Posisi kas mencerminkan jumlah uang tunai atau kas yang dimiliki perusahaan pada titik waktu tertentu. Posisi kas adalah salah satu indikator kesehatan keuangan dari sebuah perusahaan. Secara umum, perusahaan yang memiliki kas yang besar dianggap kuat secara finansial dan memiliki likuiditas yang bagus.
Meskipun secara penamaan hanya menggunakan istilah kas, namun dalam analisa keuangan, penilaian posisi kas perusahaan juga mempertimbangkan aset yang sangat likuid, seperti sertifikat deposito, utang pemerintah jangka pendek, dan setara kas lainnya.
Menilai posisi kas perusahaan
Perusahaan dengan posisi kas yang stabil memiliki risiko downside yang sangat rendah. Maksud posisi kas yang stabil adalah posisi yang memungkinkan perusahaan untuk menutupi liabilitas jangka pendeknya menggunakan kas dan aset likuid lainnya. Selain itu, uang tunai juga dapat digunakan untuk mendanai ekspansi kapan saja itu dibutuhkan.
Ketika ingin menilai perusahaan mana yang memiliki posisi keuangan yang kuat, kita perlu melihat nilai liabilitas lancar dan utang berbunganya. Ketika perusahaan memiliki kas besar sekaligus juga sedikit liabilitas lancar dan utang berbunga, itu adalah sinyal bahwa perusahaan memiliki posisi keuangan yang kuat.
Selanjutnya, kita dapat menilai kekuatan posisi kas perusahaan melalui rasio likuiditas. Misalnya, rasio kas diturunkan dari penjumlahan kas dan setara kas dengan akun marketable securities, hasilnya kemudian dibagi dengan liabilitas lancar. Rasio ini mengukur kemampuan perusahaan untuk menutupi liabilitas jangka pendeknya dengan menggunakan aset yang paling lancar. Jika rasio lebih besar dari satu, itu berarti bahwa perusahaan memiliki kas yang cukup untuk terus beroperasi.
Posisi kas juga dapat diperiksa dengan melihat free cash flow perusahaan. FCF dihitung dari penjumlahan laba bersih dan beban non-kas (seperti depresiasi) dan hasilnya kemudian dikurangi dengan belanja modal dan perubahan modal kerja.
Trade-off
Perlu kita ingat, posisi kas yang terlalu besar juga melibatkan biaya peluang. Karena kas memiliki pengembalian riil yang sangat rendah atau bahkan negatif setelah mempertimbangkan dampak inflasi, sebagian besar portofolio akan memperoleh pengembalian yang lebih tinggi jika diinvestasikan. Misalnya digunakan untuk ekspansi usaha.