Open economy atau ekonomi terbuka adalah jenis perekonomian yang berinteraksi dengan dunia luar melalui perdagangan internasional, pergerakan modal, transfer informasi dan pengetahuan teknis, dan migrasi tenaga kerja.
Dalam perekonomian terbuka, pelaku ekonomi dapat dibedakan menjadi empat: sektor bisnis, sektor rumah tangga, sektor pemerintah dan sektor luar negeri. Ini berbeda dengan perekonomian tertutup yang hanya terdiri dari tiga sektor selain sektor luar negeri.
Jika sebuah negara mengadopsi ekonomi terbuka, pengeluaran negara itu pada tahun tertentu tidak perlu sama dengan output barang dan jasa. Suatu negara dapat menghabiskan lebih banyak uang daripada yang dihasilkannya dengan meminjam dari luar negeri, atau dapat menghabiskan lebih sedikit dari yang dihasilkannya dan meminjamkan perbedaannya kepada orang asing.
Kelebihan dan kekurangan
Kolaborasi dengan luar negeri mendorong pertumbuhan, memungkinkan akses ke produk dan jasa yang lebih murah, akses teknologi yang lebih baik dan tidak dikucilkan dari kehidupan berbangsa. Yang terakhir adalah sangat penting ketika sebuah negara sedang menghadapi bencana alam alam atau sosial, yang mana membutuhkan uluran bantuan dari negara lainnya. Bayangkan, jika pada saat Gempa Aceh, Indonesia menganut sistem ekonomi tertutup, siapa yang akan membantu.
Dalam ekonomi terbuka, orang dapat bertukar barang dan jasa, memulai atau memperluas bisnis mereka melintasi batas dan menikmati biaya yang lebih rendah. Pelanggan memiliki akses ke berbagai produk yang mungkin tidak tersedia.
Ekonomi terbuka membuat berbagai negara saling bergantung dan rentan terhadap efek penularan pemburukan ekonomi. Misalnya, krisis ekonomi AS dapat menyebar ke kita karena Indonesia mengadopsi ekonomi terbuka. Jalur transmisi dapat melalui saluran perdagangan internasional ataupun saluran portofolio keuangan.
Dalam perdagangan internasional, ekonomi terbuka memungkinkan sebuah negara tergantung kepada negara lain, baik sebagai pasar maupun sebagai pemasok. Misalnya, Indonesia sangat tergantung kepada Uni Eropa sebagai pasar sawit karena ekspor ke wilayah ini cukup substansial. Sehingga, ketika ada larangan dari Uni Eropa, sektor sawit kita akan cenderung tertekan.
Peningkatan besar-besaran dalam aliran modal internasional telah menghasilkan masalah seperti hutang besar-besaran, terutama di negara-negara berkembang, dan ketidakmampuan mereka untuk membayar utang-utangnya. Utang adalah salah satu sumber kesulitan ekonomi karena dapat memicu krisis.