Saham (stock, share, atau equity) adalah sertifikat kepemilikan suatu perusahaan. Ketika Anda membelinya, Anda adalah pemilik perusahaan dan berhak atas aset dan keuntungan perusahaan.
Selanjutnya, pemegang saham adalah pihak-pihak yang memiliki saham di perusahaan. Mereka dapat membeli saham perusahaan di bursa saham atau melalui penawaran non-publik seperti private placements.
Apakah transaksi saham bersifat publik?
Penawaran melalui bursa efek lebih umum daripada penawaran non-publik. Perdagangan saham di bursa efek lebih transparan dan lebih likuid. Anda dapat mengamati harga dan laporan keuangan perusahaan dengan lebih mudah. Transaksi perdagangannya juga aktif, membuatnya lebih likuid. Anda dapat berdagang, misalnya, di empat bursa efek dunia terbesar seperti Bursa Efek New York, Nasdaq, Bursa Efek Shanghai, dan Bursa Efek Hong Kong.
Perusahaan menerbitkan saham mereka di bursa untuk meningkatkan modal. Kita menyebutnya perusahaan publik atau perusahaan tercatat. Aturan ketat mengharuskan mereka lebih terbuka dalam tata kelola dan kebijakan perusahaan. Mereka secara rutin merilis laporan keuangan, laporan tahunan, siaran pers, dan paparan publik. Semua itu memudahkan investor untuk membuat keputusan tentang perusahaan.
Sebaliknya, sulit untuk membuat keputusan tentang perusahaan tertutup (private company). Itu karena akses ke informasi perusahaan terbatas. Perusahaan tidak diharuskan oleh otoritas pengawas untuk mempublikasikan laporan keuangan dan informasi terkait lainnya. Oleh karena itu, sulit untuk menentukan nilai wajar dari harga saham perusahaan.
Biasanya, transaksi saham perusahaan tertutup biasanya dilakukan oleh investor institusi melalui penawaran non-publik, seperti penempatan pribadi. Mereka tidak likuid dan membutuhkan negosiasi antara investor. Tidak ada pasar sekunder aktif untuk transaksi ini. Oleh karena itu, saham tidak memiliki harga pasar yang dikutip.
Kita membedakan perusahaan tertutup dengan perusahaan swasta. Perusahaan swasta merujuk pada perusahaan yang dimiliki oleh sektor swasta. Mereka kontras dengan perusahaan pemerintah atau badan usaha milik negara.
Sementara itu, perusahaan tertutup merujuk pada perusahaan yang tidak menerbitkan sahamnya di Bursa Efek Indonesia. Ciri mereka adalah tidak memiliki kata “Tbk” di belakang nama perusahaan.
Mengapa perusahaan menerbitkan saham?
Dua cara umum perusahaan mengumpulkan dana, yaitu menerbitkan utang (seperti obligasi) dan saham. Perusahaan dapat menggunakan dana ini untuk membiayai operasi, misalnya, untuk membangun fasilitas produksi, melakukan akuisisi, atau mengembangkan saluran distribusi.
Penerbitan saham mengurangi leverage perusahaan. Perusahaan mencatat penerbitan dalam akun ekuitas. Pemegang saham memiliki klaim residual atas aset perusahaan setelah semua kewajiban dibayarkan. Investor yang membeli efek ekuitas tertarik pada apresiasi modal dan pendapatan dividen. Mereka biasanya fokus pada pertumbuhan jangka panjang perusahaan.
Di sisi lain, menerbitkan utang menimbulkan kewajiban bagi perusahaan. Oleh karena itu, perusahaan secara kontraktual diwajibkan untuk melakukan pembayaran berkala kepada para kreditornya. Investor yang membeli surat utang terutama tertarik pada pendapatan bunga. Akibatnya, mereka lebih fokus pada arus kas perusahaan.
Apa dua jenis saham itu?
Dua jenis stok utama adalah:
- Saham biasa (atau ordinary stock/share)
- Saham preferen (atau preferred stock/share)
Perusahaan dapat menerbitkan berbagai kelas saham biasa. Masing-masing memiliki hak suara yang berbeda. Lebih lanjut, berbagai kelas saham ini berhak atas berbagai klaim atas aset bersih perusahaan jika terjadi likuidasi.
Saham biasa biasanya memberi pemiliknya hak untuk memilih pada rapat pemegang saham. Mereka juga berhak menerima dividen yang dibayarkan oleh perusahaan.
Namun, pemegang saham biasa menerima dividen setelah dibagikan kepada pemegang saham preferen. Juga, mereka memiliki klaim aset dan pendapatan yang lebih rendah daripada pemegang saham preferen. Di sisi negatif, saham preferen tidak memiliki hak suara kecuali secara eksplisit diizinkan pada saat penerbitan.
Risk dan return
Ketika Anda membeli saham di bursa, dua sumber potensial penghasilan Anda:
- Keuntungan modal (capital gain) dari apresiasi harga
- Penghasilan dividen
Capital gain
Pasar saham cenderung meningkat nilainya dari waktu ke waktu. Di Indonesia, misalnya, IHSG telah naik 149,5%, dari 2.534,36 pada akhir 2009 menjadi 6.323,47 pada akhir 2019. Namun, harga masing-masing saham dapat naik dan turun setiap hari. Ketika Anda membeli, Anda akan mendapatkan capital gain ketika harganya naik.
Capital gain mengacu pada perbedaan positif antara harga jual dan harga beli. Misalnya, Anda membeli seharga Rp100. Sekarang, harga naik menjadi Rp120. Jadi, saat Anda menjualnya, Anda mendapat untung Rp20 per saham. Sebaliknya, harga turun menjadi Rp90, dan Anda menjualnya, Anda menderita kerugian modal (capital loss) Rp10.
Untuk mengurangi risiko penurunan harga, Anda harus berhati-hati saat memilih saham. Sebagian besar investor menyukai blue-chip atau perusahaan dengan aliran pendapatan stabil seperti utilitas. Saham ini biasanya menghasilkan keuntungan bagi investor karena harga mereka cenderung meningkat dari waktu ke waktu.
If you click on this link, thank you for contributing to us. We may earn a commission when you buy through our links. Learn more ›
Most Comprehensive Reading Books For You To Become A Financial Analyst- CFA Program Curriculum Level I by CFA Institute
- CFA Program Curriculum Level II by CFA Institute
- CFA Program Curriculum Level III by CFA Institute
- Wiley's Level I CFA Program Study Guide by Wiley (Short and concise, I highly recommend you start with this.)
- Wiley's Level II CFA Program Study Guide by Wiley
- Wiley's Level III CFA Program Study Guide by Wiley
- Valuation: Measuring and Managing the Value of Companies by McKinsey & Company Inc., Tim Koller, Marc Goedhart, David Wessels
- Investment Banking: Valuation, LBOs, M&A, and IPOs by by Joshua Rosenbaum, Joshua Pearl
- Business Management by by Paul Hoang
- Economics for the IB Diploma by Ellie Tragakes
Beberapa investor juga menyukai saham yang secara teratur membayar dividen. Pendapatan dividen mengurangi risiko volatilitas dari pergerakan harga.
Selain itu, diversifikasi membantu untuk menghindari pergerakan saham yang tidak menguntungkan. Mereka mengalokasikan investasi di banyak saham yang berbeda. Jadi, ketika satu harga saham jatuh, kemungkinan masih akan dikompensasi dengan kenaikan saham lainnya.
Penghasilan dividen
Dividen adalah bagian dari laba yang didistribusikan perusahaan kepada para pemegang sahamnya. Ini bisa berupa uang tunai, dividen saham, atau kombinasi keduanya. Dividen adalah sumber potensial investasi saham selain capital gain. Perusahaan masih dapat membayar dividen meskipun saham telah kehilangan nilainya.
Namun, tidak semua perusahaan membayar dividen. Beberapa perusahaan tidak mendistribusikannya karena alasan kebijakan perusahaan atau kinerja keuangan yang buruk.
Perusahaan memilih untuk tidak membayar dividen karena ingin menginvestasikannya kembali. Dengan tidak membagikannya, perusahaan memiliki lebih banyak modal untuk mengambil keuntungan dari peluang pertumbuhan. Dengan begitu, bisnis bisa tumbuh lebih besar dan menguntungkan di masa depan. Biasanya, perusahaan dalam tahap pertumbuhan melakukannya.
Di sisi lain, perusahaan dalam tahap matang mungkin tidak memiliki peluang untuk pertumbuhan yang menguntungkan di masa depan. Dengan demikian, mereka membagikan laba kepada investor dalam bentuk dividen atau melalui pembelian kembali saham.
Kinerja keuangan yang buruk adalah alasan lain mengapa perusahaan tidak membayar dividen. Misalnya, mereka tidak dapat bersaing dengan pesaing, sehingga membukukan kerugian. Itu memaksa mereka untuk merampingkan operasi bisnis. Lebih buruk lagi, harga saham perusahaan telah turun tajam. Jadi, Anda tidak mendapatkan dividen, dan Anda juga kehilangan uang saat menjual saham.
Risiko translasi
Efek translasi muncul karena perubahan nilai tukar antara mata uang domestik Anda dan mata uang asing. Itu terjadi ketika Anda, misalnya, membeli saham di luar negeri. Anda harus mengonversi mata uang lokal Anda dengan mata uang asing dalam transaksi saham. Karena itu, nilai investasi Anda juga akan dipengaruhi oleh nilai tukar, bukan hanya pergerakan harga saham.
Pergerakan nilai tukar dapat memberikan eksposur negatif atau positif. Ketika mata uang domestik menghargai (mendepresiasi mata uang asing), Anda mengalami kerugian selisih kurs. Efek sebaliknya berlaku jika mata uang lokal mengalami depresiasi.
Sebagai contoh sederhana, katakanlah Anda membeli saham perusahaan di Amerika Serikat sebesar $10 per saham dengan nilai tukar Rp2/USD. Untuk membeli saham ini, Anda mengeluarkan Rp20.
Sekarang, harga tidak berubah, tetapi nilai tukar terapresiasi Rp1/USD. Saat menjual saham, Anda masih mendapatkan $10. Tetapi, jika Anda mengonversi dalam mata uang domestik, Anda hanya mendapatkan Rp10. Sebaliknya, ketika nilai tukar mata uang lokal terdepresiasi menjadi Rp3, penjualan saham akan menghasilkan sebanyak Rp30.
Bervariasi berdasarkan jenis stok
Risiko dan pengembalian bervariasi antara jenis saham. Saham preferen kurang berisiko dibandingkan saham biasa. Ketika Anda membeli saham preferen, Anda berhak menerima dividen sebelum pemegang saham biasa. Dividen nominal juga lebih terprediksi, sehingga mengurangi ketidakpastian tentang arus kas masa depan. Juga, dalam kasus likuidasi, Anda berhak atas aset perusahaan sebelum pemegang saham biasa menerimanya.
Pemegang saham biasa, memang, menawarkan potensi pengembalian signifikan dari capital gain dan dividen di masa depan. Namun, itu tidak pasti. Karena itu, mereka lebih berisiko.
Apa kelebihan dan kekurangan dari saham?
Dalam jangka panjang, saham menawarkan pengembalian yang lebih tinggi daripada investasi lain, seperti obligasi. Namun, ia juga hadir dengan risiko tinggi. Secara individual, harga saham bisa jatuh, dan perusahaan tidak membayar dividen. Dan, tentu saja, Anda akan kehilangan uang. Karena itu, Anda harus selektif dalam memilih saham.
Diversifikasi investasi
Bagi investor, pasar saham menyediakan alokasi investasi yang beragam. Kinerjanya relatif tidak terpengaruh oleh kinerja kelas aset lain seperti obligasi dan real estat. Memegang saham dapat membantu Anda menangani kerugian pada berbagai produk investasi. Anda dapat mengharapkan harga saham naik ketika kinerja aset lain negatif.
Namun, kinerja positif saham tidak berlaku untuk semua kondisi dan saham individu. Risiko sistematis dapat timbul dan mengakibatkan jatuhnya harga semua saham di pasar. Dalam kondisi ini, satu-satunya cara untuk mengamankan investasi adalah dengan memegang aset safe-haven seperti emas dan mata uang safe-haven.
Menawarkan hak suara
Membeli saham berarti mengambil kepemilikan saham di perusahaan. Anda dapat memilih anggota dewan perusahaan dan keputusan bisnis penting lainnya. Tentu saja, signifikansi pemungutan suara Anda tergantung pada seberapa banyak persentase saham yang Anda miliki.
Ketika Anda memiliki mayoritas saham, kekuatan suara Anda meningkat, sehingga Anda secara tidak langsung dapat mengendalikan arah perusahaan. Dan, Anda bisa menunjuk dewan direksi.
Perbedaan antara saham dan obligasi
Saham mewakili kepemilikan, sedangkan obligasi mewakili kewajiban. Penerbitan saham meningkatkan modal perusahaan. Dengan menerbitkan saham, perusahaan memperoleh dana untuk menumbuhkan bisnis atau melakukan proyek baru. Dalam laporan keuangan, saham terdaftar di bagian ekuitas.
Sementara itu, perusahaan mencatat obligasi sebagai kewajiban. Dengan membeli obligasi, investor adalah kreditor perusahaan. Mereka berhak atas pembayaran bunga dan pokok.
Perusahaan harus membayar kupon dan pokok, terlepas dari kondisi keuangan perusahaan. Itu berbeda dengan saham, di mana perusahaan memilih untuk tidak membayar dividen ketika kinerja keuangan memburuk. Sebaliknya, Ketika tidak membayar kupon atau pokok, perusahaan gagal membayar.
Pemegang obligasi dapat memaksa perusahaan untuk bangkrut jika perusahaan gagal membayar kewajibannya. Ketika aset dilikuidasi dan dijual, mereka berhak atas pembayaran sebelum pemegang saham menerimanya. Pemegang saham berada di baris terakhir jika terjadi kebangkrutan.
Bacaan selanjutnya untuk Anda
- Saham: Jenis, Risiko, Pengembalian, Keuntungan, dan Kerugian
- Saham Biasa: Cara Kerja, Jenis, Fitur, Keuntungan dan Kerugian
- Saham Preferen: Karakteristik, Kelebihan dan Kekurangan
- Dividen Saham: Definisi dan Penjelasan Singkat