Contents
Apa itu: Nilai buku per saham (book value per share) adalah rasio ekuitas pemegang saham dengan rata-rata outstanding saham biasa. Itu adalah jumlah yang akan diterima pemegang saham biasa ketika perusahaan dilikuidasi.
Misalnya, anda memiliki 1000 lembar saham perusahaan dan nilai buku per saham adalah Rp5. Maka setelah membayar semua liabilitasnya, anda akan mendapatkan bagian Rp5.0000.
Anda mungkin menggunakan metrik ini untuk membandingkan harga pasar dari saham perusahaan saat ini, apakah overvalued atau undervalued. Tapi ingat, metrik ini hanya berdasarkan penilaian akuntansi, bukan berdasarkan perhitungan nilai pasar.
Bagaimana menghitung nilai buku per saham
Untuk menghitung nilai buku per saham, ada perlu membagi nilai buku ekuitas pemegang saham dengan rata-rata outstanding saham biasa yang beredar. Anda dapat menemukan angkanya pada bagian laporan ekuitas di neraca keuangan. Berikut adalah formulanya:
- Nilai buku per saham = (Ekuitas pemegang saham biasa – Saham preferen) / Rata-rata outstanding saham biasa
Dari formula di atas, metrik ini hanya mengukur nilai saham biasa. Jadi, anda harus mengurangi nilai ekuitas pemegang saham dengan saham preferen. Hasilnya, anda bagi dengan rata-rata saham beredar.
Mengapa menggunakan rata-rata saham beredar.
Jumlah akhir dari outstanding saham beredar dapat berubah akibat pembelian kembali saham atau penerbitan saham baru. Itu dapat membelokkan hasil yang anda peroleh.
Sebagai contoh, sebuah perusahaan melaporkan ekuitas pemegang saham sebesar Rp100.000 di tahun 2019, di mana sekitar Rp10.000 adalah saham preferen. Sementara itu, rata-rata saham selama 2019 adalah 50.000 lembar saham.
Dari informasi tersebut, kita dapat menghitung nilai buku per saham sebagai berikut:
Nilai saham per buku = (Rp100.000 – Rp10.000)/50.000 = Rp1,8 per saham
Mengapa nilai buku per saham penting
Investor mungkin menggunakannya sebagai informasi tambahan dalam menganalisis harga saham perusahaan. Metrik ini adalah penilaian relatif untuk membandingkan harga pasar per saham perusahaan. Jika nilainya lebih rendah dari harga pasar per saham, maka saham overvalued. Sebaliknya, jika nilainya lebih tinggi daripada harga pasar saham perusahaan, maka saham undervalued.
Katakanlah, di bursa efek, harga saham perusahaan dalam contoh di atas adalah Rp3 per saham. Karena nilai buku per saham adalah Rp1,8, maka saham overvalued dan kemungkinan harga saham akan turun ke depan.
Bagaimana meningkatkan nilai buku per saham
Dua cara untuk meningkatkan nilai buku per saham:
- Meningkatkan nilai ekuitas saham biasa – nilai pembilang lebih tinggi
- Mengurangi jumlah saham beredar – nilai penyebut lebih rendah
Peningkatan laba ditahan meningkatkan ekuitas pemegang saham. Laba ditahan naik jika laba bersih perusahaan meningkat atau pembayaran dividen berkurang.
Perusahaan juga dapat menggunakan laba untuk mengurangi liabilitas atau untuk membeli lebih banyak aset. Itu akan meningkatkan ekuitas pemegang saham.’
Dari persamaan akuntansi: Aset = Liabilitas + Ekuitas pemegang saham, kita dapat memperoleh rumus turunannya dengan menjabarkan komponen dari ekuitas pemegang saham:
- Aset = Liabilitas + Ekuitas pemegang saham = Liabilitas + Paid-in capital + Laba ditahan awal + Laba bersih – Dividen
Selanjutnya, pembelian kembali saham biasa juga akan meningkatkan nilai buku per saham. Pembelian kembali mengurangi outstanding saham, menyebabkan nilai penyebut lebih rendah dan menghasilkan nilai buku per saham yang lebih tinggi.
Misalnya, jika perusahaan membeli 10.000 saham, maka outstanding saham beredar berkurang menjadi 40.000. Itu akan menghasilkan nilai buku per saham: (Rp100.000 – Rp10.000)/40.000 = Rp2,25 per saham.
Mengapa nilai buku per saham tidak memberikan gambaran akurat terhadap harga saham perusahaan ke depan
Kelemahan metrik ini adalah bahwa nilainya berdasarkan perhitungan akuntansi. Itu memberikan pandangan ke depan sehingga tidak akurat untuk memprediksi harga saham perusahaan ke depan.
Nilai buku tidak mencerminkan faktor seperti ekuitas merek atau persepsi pasar. Padahal, faktor semacam itu dapat mempengaruhi harga pasar untuk saham perusahaan. Nilai buku juga tidak memberikan informasi yang lengkap tentang arus kas bebas perusahaan, sebuah indikator utama dalam valuasi menggunakan metode discounted cash flow.