Apa itu: Kecerdasan buatan (artificial intelligence) merujuk pada kecerdasan layaknya manusia tetapi dilakukan oleh mesin buatan. Para ahli memprogram mesin tersebut untuk meniru kecerdasan manusia, seperti penalaran, belajar dari pengalaman dan penyelesaian masalah. Disebut juga dengan istilah kecerdasan artifisial.
Faktor pendorong perkembangan kecerdasan buatan
Pengembangan kecerdasan buatan muncul dari gagasan bahwa apa yang ada di pikiran manusia seharusnya dapat kita kodifikasi ke dalam sebuah mesin. Kemajuan teknologi dan ilmu pengetahuan (seperti hardware, software, komputasi, statistik, dll) memungkinkan untuk melakukannya.
Pengembang mempelajari proses pembelajaran, penalaran dan persepsi manusia. Kemudian, mereka mengkodekannya ke dalam mesin komputer atau robot. Agar mirip dengan manusia, mereka menggunakan pendekatan lintas disiplin seperti matematika, ilmu komputer, linguistik, psikologi dan banyak lagi. Dengan begitu, komputer atau robot berpikir dan berperilaku seperti manusia.
Contoh kecerdasan buatan
Bidang kecerdasan artifisial terus berkembang pesat, memanfaatkan kekuatan perhitungan komputer yang semakin canggih.
Contoh pertama adalah sistem komputer bermain catur (chess-playing computer). Bahkan, itu dapat mengalahkan pemain manusia. Contohnya adalah Deep Blue, yang mana menang melawan juara catur dunia, Garry Kasparov, pada 11 Mei 1997.
Contoh kedua adalah sistem pakar (expert system). Ini adalah pengembangan lebih lanjut dari kecerdasan artifisial. Sistem ini memanfaatkan kemampuan komputer untuk menyimpan, mengatur, dan mengambil sejumlah besar informasi. Itu menyimpan pengetahuan dan pengalaman para ahli di bidang tertentu. Ketika orang biasa memberi pertanyaan kepada sistem, itu akan akan memberikan jawaban layaknya para ahli tersebut.
Sistem pakar memiliki banyak aplikasi. Itu digunakan untuk melakukan berbagai tugas, seperti analisis hasil perusahaan, peninjauan aplikasi pinjaman, membeli saham, diagnosis medis, mengidentifikasi racun, dan lain sebagainya.
Selain mengkodifikasi pengetahuan para ahli, sistem juga dapat menciptakan pengetahuan baru dengan mengekstrapolasi data dan pola. Salah satunya adalah mesin pencari Google. Google bisa mengenali kebiasaan online kita dan menafsirkan kueri di mesin pencari. Kemudian, sistem mengirimkan iklan yang sesuai dengan apa yang kita cari sebelumnya.
Contoh lainnya adalah Google translate. Pertama kali diluncurkan, itu masih memberikan hasil terjemahan yang relatif kaku. Kemudian, anda mungkin memberikan masukan tentang terjemahan yang benar. Mesin Google menyimpannya dan membangun algoritma dengan itu, bersama dengan sumber lainnya. Sekarang, hasil Google Translate lebih baik daripada sebelumnya.
Terakhir adalah robotika. Pengembang memprogramnya untuk bereaksi terhadap rangsangan sensorik dan memberikan respon yang sesuai.
Kontroversi kecerdasan buatan
Teknologi dan pengetahuan yang berkembang pesat menjadi faktor pendorong penting bagi kemajuan kecerdasan buatan. Kita dulu mungkin memandang mesin penghitung fungsi dasar, simulator grafik, mesin pengenal teks sebagai contoh kecerdasan buatan.
Namun, seiring waktu, pandangan tersebut berubah. Fungsi-fungsi semacam itu sekarang telah terbenam di komputer terbaru dan telah umum digunakan.
Kecerdasan buatan berada di bawah pengawasan dari para ilmuwan dan masyarakat. Itu menjadi sasaran kritik dari berbagai pihak karena beberapa alasan.
Pertama, salah satu tema umum adalah gagasan bahwa mesin akan menjadi sangat maju sehingga manusia tidak akan mampu mengimbangi. Mereka akan lepas landas, mendesain ulang diri mereka dengan kecepatan eksponensial dan mengancam keberadaan manusia.
Kedua, ancaman privasi dan kejahatan cyber meningkat. Penjahat dapat memanfaatkannya untuk meretas privasi orang dan bahkan dipersenjatai.
Ketiga, argumen lain memperdebatkan tentang etika. Apakah sistem cerdas seperti robot harus kita perlakukan dengan hak yang sama seperti manusia?