
Table of Contents
- Perbedaan penawaran agregat jangka pendek dan jangka panjang
- Pergeseran kurva penawaran agregat jangka pendek
Apa itu: Penawaran agregat jangka pendek (short-run aggregate supply) mengacu pada output agregat ketika beberapa biaya menjadi variabel. Tapi, upah dan beberapa biaya input lainnya tidak fleksibel dan tidak sepenuhnya menyesuaikan dengan perubahan tingkat harga.
Ketika tingkat harga naik, upah dan beberapa biaya input lainnya tetap konstan. Oleh karena itu, perusahaan kemudian dapat meningkatkan keuntungan dengan meningkatkan output.
Kontrak kerja adalah salah satu sumber kekakuan upah. Dalam jangka pendek, perusahaan tidak serta merta merevisi kontrak pekerja mereka dengan menaikkan upah untuk menyesuaikan kenaikan tingkat harga. Begitu juga, ketika tingkat harga turun, upah juga tidak akan serta merta turun. Faktor lainnya yang berkontribusi pada kekakuan upah adalah upah minimum, peraturan pasar tenaga kerja, dan kekuatan serikat pekerja.
Perbedaan penawaran agregat jangka pendek dan jangka panjang
Penawaran agregat jangka pendek. Dalam sebuah grafik, di mana sumbu X mewakili output agregat dan sumbu Y mewakili harga agregat, kurva penawaran agregat jangka pendek (short-run aggregate supply atau SRAS) memiliki kemiringan ke atas. Itu menunjukkan kenaikan tingkat harga mendorong peningkatan output agregat, yang mana diwakili oleh PDB riil.
Ingat, dalam jangka pendek, kita mengasumsikan upah dan beberapa harga input konstan. Oleh karena itu, kenaikan tingkat harga meningkatkan margin keuntungan perusahaan. Situasi ini mendorong mereka untuk meningkatkan output demi memperoleh keuntungan yang lebih tinggi.
Sebaliknya, ketika tingkat harga turun, perusahaan juga tidak bisa menyesuaikan upah dan harga input ke bawah. Akibatnya, margin keuntungan menurun. Mereka kemudian memangkas output.
Penawaran agregat jangka panjang. Di sini, kita mengasumsikan upah dan harga input lainnya variabel. Itu berarti mereka akan naik dan turun mengikuti tren dari tingkat harga. Jika tingkat harga naik, mereka akan naik secara proporsional. Begitu juga, jika tingkat harga turun, mereka juga akan turun secara proporsional.
Apa implikasinya? Karena biaya input menyesuaikan secara proporsional, margin keuntungan tidak akan berubah. Sehingga, perusahaan tidak memiliki insentif untuk meningkatkan produksi atau menurunkan produksi. Sebagai hasilnya, jika kita gambarkan hubungan antara PDB riil dengan tingkat harga, kurva penawaran agregat jangka panjang akan berbentuk vertikal.
Sebagai sebuah catatan, dalam jangka panjang, kita mengasumsikan faktor produksi seperti modal, tenaga kerja dan teknologi adalah tetap. Sehingga, satu-satunya cara untuk menggeser kurva penawaran agregat jangka panjang adalah dengan meningkatkan kuantitas dan memperbaiki kualitas modal dan tenaga kerja (diukur dari angkatan kerja). Faktor penting untuk memperbaiki kualitas keduanya adalah teknologi.
Pergeseran kurva penawaran agregat jangka pendek
Dalam kurva di atas, anda dapat melihat, ekonom menggunakan tingkat harga dan output agregat (PDB riil) untuk menggambarkan kurva penawaran agregat jangka pendek. Sehingga, perubahan tingkat harga akan menyebabkan output berubah dan bergerak di sepanjang kurva. Itu tidak akan menggeser kurva ke kanan atau ke kiri.
Selanjutnya, pergeseran kurva ke kanan atau kiri terjadi ketika faktor penentu lain berubah. Faktor tersebut mungkin mempengaruhi biaya produksi atau mempengaruhi ketersediaan dan kualitas persediaan modal atau tenaga kerja (faktor jangka panjang). Berikut ini adalah beberapa faktor yang menggeser kurva penawaran agregat jangka pendek:
- Harga input seperti upah, bahan baku, energi dan input lainnya.
- Ekspektasi harga masa depan
- Pajak bisnis
- Subsidi produksi
- Apresiasi mata uang domestik
- Pasokan tenaga kerja dan kualitasnya
- Persediaan modal dan kualitasnya
- Teknologi
Mengasumsikan tingkat harga tidak berubah, kurva penawaran agregat jangka pendek akan bergeser ke kanan ketika:
- Harga input turun. Upah yang lebih rendah, misalnya, menurunkan biaya produksi, meningkatkan keuntungan dan mendorong bisnis untuk meningkatkan output.
- Ekspektasi harga di masa depan naik. Ekspektasi bisnis menunjukkan ke anda tentang optimisme (pesimisme) perusahaan dalam menghasilkan laba di masa depan. Jika bisnis mengekspektasikan harga produk mereka naik di masa depan, relatif terhadap tingkat harga umum, mereka melihat margin laba yang lebih tinggi. Untuk mendapatkan margin laba yang lebih baik, perusahaan akan membangun persediaan dengan meningkatkan output. Karena semakin banyak perusahaan menjadi optimis, itu akan menaikkan output agregat.
- Penurunan pajak bisnis. Pajak yang lebih rendah mengurangi biaya produksi per unit. Keuntungan bisnis meningkat dan mendorong mereka meningkatkan output.
- Peningkatan subsidi produksi. Subsidi bekerja secara terbalik dengan pajak. Kenaikan subsidi membantu perusahaan mengurangi biaya. Itu akan mendorong mereka untuk meningkatkan output.
- Apresiasi mata uang domestik. Apresiasi membuat harga barang impor menjadi lebih murah, termasuk untuk input seperti bahan baku, energi dan barang setengah jadi. Sebagai hasilnya, biaya produksi menurun. Perusahaan menikmati margin laba yang lebih tinggi dan mendorong mereka untuk meningkatkan produksi.
- Peningkatan pasokan dan perbaikan kualitas tenaga kerja. Perekonomian dapat menghasilkan lebih banyak output ketika pasokan tenaga kerja tersedia lebih banyak. Begitu juga, perbaikan kualitas tenaga kerja meningkatkan produktivitas mereka. Sehingga, mereka dapat menghasilkan lebih banyak output menggunakan input yang sama.
- Peningkatan persediaan dan kualitas modal. Perekonomian dapat meningkatkan output ketika lebih banyak mesin tersedia. Begitu juga, mesin berteknologi lebih canggih (kualitas) juga dapat meningkatkan output melalui perbaikan produktivitas.
Selanjutnya, jika faktor-faktor tersebut bekerja secara terbalik, itu menurunkan output agregat. Sehingga, dapat kita simpulkan, kurva penawaran agregat jangka pendek bergeser ke kiri karena:
- Kenaikan harga input
- Ekspektasi harga di masa depan yang lebih rendah
- Pajak bisnis yang meningkat
- Pemangkasan subsidi produksi
- Depresiasi mata uang domestik
- Menurunnya pasokan tenaga kerja menyusut atau kualitasnya
- Menurunnya pasokan persediaan modal atau kualitasnya (misalnya akibat kemunduran teknologi)