
Dalam ekonomi makro, ekuilibrium jangka panjang (long-run equilibrium) terjadi ketika kurva permintaan agregat memotong kurva penawaran agregat jangka pendek pada titik kurva penawaran agregat jangka panjang. Pada titik ini, PDB riil aktual suatu negara akan sama dengan PDB potensial. Tingkat pengangguran akan berada pada tingkat alami, hanya menyisakan pengangguran friksional dan pengangguran struktural.
Fluktuasi ekonomi terjadi karena penyimpangan terhadap ekuilibrium jangka panjang
Ekuilibrium jangka panjang adalah tempat ekonomi menetap dalam keseimbangan ekonomi makro jangka panjang. Ini juga merupakan titik di mana output potensial ekonomi sepenuhnya dicapai oleh produsen.
Tetapi ekuilibrium ekonomi seringkali menyimpang dari jangka panjangnya. Ini terjadi akibat fluktuasi penawaran agregat jangka pendek dan permintaan agregat.
Fluktuasi dalam ekonomi terjadi ketika PDB riil menyimpang dari PDB potensial. Fluktuasi ini terjadi dalam jangka pendek dan membentuk apa yang kita sebut sebagai siklus bisnis. Penyimpangan PDB riil terhadap PBB potensial dinamakan gap atau kesejangan, yang mana ketika PDB riil lebih tinggi dari PDB potensial, ada kesenjangan inflasi dan ketika PDB riil lebih rendah dari PDB potensial, ada kesenjangan resesi.
Upaya untuk mengatasi kesenjangan output
Untuk memoderasi kesenjangan jangka pendek, agar tidak terlalu besar, pemerintah dapat menggunakan kebijakan fiskal sebagai alat dan bank sentral dapat menggunakan kebijakan moneter sebagai alat untuk menutup kesenjangan ini dan kembali ke ekuilibrium jangka panjang.
Ketika ada kesenjangan deflasioner, pengambil kebijakan akan menerapkan kebijakan fiskal dan moneter ekspansif. Kebijakan tersebut bertujuan untuk meningkatkan permintaan agregat dan mencapai PDB potensial. Kebijakan fiskal ekspansif diberlakukan oleh pemerintah dan terdiri dari pemotongan pajak dan peningkatan belanja pemerintah. Kebijakan moneter ekspansif terdiri dari penurunan suku bunga dan operasi pasar terbuka yang meningkatkan jumlah uang beredar.
Ketika terjadi kesenjangan inflasioner, kebijakan fiskal dan moneter kontraktif dapat digunakan untuk mengurangi permintaan agregat dan kembali ke ekuilibrium jangka panjang. Dengan kebijakan fiskal, pemerintah dapat meningkatkan pajak dan mengurangi belanja pemerintah. Selain itu, bank sentral dapat memberlakukan kebijakan moneter kontraktif. Ini terdiri dari menaikkan suku bunga dan mengurangi jumlah uang beredar melalui operasi pasar terbuka.