Contents
Apa itu: Ekuilibrium makroekonomi (macroeconomic equilibrium) terjadi ketika penawaran agregat sama dengan permintaan agregat. Penawaran agregat mewakili total output barang dan jasa, sedangkan permintaan agregat mewakili jumlah total barang dan jasa yang diminta di dalam perekonomian. Perubahan permintaan agregat atau penawaran agregat (atau pasokan agregat) mempengaruhi inflasi, PDB riil, dan tingkat pengangguran.
Istilah lain dari ekuilibrium makroekonomi adalah ekuilibrium ekonomi makro, keseimbangan makro ekonomi, dan kesetimbangan makroekonomi.
Perbedaan antara ekuilibrium jangka pendek dan ekuilibrium jangka panjang
Makroekonomi membedakan konsep jangka pendek dan jangka panjang untuk penawaran agregat. Penawaran agregat jangka pendek adalah kuantitas yang ditawarkan ketika beberapa biaya bersifat variabel. Tapi, upah dan harga input lainnya tetap konstan. Kenaikan harga meningkatkan keuntungan perusahaan sehingga mendorong mereka untuk meningkatkan output. Kurva penawaran agregat jangka pendek miring ke atas (slope positif).
Sementara itu, penawaran jangka panjang mewakili kuantitas yang ditawarkan ketika upah dan harga input lainnya adalah variabel. Ketika harga naik, itu tidak meningkatkan keuntungan karena upah dan harga input lainnya juga akan naik secara proporsional. Oleh karena itu, kenaikan harga tidak mempengaruhi keuntungan dan kuantitas yang ditawarkan. Sebagai hasilnya, kurva penawaran agregat jangka panjang adalah vertikal.
Selanjutnya, kurva permintaan agregat adalah miring ke bawah (slope negatif). Mengapa miring ke bawah, anda dapat melacaknya dari efek perubahan tingkat harga (inflasi) terhadap komponen dari permintaan agregat seperti konsumsi rumah tangga, investasi bisnis, dan ekspor neto.
Ambil contoh konsumsi rumah tangga. Ketika tingkat harga turun, kekayaan riil meningkat dan mendorong rumah tangga untuk meningkatkan konsumsinya (efek kekayaan). Efek sebaliknya juga berlaku ketika tingkat harga naik.
Lebih lanjut, Anda dapat membacanya pada artikel kurva permintaan agregat.
Baiklah, kita kembali ke ekuilibrium makroekonomi.
Ekonom membagi ekuilibrium makroekonomi menjadi dua:
- Ekuilibrium jangka pendek tercapai ketika permintaan agregat sama dengan penawaran agregat jangka pendek. Pergeseran permintaan agregat atau penawaran agregat jangka pendek menyebabkan PDB riil aktual berfluktuasi di sekitar PDB potensial.
- Ekuilibrium jangka panjang terjadi ketika permintaan agregat sama dengan penawaran agregat jangka pendek pada titik di kurva penawaran agregat jangka panjang. Pada titik ini, PDB riil aktual sama dengan PDB potensial dan tingkat pengangguran sama dengan tingkat alaminya. Istilah lain untuk ekuilibrium jangka panjang adalah ekuilibrium lapangan kerja penuh.
Baiklah, mari kita bahas satu per satu.
Ekuilibrium jangka pendek
Pasokan agregat jangka pendek mengasumsikan upah nominal konstan. Perpotongan antara permintaan agregat dan penawaran agregat jangka pendek menentukan tingkat harga dan PDB riil aktual di dalam perekonomian. Karena upah nominal tidak berubah untuk mencapai lapangan kerja penuh, ekuilibrium jangka pendek dapat terjadi pada tingkat di bawah, tepat, atau di atas PDB potensial.
Jika tingkat harga di atas ekuilibrium, penawaran agregat melebihi permintaan agregat, menyebabkan kelebihan penawaran. Situasi ini menyebabkan persediaan menumpuk, memaksa produsen untuk menjual persediaan mereka dengan harga lebih rendah.
Tingkat harga yang lebih rendah mendorong permintaan agregat untuk naik. Penurunan tingkat harga menaikkan kekayaan riil rumah tangga, mendorong suku bunga turun, dan meningkatkan ekspor. Sebagai hasilnya, permintaan dari empat sektor utama perekonomian meningkat.
Situasi tersebut terus berlanjut sampai perekonomian mencapai keseimbangan barunya.
Sementara itu, jika tingkat harga di bawah harga ekuilibrium, ada kelangkaan (shortage) dalam perekonomian. Produsen menaikkan harga untuk menghasilkan lebih banyak keuntungan. Dan pada saat yang sama, permintaan agregat menurun karena kecenderungan tingkat harga untuk naik. Perekonomian akan menuju ke ekuilibriumnya yang baru dan permintaan agregat sama dengan penawaran agregat.
Ekuilibrium jangka panjang
Pasokan agregat jangka panjang mewakili output maksimum yang dapat dihasilkan oleh sebuah perekonomian. Jadi, jika mencapai ekuilibrium jangka panjang, perekonomian beroperasi pada output potensial (lapangan kerja penuh atau full employment). Semua sumber daya dimanfaatkan sepenuhnya, sehingga PDB riil aktual akan sama dengan PDB potensial.
Pada kenyataannya, PDB riil aktual jarang menyamai PDB potensial karena permintaan agregat dan penawaran agregat jangka pendek terus berubah. Itu menyebabkan keseimbangan jangka pendek berfluktuasi di sekitar kurva penawaran agregat jangka panjang (PDB potensial). Penyimpangan PDB riil aktual dari PDB potensial (dikenal sebagai kesenjangan output atau output gap) membentuk fase dari siklus bisnis.
Dua kemungkinan kesenjangan output: kesenjangan output positif dan kesenjangan output negatif.
Pertama, kesenjangan output positif juga disebut sebagai kesenjangan ekspansioner. Dalam siklus bisnis, itu biasanya terjadi selama fase akhir ekspansi.
Di dalam grafik, itu terjadi ketika titik ekuilibrium jangka pendek berada di sebelah kanan kurva penawaran agregat jangka panjang. Pada saat itu, PDB riil aktual melebihi PDB potensial.
Kesenjangan output positif menunjukkan ke anda bahwa permintaan agregat melebihi penawaran agregat jangka panjang. Dengan kata lain, kapasitas maksimum perekonomian tidak mencukupi untuk memenuhi permintaan agregat. Itu menghasilkan tekanan ke atas tingkat harga.
Untuk menutupi permintaan agregat, perekonomian mengimpor barang dari luar negeri. Oleh karena itu, selama periode ini, neraca perdagangan akan cenderung defisit karena tingginya permintaan impor.
Kedua, kesenjangan output negatif juga disebut sebagai kesenjangan deflasioner atau kesenjangan resesioner. Sebagaimana namanya, ini biasanya terjadi selama kontraksi atau resesi di mana ada tekanan ke bawah atas tingkat harga.
Kesenjangan negatif berarti PDB riil aktual lebih rendah dari PDB potensial. Perekonomian beroperasi di bawah tingkat potensialnya. Beberapa sumber daya menganggur, menghasilkan tekanan ke bawah atas tingkat harga di dalam perekonomian. Selama periode ini, anda akan melihat tingkat pengangguran meningkat.
Selain itu, tingkat inflasi melambat (disinflasi) atau mungkin menjadi negatif (deflasi). Sebagai sebuah catatan untuk anda. Meski periode ini kita sebut sebagai kesenjangan deflasioner, itu tidak selalu menghasilkan deflasi. Tekanan ke bawah atas tingkat harga mungkin menghasilkan tingkat inflasi yang lebih lambat (disinflasi) alih-alih deflasi.
Pergeseran permintaan agregat dan penawaran agregat
Permintaan agregat akan bergeser karena perubahan:
- Jumlah uang beredar
- Pajak
- Pengeluaran pemerintah
- Kepercayaan konsumen dan bisnis
- Nilai tukar
- Pertumbuhan ekonomi global
Sementara itu, beberapa faktor yang menggeser pasokan agregat jangka pendek adalah:
- Upah nominal
- Biaya bahan baku
- Nilai tukar
- Pajak bisnis
- Subsidi
- Ekspektasi harga dan keuntungan di masa depan
- Perubahan kuantitas dan kualitas faktor produksi
Selanjutnya, pasokan agregat jangka panjang terjadi berubah hanya karena perubahan kuantitas dan kualitas faktor produksi. Itu akan meningkat ketika jumlah tenaga kerja, sumber daya alam, dan modal meningkat. Selain itu, kualitas modal manusia dan teknologi juga berkontribusi untuk meningkatkan pasokan agregat jangka panjang melalui peningkatan produktivitas ekonomi.
Mari kita cermati bagan diatas. Asumsikan pengeluaran pemerintah berkurang.
Penurunan belanja pemerintah menurunkan permintaan agregat dan menggeser kurva ke AD2.
Penurunan permintaan agregat mendorong turun output riil (GDP2) dan tingkat harga (P2). Sebagai hasilnya, ekuilibrium jangka pendek baru di bawah output potensial (kesenjangan deflasioner).
Lantas, bagaimana PDB riil kembali ke tingkat potensinya. Ekonom memiliki dua penjelasan, yaitu:
Pertama adalah melalui mekanisme koreksi diri (self-correcting). Meningkatnya pengangguran memaksa pekerja untuk bersaing lebih ketat untuk mendapatkan pekerjaan yang tersedia. Mereka cenderung bersedia untuk menerima upah yang lebih rendah untuk mempertahankan pendapatan. Lebih baik menerima gaji yang lebih kecil daripada tidak menerimanya sama sekali.
Upah nominal yang lebih rendah mengurangi biaya produksi. Itu pada gilirannya akan meningkatkan pasokan agregat jangka pendek dan mengembalikan ekonomi ke tingkat lapangan kerja penuh (LRAS).
Argumen semacam ini dipopulerkan oleh para ekonom klasik.
Kedua adalah melalui kebijakan ekonomi. Seperti yang diyakini oleh para ekonom Keynesian, pembuat kebijakan dapat mengambil kebijakan ekspansioner untuk meningkatkan permintaan agregat. Itu bisa melalui kebijakan fiskal atau kebijakan moneter. Opsinya adalah:
- Menaikkan belanja pemerintah
- Menurunkan pajak
- Menurunkan suku bunga kebijakan
- Menurunkan rasio cadangan wajib (reserve requirement ratio)
- Operasi pasar terbuka dengan membeli surat berharga pemerintah
Kebijakan tersebut merangsang permintaan agregat. Kenaikan permintaan agregat kemudian menggeser kurvanya ke kanan (dari AD2 ke AD0) dan mengembalikan PDB riil ke tingkat potensialnya.
Bacaan selanjutnya
- Ekuilibrium Makroekonomi: Konsep, Jangka Pendek dan Jangka Panjang
- Ekuilibrium Makroekonomi Jangka Pendek Dan Implikasinya pada Perekonomian?
- Ekuilibrium Makroekonomi Jangka Panjang dan Penjelasan Lengkapnya