• Skip to primary navigation
  • Skip to main content
  • Skip to primary sidebar
  • Skip to footer

Cerdasco.

Pengetahuan Lebih Baik. Wawasan Anda Lebih Tajam

  • Bisnis
    • Bisnis dan strategi
    • Pemasaran
    • Sumber daya manusia
    • Operasi
  • Keuangan
    • Analisa Keuangan
    • Investasi
  • Ekonomi
    • Pengantar Ilmu Ekonomi
    • Mikroekonomi
    • Makroekonomi
  • Belajar Online
    • Coursera
    • Udacity
    • Udemy
    • Skillshare
    • Magoosh
You are here: Home / Analisa Keuangan / Rasio Utang Terhadap Ekuitas: Perhitungan dan Interpretasi

Rasio Utang Terhadap Ekuitas: Perhitungan dan Interpretasi

Diupdate pada April 17, 2022 oleh Ahmad Nasrudin

Rasio Utang Terhadap Ekuitas Perhitungan dan Interpretasi

Apa itu: Rasio utang terhadap ekuitas (debt‐to‐equity ratio) adalah rasio leverage dengan membandingkan proporsi relatif utang dan modal dalam struktur modal perusahaan. Secara spesifik, itu mengukur seberapa besar modal utang dibandingkan dengan modal ekuitas.

Rasio lebih tinggi mengindikasikan leverage yang lebih tinggi dan dianggap lebih berisiko karena bagaimanapun, tingkat utang yang tinggi meningkatkan beban di masa depan – untuk membayar bunga dan pokok. Misalnya, rasio lebih dari satu berarti perusahaan lebih banyak mengandalkan utang daripada ekuitas.

Tapi, berapa debt‐to‐equity ratio yang ideal, itu bisa bervariasi antar industri. Karena alasan ini, kita harus membandingkan itu dengan perusahaan di industri yang sama jika ingin membuat perbandingan yang apple-to-apple.

Mengapa rasio utang terhadap ekuitas penting?

Rasio utang terhadap ekuitas adalah metrik yang sering dilihat untuk memeriksa leverage keuangan. Itu memberitahu kita sejauh mana perusahaan mengandalkan utang – daripada ekuitas – dalam membiayai operasinya.

Struktur modal sebuah perusahaan berasal dua sumber: modal ekuitas dan modal utang. Jika perusahaan lebih banyak mengandalkan utang daripada ekuitas, kita mengatakan mereka memiliki leverage yang tinggi. Mereka kita anggap memiliki risiko keuangan yang lebih tinggi.

Mengapa lebih berisiko? Mari kita bedah sedikit tentang utang.

Tidak seperti modal ekuitas, utang mengharuskan arus keluar kas di masa mendatang. Ambil obligasi sebagai contoh. Perusahaan harus membayar bunga (kupon) secara rutin misalnya bulanan, kuartalan atau semesteran – dan karena itu, itu mewakili biaya tetap – dan melunasi pokok pada saat jatuh tempo.

Utang harus dibayar, bahkan ketika perusahaan sedang rugi atau tidak menghasilkan pendapatan. Kegagalan untuk melakukannya bisa mendorong kreditur untuk mengajukan kebangkrutan terhadap perusahaan.

Dan, semakin tinggi utang, semakin besar beban yang harus dibayar. Risiko keuangan meningkat karena utang yang lebih tinggi mengarah pada kemampuan bayar yang menurun dan risiko gagal bayar yang lebih tinggi.

Selain itu, keuangan perusahaan juga menjadi tidak fleksibel jika memiliki terlalu banyak utang. Mereka sulit untuk meraih pinjaman baru dengan lebih murah. Di sisi lain, lebih banyak dolar yang dibukukan dialokasikan untuk membayar utang daripada ditahan sebagai modal internal.

Bagaimana cara menghitung rasio utang terhadap ekuitas?

Menghitung debt‐to‐equity ratio membutuhkan kita membagi total utang dengan total ekuitas. Total utang merujuk pada utang berbunga seperti pinjaman bank dan obligasi, baik jangka pendek maupun jangka panjang. Data-rata tersebut dapat kita temukan di neraca.

Dalam kasus spesifik, beberapa orang mungkin menggunakan total liabilitas sebagai pembilang alih-alih total utang. Itu terutama jika perusahaan tidak memiliki utang berbunga. Tapi, harap kita ingat, beberapa akun liabilitas adalah akrual atau tidak menghasilkan kas keluar untuk penyelesaiannya. Sehingga, menggunakan total liabilitas dalam perhitungan bisa menyesatkan.

  • Debt‐to‐equity ratio = Total utang / Total ekuitas

Sebagai ilustrasi sederhana, sebuah perusahaan memiliki aset $6 juta dan liabilitas $2 juta. Dari bagian liabilitas tersebut, perusahaan melaporkan $500.000 utang berbunga jangka pendek dan $1 juta utang berbunga jangka panjang.

Dari kasus di atas, kita menghitung total ekuitas dengan mengurangkan liabilitas dari total aset, sehingga, kita mendapatkan angkanya sama dengan $4 juta = $6 juta – $2 juta. Kemudian, mengaplikasikan rumus di atas, kita mendapatkan debt-to-equity ratio sebesar 0,38 = ($500.000 + $1 juta) / $4 juta.

Bagaimana cara menginterpretasikan rasio utang terhadap ekuitas?

Debt-to-equity ratio yang tinggi tidak diinginkan karena menunjukkan risiko keuangan yang lebih tinggi. Sebaliknya, rasio yang rendah menunjukkan perusahaan lebih mengandalkan ekuitas daripada utang. Kemudian, rasio sama dengan 1,0 menunjukkan perusahaan memiliki utang dan ekuitas dalam proporsi yang sama dalam struktur modalnya.

Debt-to-equity ratio di bawah 1,0 kadang dianggap relatif aman, sedangkan jika itu sama dengan atau lebih dari 2,0 dianggap berisiko. Tapi, itu tidak bisa kita samakan untuk semua perusahaan. Kita harus memeriksa lebih lanjut tentang sifat bisnis dan industri di mana perusahaan beroperasi, yang mana mempengaruhi variasi dalam rasio ini.

Apa implikasi rasio yang tinggi?

Rasio yang tinggi adalah berisiko karena perusahaan harus mengeluarkan uang secara reguler dan dalam nominal yang besar untuk membayar bunga dan pokok. Perusahaan harus tetap melakukannya bahkan ketika sedang rugi atau tidak menghasilkan pendapatan. Jika tidak, kreditur dapat mengajukan kebankrutan terhadap perusahaan dan memaksa perusahaan untuk melikuidasi aset demi membayar utang.

Konsekuensi lainnya adalah fleksibilitas keuangan yang rendah. Pertama, perusahaan harus mengalokasikan lebih banyak uang untuk membayar utang, alih-alih ditahan sebagai modal internal untuk membiayai modal kerja atau investasi jangka panjang.

Kedua, calon kreditor enggan memberikan pembiayaan kepada perusahaan. Rasio yang tinggi mencerminkan risiko gagal bayar yang tinggi. Sehingga, perusahaan lebih sulit untuk mendapatkan utang baru untuk menumbuhkan bisnis.

If you click on this link, thank you for contributing to us. We may earn a commission when you buy through our links. Learn more ›

Most Comprehensive Reading Books For You To Become A Financial Analyst
  • CFA Program Curriculum Level I by CFA Institute
  • CFA Program Curriculum Level II by CFA Institute
  • CFA Program Curriculum Level III by CFA Institute
  • Wiley's Level I CFA Program Study Guide by Wiley (Short and concise, I highly recommend you start with this.)
  • Wiley's Level II CFA Program Study Guide by Wiley
  • Wiley's Level III CFA Program Study Guide by Wiley
If you want to focus more on valuation, I recommend these books:
  • Valuation: Measuring and Managing the Value of Companies by McKinsey & Company Inc., Tim Koller, Marc Goedhart, David Wessels
  • Investment Banking: Valuation, LBOs, M&A, and IPOs by by Joshua Rosenbaum, Joshua Pearl
Recommended Book for IB Diploma
  • Business Management by by Paul Hoang
  • Economics for the IB Diploma by Ellie Tragakes

Kalaupun perusahaan bisa mendapatkan utang baru, itu pada biaya yang mahal. Kreditur akan meminta bunga yang lebih tinggi untuk mengkompensasi risiko gagal bayar yang lebih tinggi. Sebagai hasilnya, beban utang semakin menumpuk.

Tapi, katakanlah, perusahaan bisa menginvestasikan utang yang mahal tersebut dan menghasilkan lebih banyak pendapatan. Dalam kasus tersebut, mengajukan utang mungkin bukan persoalan bagi perusahaan. Perusahaan mampu menghasilkan kenaikan pendapatan yang lebih tinggi daripada tambahan biaya dari utang. Sehingga, kemampuan bayar perusahaan tidak memburuk.

Berapa rasio utang terhadap ekuitas yang ideal?

Rasio utang terhadap ekuitas yang ideal atau aman bervariasi antar bisnis. Perusahan di industri yang berbeda bisa memiliki rata-rata rasio yang berbeda jauh. Misanya, perusahaan utilitas biasanya memiliki rasio yang tinggi. Meskipun demikian, itu juga disertai dengan kemampuan bayar yang baik karena memiliki aliran kas masuk yang stabil.

Begitu juga, perbankan juga memiliki rasio utang yang tinggi. Maklum, mereka mengambil simpanan dari masyarakat dan menyalurkannya sebagai pinjaman dengan mengambil selisih bunga sebagai keuntungan. Dan, deposit yang mereka bukukan merupakan utang berbunga. Tapi, lagi-lagi, itu tidak selalu menyebabkan masalah.

Perusahan di industri yang mature biasanya juga mengambil utang yang tinggi karena didukung oleh aliran masuk kas yang stabil. Itu kontras dengan mereka yang beroperasi di industri yang sedang tumbuh, yang mana membutuhkan lebih banyak uang untuk memacu pertumbuhan bisnis.

Perusahan baru mungkin juga tidak mengambil banyak utang jika dibandingkan dengan perusahaan yang mapan. Itu karena mereka belum memiliki pendapatan yang stabil atau bahkan masih menanggung rugi. Seiring bisnis dan pendapatan yang tumbuh mereka mengambil utang.

Terakhir, perusahan di industri defensif memiliki aliran kas masuk yang stabil – dan karena itu, cenderung mengambil lebih banyak utang daripada mereka yang beroperasi di industri siklikal.

Bacaan selanjutnya

  • Rasio Solvabilitas: Formula, Contoh dan Perhitungannya
  • Rasio Utang Terhadap Aset: Perhitungan dan Interpretasi
  • Rasio utang terhadap modal: Cara Menghitung dan Menginterpretasi
  • Rasio Utang Terhadap Ekuitas: Perhitungan dan Interpretasi
  • Rasio Aset Terhadap Ekuitas: Perhitungan dan Interpretasi
  • Rasio Cakupan Bunga: Cara Menghitung dan Menginterpretasikannya
  • Fixed Charge Coverage Ratio: Perhitungan dan Interpretasi

Topik: Ekuitas, Rasio Keuangan, Rasio Solvabilitas, Struktur Modal, Utang Kategori: Analisa Keuangan

AFFILIATE

Shop all creative courses for $7.99

If you click on this link, thank you for contributing to us. We may earn a commission when you buy through our links. Learn more ›

5 ARTIKEL TERBARU

Mazhab Ekonomi Austria Pandangan, Kritik, dan Literatur

Mazhab Ekonomi Austria: Pandangan, Kritik, dan Literatur

Apa itu: Mazhab ekonomi Austria (Austrian school of economics) adalah mazhab ekonomi yang

Licensing: Contoh, Perbedaan Dengan Franchising, Keuntungan dan Kerugian

Licensing: Contoh, Perbedaan Dengan Franchising, Keuntungan dan Kerugian

Apa itu: Pemberian lisensi (licensing) adalah pengaturan di mana pemberi lisensi memberikan hak

Opsi Definisi, Karakteristik, Jenis, Cara Kerja, dan Contoh

Opsi: Definisi, Karakteristik, Jenis, Cara Kerja, dan Contoh

Apa itu: Opsi (option) adalah hak untuk membeli atau menjual sejumlah komoditas, mata uang, atau

Kontrak di Pasar Keuangan: Forward, Future, Swap dan Opsi

Kontrak di Pasar Keuangan: Forward, Future, Swap dan Opsi

Apa itu: Kontrak adalah perjanjian yang dapat ditegakkan secara hukum antara dua pihak atau lebih.

Surat Berharga. Contohnya Ekuitas, Surat Utang, Pooled investment, Derivatif

Surat Berharga di Pasar Keuangan: Ekuitas, Surat Utang, Pooled investment, Derivatif

Apa itu: Efek atau surat berharga (securities) adalah sertifikat atau aset keuangan yang dapat

Primary Sidebar

TOP-3 ARTIKEL

  • Kurva Kemungkinan Produksi: Penjelasan, Asumsi, Faktor Yang Menggeser
  • 5 Alasan Mengapa Kebutuhan Manusia Tidak Terbatas
  • Rentang Kendali: Pentingnya, Jenis, Kelebihan, Kekurangan

Footer

TOP-5 ARTIKEL

  • Kurva Kemungkinan Produksi: Penjelasan, Asumsi, Faktor Yang Menggeser
  • 5 Alasan Mengapa Kebutuhan Manusia Tidak Terbatas
  • Rentang Kendali: Pentingnya, Jenis, Kelebihan, Kekurangan
  • Kustomisasi Massal: Definisi, Jenis, Manfaat, Tantangan
  • Glokalisasi: Pentingnya, Contoh, Cara Kerja, Pro, Kontra

TELUSURI LAGI

KATEGORI

Akuntansi dan Keuangan Analisa Keuangan Bisnis dan strategi Investasi Makroekonomi Mikroekonomi Operasi Pemasaran Sumber daya manusia

TOPIK

Anggaran Pemerintah Ekonomi Internasional Ekuilibrium Pasar Makroekonomi Manajemen Bisnis Motivasi PDB Pemasaran Perdagangan Internasional Permintaan Agregat Pertumbuhan Ekonomi Rasio Keuangan Struktur Organisasi

Copyright © 2023 · Tentang Kami  · Kebijakan Privasi dan Disclaimer  ·  Disclaimer Afiliasi  ·  Ketentuan Penggunaan  ·  Kebijakan Komentar  ·  Kontak Kami