Contents
Dalam perekonomian modern, uang memiliki beberapa fungsi berbeda. Dalam artikel kali ini, kami akan membahas mengapa kita uang menjadikan uang sebagai alat tukar dan bagaimana cara kerjanya.
Empat fungsi uang
Dalam ilmu ekonomi, kita belajar bahwa ada empat fungsi utama uang: sebagai alat tukar, sebagai penyimpan nilai, sebagai satuan ukur dan sebagai ukuran pembayaran yang tertunda. Untuk fungsi yang pertama dan ketiga, mungkin kita sudah familiar, tetapi untuk yang terakhir, mungkin kita belum begitu mengenal.
Fungsi terakhir berkaitan dengan transaksi pinjam-meminjam, terutama terkait cara untuk menghitung jumlah pembayaran pinjaman tersebut. Misalnya, kita akan lebih mudah untuk meminjamkan uang sebesar Rp2 juta selama tiga tahun ke depan daripada meminjamkan sapi. Dengan meminjamkan uang, kita hanya cukup menghitung bunga dan cicilan setiap bulan. Ini berbeda dengan meminjamkan sapi, keadaan sapi selama tiga tahun mendatang mungkin akan berbeda dengan pada saat pemberian pinjaman.
Fungsi uang sebagai alat tukar
Uang memfasilitasi perdagangan. Kita dapat membeli barang dengan uang. Ini terjadi karena semua orang percaya bahwa uang adalah bernilai. Dengan begitu, kita bersedia menggunakan uang untuk membeli barang.
Penjual barang mau menerima uang karena mereka dapat menggunakan uang tersebut untuk membeli barang dari orang lain. Jika, misalnya penjual tidak mau menerima uang tersebut (misalnya karena uang sudah tidak berlaku), maka uang berhenti menjadi alat tukar.
Mari kita ambil contoh untuk menggambarkan konsep dan fungsi uang sebagai alat tukar. Bayangkan Anda mengelola lahan pertanian di pinggiran kota kecil. Anda menanam sayuran, dan Anda memiliki beberapa kambing. Anda memerlukan beberapa peralatan pertanian, jadi Anda pergi ke toko peralatan pertanian setempat di mana Anda menawarkan beberapa ikat sayuran untuk ditukar dengan peralatan yang Anda butuhkan.
Tentu, pemilik toko memandang Anda lucu, dan kemudian dengan sopan memberitahu Anda bahwa dia tidak mau menerima. Dia hanya akan menjual peralatan kepada Anda dengan jumlah uang yang tercantum pada label harga.
Karena tidak punya uang, Anda menjelaskan hal ini kepada pemilik toko, dan sekali lagi, dia hanya menggelengkan kepalanya. Dia tidak menerima hasil sayuran Anda dengan alasan sayuran tidak bisa digunakan untuk belanja di toko distributor nantinya.
Kasus di atas memperlihatkan bahwa uang telah menjadi sesuatu yang telah kita sepakati sebagai alat pembayaran.
Kata kuncinya adalah kesepakatan. Kesepakatan ini muncul karena adanya jaminan negara bahwa uang yang kita miliki adalah bernilai. Meskipun, itu hanyalah secarik kertas bergambar.
Jika dulu, uang dijamin dengan emas, maka sekarang tidak. Dengan dijamin emas, kita dapat menukar uang yang kita miliki dengan sejumlah emas. Karena emas menurut kita adalah logam berharga (sejak dahulu hingga sekarang, emas telah menjadi sesuatu yang berharga), maka kita yakin uang yang dijamin dengan emas tersebut juga berharga.
Sistem uang dijamin emas ini dikenal dengan [[standar emas (gold standard)]]. Namun, sistem tersebut sudah tidak ada sebagai akibat semakin besarnya kegiatan transaksi pasar uang dan barang, yang mana tidak mungkin memadai lagi apabila dibiayai dengan emas.