pengguna dan ukuran atau sifat salah saji.